Keempat, di dalam hidup berasrama nilai kebersamaan sangat diutamakan. Semua dilakukan bersama-sama. Doa bersama, makan bersama, belajar bersama, olahraga bersama. Semua dilakukan bersama. Lama-lama kelamaan tumbuh rasa persaudaraan yang tinggi di antara sesame anggota asrama.
Saya ingat baik satu hal sederhana tetapi sangat sarat makna di saat makan. Biasanya, anggota-anggota asrama dibagi merata pada setiap meja-meja yang sudah disiapkan. Satu meja makan ditempati oleh enam orang. Jika kehabisan nasi ataupun sayur, ketua kelompok atau anggota kelompok dalam satu meja boleh mengambil satu senduk nasi dari meja-meja lain. Dikumpulkan menjadi banyak. Anggota meja tidak kelaparan. Hahahahahaha
Kelima, setiap akhir tahun ada kegiatan rohani akbar. Kegiatan ini menghadirkan pihak ketiga utuk memberikan terapi kerohanian seperti penyembuhan luka-luka batin atapun kegiatan yang menumbuhkan kesadaran kerohanian dari setiap anggota asrama.
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki asrama di atas sangat tidak mungkin memberi peluang terjadinya kekerasan. Semua "pergerakan"anggota diatur sedetail mungkin dan sentuhan kemanusiaan menjadi kunci dalam seluruh aspek pelayanan dalam hidup berasrama. Jika terjadi kekerasan dalam hidup bersama maka hal yang perlu dievalusi adalah instrumen-instrumen yang terlibat di dalam kehidupan berasrama itu. Misalnya: apakah sebuah sekolah berasrama memiliki aturan hidup yang jelas dan tegas. apakah sebuah sekolah berasarama memiliki pembina asrama yang memang berkualified dalam membimbing siswa.Â
Jadi tidak selamanya sekolah berasarama itu identik dengan kekerasan. Sekolah berasrama adalah rumah kedua bagi para anggotanya bila semuanya diatur dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H