Selendang tua di gantungan baju
Menanti dipanggil penenun abadi
Kusut benangnya tanda tua
Renda-renda hitam sudah berubah putih
Serat-serat benangpun banyak terlepas
Namun, hasrat mendekap masihlah kuat
Suatu waktu, sayang sungguh sayang
Nasib sial datang menimpa
Entah mengapa selendang tua terhempas
Jatuh ke bawah menindih tikar baru
Tikar baru sangat menawan
Memikat hati banyak penggemar
Lalu malam semakin larut, dingin menusuk seluruh tubuh
Ditindih selendang tua tak enak ditolak
Tikar baru sangatlah kecewa
Selendang tua tak kuat mendekap erat
Batin semakin tersiksa
Sebab klimaks pun tak kunjung tiba
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H