Mohon tunggu...
Evita Nur Anggraeni
Evita Nur Anggraeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Evita Nur Anggraeni, 111211213, Universitas Dian Nusantara, Jurusan Manajemen, Fakultas Bisnis dan Ilmu Sosial, Nama Dosen Prof. Dr. Apollo Daito, M. Si. Ak

Evita Nur Anggraeni Universitas Dian Nusantara NIM 111211213 Jurusan Manajemen Fakultas Bisnis dan Ilmu Sosial Mata Kuliah Leadership Nama Dosen : Prof. Dr. Apollo Daito, M. Si. Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Aristotle

10 Oktober 2024   23:34 Diperbarui: 10 Oktober 2024   23:47 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepemimpinan adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam setiap organisasi dan masyarakat. Gaya kepemimpinan dapat mempengaruhi kinerja, motivasi, dan budaya organisasi. Aristotle, seorang filsuf Yunani kuno, memberikan banyak kontribusi terhadap pemikiran tentang etika, politik, dan kepemimpinan. 

Dalam diskursus ini, kita akan membahas gaya kepemimpinan Aristoteles, mulai dari apa yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan ini, mengapa hal ini relevan, dan bagaimana penerapannya dalam konteks modern.

A. Gaya Kepemimpinan Aristotle

Gaya kepemimpinan Aristotle dapat dipahami melalui konsep-konsep yang ia kembangkan dalam karyanya, terutama dalam "Politik" dan "Etika Nikomakhia". Aristotle menganggap kepemimpinan sebagai bentuk seni yang melibatkan karakter moral, pengetahuan, dan kemampuan untuk memotivasi orang lain. Beberapa konsep utama yang mencirikan gaya kepemimpinan Aristoteles antara lain:

  1. Eudaimonia: Aristotle berpendapat bahwa tujuan tertinggi manusia adalah mencapai eudaimonia, atau kebahagiaan yang berkelanjutan. Seorang pemimpin yang baik harus mampu membantu pengikutnya mencapai tujuan ini.

  2. Virtue (Kebajikan): Aristotle menekankan pentingnya karakter dan kebajikan dalam kepemimpinan. Seorang pemimpin harus memiliki kebajikan moral, seperti keadilan, keberanian, dan kebijaksanaan.

  3. Praktik (Phronesis): Phronesis adalah kebijaksanaan praktis yang memungkinkan pemimpin untuk mengambil keputusan yang baik dalam konteks yang spesifik. Pemimpin yang bijaksana dapat menggabungkan pengetahuan teoritis dengan pengalaman praktis.

  4. Kepemimpinan Etis: Aristotle menekankan bahwa kepemimpinan harus berdasarkan pada etika. Pemimpin harus bertindak dengan integritas dan mempertimbangkan dampak tindakan mereka terhadap orang lain.

  5. Partisipasi dan Komunitas: Aristoteles percaya bahwa kepemimpinan bukanlah tentang dominasi, tetapi tentang menciptakan komunitas di mana semua individu merasa terlibat dan dihargai.

Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo
Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo

, 

       B. Mengapa Gaya Kepemimpinan Aristotle Relevan?

  1. Kepemimpinan yang Berbasis Nilai: Di era modern, banyak organisasi menghadapi tantangan dalam hal nilai-nilai etika dan moral. Gaya kepemimpinan Aristoteles menawarkan kerangka kerja yang dapat membantu pemimpin untuk tetap berpegang pada nilai-nilai tersebut dalam pengambilan keputusan.

  2. Fokus pada Pengembangan Individu: Dalam dunia yang semakin kompleks, penting bagi pemimpin untuk tidak hanya memikirkan hasil jangka pendek, tetapi juga perkembangan individu dalam tim. Gaya kepemimpinan Aristoteles menekankan pentingnya mendukung pengikut untuk mencapai potensi terbaik mereka.

  3. Pendekatan Holistik: Aristotle memberikan pandangan holistik tentang kepemimpinan, yang mencakup aspek moral, sosial, dan emosional. Ini sangat relevan dalam konteks modern di mana kepemimpinan yang baik harus mampu beradaptasi dengan beragam kebutuhan dan harapan pengikut.

  4. Partisipasi dan Keterlibatan: Dalam masyarakat yang demokratis, pendekatan Aristotelian terhadap kepemimpinan yang melibatkan partisipasi aktif dari pengikut adalah hal yang sangat penting. Ini dapat meningkatkan rasa memiliki dan keterlibatan dalam organisasi.

Diskurus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo
Diskurus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo

Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo
Diskursus Leadership Aristotle, dokpri, Prof Apollo

     C.  Menerapkan Gaya Kepemimpinan Aristoteles 

  1. Mengembangkan Karakter Moral: Pemimpin harus secara aktif mengembangkan karakter mereka dengan merenungkan tindakan dan keputusan mereka. Mereka harus berusaha untuk menjadi teladan dalam hal etika dan moral.

  2. Mendengarkan dan Melibatkan Pengikut: Pemimpin harus menciptakan lingkungan di mana pengikut merasa aman untuk mengungkapkan pendapat dan ide-ide mereka. Ini dapat dilakukan melalui pertemuan rutin, sesi umpan balik, dan diskusi terbuka.

  3. Fokus pada Pengembangan Potensi: Pemimpin harus memberikan kesempatan kepada pengikut untuk mengembangkan keterampilan dan potensi mereka. Ini bisa dilakukan melalui pelatihan, mentoring, dan penugasan proyek yang menantang.

  4. Mengambil Keputusan yang Berbasis Etika: Dalam setiap keputusan yang diambil, pemimpin harus mempertimbangkan dampak etis dari pilihan tersebut. Mereka harus bertanya pada diri sendiri: "Apakah ini adil? Apakah ini benar?"

  5. Membangun Komunitas: Pemimpin harus berusaha untuk menciptakan rasa komunitas di dalam tim. Ini bisa dilakukan dengan merayakan pencapaian bersama, membangun hubungan interpersonal, dan mengatasi konflik dengan cara yang konstruktif.

Kesimpulan

Gaya kepemimpinan Aristoteles menawarkan panduan yang berharga untuk pemimpin modern dalam mengelola tim dan organisasi. Dengan fokus pada karakter moral, etika, dan pengembangan individu, pemimpin dapat menciptakan lingkungan yang positif dan produktif. Di tengah tantangan dunia yang terus berubah, pendekatan ini tetap relevan dan dapat membantu pemimpin dalam mencapai tujuan bersama.

Daftar Pustaka

  1. Aristoteles. (2000). Nicomachean Ethics. Translated by W.D. Ross. Chicago: Encyclopaedia Britannica.

  2. Aristoteles. (1984). Politics. Translated by Benjamin Jowett. Chicago: Encyclopaedia Britannica.

  3. Hursthouse, R. (1999). On Virtue Ethics. Oxford: Oxford University Press.

  4. Kraut, R. (2018). Aristotle on the Human Good. Princeton: Princeton University Press.

  5. Irwin, T. (1999). Aristotle's First Principles. Oxford: Oxford University Press.

  6. Rorty, R. (1999). Philosophy and Social Hope. London: Penguin Books.

  7. Sallis, J. (2000). Being and Logos: The Place of Language in the Work of Aristotle. New York: SUNY Press

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun