Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sebuah Tinjauan Filosofis: Konsep Pendidikan Anak dalam Keluarga

16 Juli 2019   21:09 Diperbarui: 16 Juli 2019   21:31 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsep ayah di atas ternyata memiliki korelasi dengan pemikiran Comenius. Comenius (1592 -- 1670) seorang filsuf pendidikan berpendapat bahwa proses pendidikan tidak dilakukan secara tergesa-gesa, melainkan dilakukan secara terencana dan bertahap sesuai dengan tahapan perkembangan fisik dan psikis peserta didik (sumber).

Dalam kerangka pikiran Comenius dan ayah saya tadi, saya coba mendalami pendidikan keluarga dari titik tinjau persemaian benih. Keluarga sebagai persemaian merupakan tempat sekaligus tahap awal dari setiap proses penyelenggaraan kegiatan pendidikan anak. Oleh karena itu, keluarga sebagai tempat dan tahap awal suatu pendidikan perlu memikirkan beberapa pertimbangan yang perlu digunakan dalam merencanakan kegiatan persemaian. 

Pertimbangan-pertimbangan yang harus dipikirkan orang tua selaku subjek utama pemerhati pendidikan anak adalah menetapkan model/ jenis persemaian yang diterapkan, lokasi persemaian, kebutuhan akan alat dan bahan yang diperlukan, tata kelola waktu yang diperlukan dan metode pendekatan yang digunakan.

Pertama, Model atau Jenis Persemaian. Mengingat ada begitu banyak model persemaian yang ditawarkan, keluarga pun mesti memilih jenis persemaian yang tepat untuk diterapkan. Model persemaian yang tepat, hemat penulis, untuk konteks pendidikan keluarga adalah model persemaian tetap. 

Persemaian tetap dalam konteks ini dipahami sebagai tempat terjadinya proses pendidikan. Proses pendidikan terjadi di dalam keluarga itu sendiri, tidak dipindahkan atau mempercayai suatu lembaga atau asrama untuk mendidik anak.

Kedua, Lokasi Persemaian. Konsep persemaian tetap merupakan lawan dari suatu model pendidikan yang menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak-anak kepada sekolah atau pihak lain. 

Pendidikan yang menitipkan anak menyebabkan orang tua apatis terhadap pendidikan anak dalam keluarga, padahal sebagian besar waktu anak justru dihabiskan di dalam lingkungan keluarganya. Kecenderungan tersebut tidak hanya terjadi pada keluarga yang orang tuanya awam akan pendidikan, tetapi justru mulai menggejala pada golongan intelektual. 

Orang tua cenderung lebih mengutamakan pekerjaan dan kesibukannya sendiri daripada memperhatikan pendidikan anak-anak di keluarganya. Terlebih-lebih pada keluarga yang orang tuanya sangat sibuk dengan pekerjaan mereka. Dalam keluarga semacam ini, pendidikan keluarga hampir-hampir "punah" sebab masing-masing sibuk mengurusi pekerjaannya. 

Dalam lingkungan keluarga seperti ini, anak akan tercukupi kebutuhan fisik dan materialnya, tetapi sangat menderita secara rohani. Akibatnya, anak mencari perhatian dengan melakukan berbagai perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai pendidikan. 

Bahkan, tidak jarang anak dari keluarga yang secara ekonomis tercukupi kebutuhannya dan pendidikan orang tuanya tinggi, tetapi akhlak dan moralnya berantakan. Satu penyebab utamanya adalah tidak kuatnya peran atau fungsi keluarga dalam mendidik anak-anaknya (sumber).

Ketiga, Pemenuhan Kebutuhan. Dalam persemaian tetap segala kebutuhan baik kebutuhan akan bahan maupun peralatan dari seluruh anggota keluarga mesti diperhatikan secara tepat, cepat dan akurat. Sebagaimana halnya dalam dunia pertanian, kelebihan dosis pupuk atau obat saja akan menyebabkan efek samping bagi perkembangan tanaman demikian pula halnya dengan pemenuhan kebutuhan anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun