Mohon tunggu...
Evo Lali
Evo Lali Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Mantan Anggota DPR AS Berkedok LSM Punya Kepentingan di Papua?

7 September 2016   21:03 Diperbarui: 7 September 2016   21:20 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Minggu lalu, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat atau nama kerennya NGO tiba-tiba mengeluarkan laporan yang menuduh sebuah perusahaan kelapa sawit, Korindo, atas kebakaran hutan di Papua. Laporan yang berjudul “Burning Paradise” atau “Surga yang Terbakar” itu dikeluarkan LSM MIGHTY yang didukung oleh Waxman Strategies, Aidenvironment, SKP-KAMe Merauke, dan Pusaka.

Tuduhan itu memang sudah dimentahkan oleh pihak Korindo. Saya tidak akan membahas benar atau tidaknya bantahan tersebut, bukti-bukti lapangan, atau siapa sebenarnya yang menyebabkan kebakaran. Diskusi itu hanya akan menjadi debat kusir.                             

Yang membuat saya tertarik adalah apa yang mendasari mereka membuat laporan penelitian yang sangat niat dan terorganisir tersebut? Sekadar peduli lingkungan kah? I don’t think so. Sudah menjadi rahasia umum jika LSM itu juga terkadang mencari bisnis. Kalau tidak? Bagaimana mereka hidup? Saya tidak mengatakan semua LSM itu mencari bisnis, ada juga LSM yang benar-benar peduli lingkungan dan masyarakat.

Tapi pemikiran kritis saya juga tidak secetek itu. Saya mencoba mencari tahu siapa itu MIGHTY dan pendukung-pendukungnya. Di Google, sulit menemukan LSM MIGHTY. Kemudian saya coba cari siapa itu Waxman, Aidenvironment, SKP KAMe Merauke, dan Pusaka. Nama terakhir merupakan NGO lokal yang bergerak di pemberdayaan manusia. Sedangkan SKP KAMe adalah Sekretariat Keadalian & Perdamaian Keuskupan Agung Merauke.

Lalu siapa itu Waxman dan Aidenvironment? Dua organisasi itu adalah milik asing. Aidenvironment berasal dari Belanda dan yang mencengangkan adalah Waxman Strategies. Berdasarkan penelusuran di website mereka www.waxmanstrategies.com, mereka itu sebuah lobbyist,konsultan politik, komunikasi, dan public affairs dari Amerika Serikat (AS) yang memang menangani klien-klien khususnya di bidang lingkungan hidup.

Ada orang Indonesia yang bekerja di sana, Bustar Maitar, yang juga menjadi Direktur MIGHTY serta jubir saat mempublikasikan laporan tersebut. Singkat kata, MIGHTY memang perpanjang-tanganan dari Waxman. Bahkan di twitter mereka, @TeamWaxman, sudah jelas menyebutkan bahwa MIGHTY merupakan campaign arm mereka.

Yang menarik lainnya adalah orang nomor satu mereka, Henry A. Waxman, ternyata mantan anggota DPR AS dari Partai Demokrat. Berdasarkan kutipan ‘Who We Are’ di website mereka, With Henry at the helm, we work for a range of clients on environment, health care, telecommunications and other issues.

Perlu dicatat adalah kata “klien” di sana. Konsultan tidak akan mau kerja tanpa dibayar. Tidak akan bergerak jika ada tidak klien yang MEMBAYAR. Lalu ada kepentingan apa mereka jauh-jauh datang ke Papua for free? Mulia banget, bosss…. Kayanya gak mungkin ya mereka bergerak melakukan penelitian yang sedemikian niat tanpa bayaran. Sudah pasti, jawabannya ada klien yang membayar mereka.

Lantas siapa klien yang membayar mereka untuk membuat penelitian? Itu yang masih menjadi RAHASIA BESAR. Bisa jadi ada perusahaan kompetitor dari AS yang ingin merebut lahan milik Korindo, yang notabene berasal dari Korea. Sekadar info, Korindo menyumbang sekitar 60% PAD Merauke. Artinya jika mereka cabut dari sana, berarti harus ada yang menggantikan kontribusi 60% tersebut kepada Merauke. Pertanyaannya siapa yang bisa menggantikan selain dari swasta? Sebuah pertempuran SWASTA vs SWASTA.  

Bisa jadi ini sebagai langkah menghancurkan industri kelapa sawit nasional. Industri kelapa sawit nasional memang sedang diserang habis-habisan atas tuduhan pembakaran hutan. Berbagai macam LSM dan NGO bergerak untuk menghentikan kegiatan bisnis kelapa sawit. Saya pernah ngobrol dengan teman yang kebetulan bekerja di salah satu perusahaan palm oil. Mereka juga sering mendapat serangan dari substitute product, yakni kedelai. Perlu dicatat bahwa kedelai ini sebagian besar dari AS. Artinya, AS juga ada kepentingan menggantikan produk kelapa sawit dengan kedelai. Berarti ini peperangan antara KELAPA SAWIT vs KEDELAI. Cukup masuk akal.

Atau bisa jadi ini berskala lebih besar lagi. Urusannya AS yang ingin cari duit lagi di Papua, yang mungkin masih belum puas atas pengerukan ladang emas melalui Freeport-nya. Setelah tambang emas, mereka kini mengincar hutan-hutan di Indonesia mulai dari Riau, Kalimantan, hingga Papua. Kedoknya adalah perusakan lingkungan, tetapi ada agenda terselubung dan konspirasi di balik itu. So, ini adalah pertarungan INDONESIA vs AMERIKA SERIKAT.

Mungkin masih banyak lagi konspirasi-konspirasi yang muncul. Yang jelas, saya tidak akan percaya begitu saja dengan LSM yang berkedok peduli lingkungan dan masyarakat. Cari tahu dulu siapa yang mendukung mereka di belakang. Apalagi, tuduhan mereka soal hutan Papua yang habis dibabat bisa dianggap melecehkan masyarakat Papua yang seolah-olah tidak becus mengurus sumber daya alam mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun