Cara Membuat Lampu Leluhur
Botol atau kaleng bekas diisi minyak tanah. Buat lubang pada penutup botol atau kaleng. Ambil kertas perak/kertas yang ada di dalam bungkusan rokok. Kemudian potonglah sejengkal tali kompor lalu dibungkus dengan kertas perak. Jangan lupa potong kawat kecil sepanjang 10 cm dan dililitkan pada kertas perak yang membungkus tali kompor. Kertas perak yang sudah dililit kawat dimasukkan ke dalam lubang penutup botol. Lampu leluhur siap dipakai.
Lampu leluhur merupakan pilihan yang sangat direkomendasikan ketika listrik PLN mati. Selain hemat dan mudah dalam pembuatannya, daya terang lampu leluhur cukup bagus. Lampu ini bisa menarangi ruangan berukuran 4 x 5 meter.
Lampu leluhur tidak meminta ganti rugi oleh siapapun ketika dia mati. Kita cukup membuka penutup botol dan mengisi ulang bakar minyak ke dalamnya.
Keuntungan lain yang diperoleh dari lampu leluhur adalah gaji "karyawan" atau penghuni rumah tidak akan dipotong untuk ganti rugi.
Kekurangan Lampu Leluhur
Lampu ini sangat berbahaya bagi orang yang mengalami gangguan paru-paru. Asap hasil pembakaran tali kompor terhitung sangat banyak.
Lampu leluhur juga tidak dianjurkan bagi para wanita cantik. Mengapa? Anjuran ini mungkin terkesan agak aneh dan seolah-olah penulis ingin membuat lelucon. Jawabannya adalah tidak. Kalau kita perhatikan dengan baik pada lubang hidung setelah memakai lampu leluhur adalah munculnya warna hitam (asap) hasil pembakaran tali kompor dicampuri minyak tanah. Hasil pembakaran atau asap hitam sangat melengket pada lubang hidung. Warna hitam inilah yang membuat lubang hidung para wanita cantik terlihat jorok.
Kita harus jeli dan teliti untuk menempatkan lampu leluhur. Kesalahan pemilihan tempat akan mendatangkan musibah. Sebaiknya lampu leluhur ditaruh sedikit agak jauh dari dinding papan atau bahan mudah terbakar.
Penutup
Lampu leluhur hanyalah sebuah lampu tradisional. Lampu yang memiliki banyak keterbatasan. Dia tidak mampu menghidupkan komputer apalagi menghidupkan mesin-mesin perusahan. Namun apapun keterbatasannya, dia tetap menjadi pilihan ketika listrik PLN sudah enggan menjalankan tugasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H