Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bisikkan Bumi Pada Penyair

23 Juli 2022   20:47 Diperbarui: 23 Juli 2022   20:47 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.parapuan.co/

Dalam hening sepi di ujung senja

Bisikan bumi mengusik telinga menyapa hati sang penyair: "Hadirlah di sini, di saat ini!"

Namun bisikan bumi tak dihiraukan penyair sebab pikirannya sibuk merajut kisah tentang ini dan tentang itu dalam bangunan logikanya.

Dalam hening sepi di ujung senja

Bumi sekali lagi menyapa hati: "Hadirlah di sini, di saat ini! Sadari nafasmu maka pikiranmu akan tenang dan pencerahan kau temukan".

Namun penyair menutup mulutnya dengan jari telunjuknya demi melarang bumi membisikkan kata kepada hatinya.

Kata penyair: "Jangan ganggu aku. Aku sedang mencari jejak-jejak Tuhan dalam pikiranku".

Dalam hening sepi di ujung senja

Sang penyair tidak menemukan jejak-jejak Tuhan dalam nafasnya.

Tuhan tak ditemukan.

Semakin penyair mencari Tuhan, semakin Tuhan tidak ditemukan

Dalam hening sepi di ujung senja

Di bawah terang rembulan tanpa kebisingan suara

Sang Penyair duduk bersila

Terus menarik dan menghembuskan nafasnya. Saat ini sang penyair mendengar rintihan kesakitan bumi: "Aku sangat sedih dan sangat sakit. Perutku digali dan dengan semena-mena mengeluarkan seluruh isi perutku tanpa ampun.. Badanku dilumuri dengan kotoran-kotoran  sampah. Air mataku yang menghidupkan semua makhluk dikotori, pakaian hijauku dilucuti sehingga lekukan tubuhku yang indah menjadi telanjang dan mengeluarkan panas membakar bayi-bayi yang rindu kesejukkan"

Dalam hening sepi di ujung senja

Sang penyair sadar bahwa sang pembisik telah menjadi korban keserakahan dari para pemuja pikiran tanpa hati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun