Manusia merupakan makhluk hidup yang akan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan di setiap waktu, mulai dari masa pranatal sampai akhir hayatnya. Pertumbuhan dan perkembangan manusia mencakup dua aspek, yaitu fisik dan non-fisik. Perkembangan pada aspek fisik manusia dapat dilihat secara langsung oleh mata, seperti perkembangan tinggi badan, berat badan, motorik (otot dan syaraf) dan perkembangan otak. Sementara itu, perkembangan non-fisik pada manusia terdiri dari perkembangan kognitif, sosio-emosional, dan perkembangan bahasa. Setiap individu manusia memiliki perkembangan fisik dan non-fisik yang berbeda-beda. Individu satu dengan individu lainnya juga dapat mengalami masa perkembangan yang berbeda, ada individu yang mengalami perkembangan lebih cepat dan ada juga yang lebih lama. Hal tersebut karena adanya faktor usia, genetika, makanan, dan lingkungannya.
Agar dapat memahami kebutuhan dan karakter seseorang, tak terkecuali anak usia dasar, perlu pengetahuan tentang perkembangan manusia. Anak usia dasar merupakan anak yang berada dalam rentang usia 7-12 tahun ke atas atau sedang dalam jenjang pendidikan sekolah dasar. Baik atau tidaknya suatu perkembangan anak sangat bergantung pada pemenuhan kebutuhan yang mereka peroleh dari orang lain, baik dari orang tua, anggota keluarga, guru, teman dan individu lainnya. Anak usia dasar masih memiliki keterbatasan dalam memilah dan memilih sesuatu yang positif atau negatif dan mana yang akan berdampak baik atau buruk karena mereka masih belum memiliki kematangan dalam berpikir. Salah satu aspek yang sangat penting untuk diketahui dan dipahami mengenai perkembangan anak usia dasar yaitu aspek perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif yaitu perkembangan yang berkaitan dengan kemampuan berpikir, seperti kemampuan bernalar, mengingat, menghafal, memecahkan masalah-masalah nyata, kaya akan ide dan kreatifitas.
Dalam mengetahui perkembangan kognitif pada anak usia sekolah dasar perlu dilakukan observasi secara langsung agar mendapatkan data dan hasil penelitian yang akurat. Maka, kami melakukan observasi ini secara terjadwal selama kurang lebih 2 bulan di SDN 262 Panyileukan, tepatnya kelas 3C. Observasi ini dilakukan oleh Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang beranggotakan Budi Ramdani, Chika Fadia Mukaromah, Evita Nor Effendy dan Riesma Aulia Salsabila. Observasi ini juga dilakukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik Sekolah Dasar dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) atau PJBL yang diampu oleh  Ibu Triana Lestari, S.Psi, M.Pd. Setelah melakukan pengamatan, kami merancang media pembelajaran yang selaras guna mengetahui perkembangan kognitif pada anak. Implementasi media pembelajaran tersebut dilakukan pada Rabu, 17 Mei 2023.
Terdapat beberapa tahap perkembangan kognitif, di antaranya tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun), tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun) dan tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun). Peserta didik kelas 3C SDN 262 Panyileukan termasuk anak yang sedang berada di tahap pra-operasional konkret. Pada tahap ini, anak sudah memiliki kemampuan untuk mengklasifikasikan sesuatu, tetapi belum dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang bersifat abstrak. Tahap ini merupakan tahap di mana anak mendapatkan kemampuan baru atau dapat dikatakan langkah berpikirnya naik 1 level. Kemampuan tersebut bermanfaat bagi dirinya sendiri untuk mengkomunikasikan pikirannya terhadap peristiwa yang ia alami. Kecerdasan anak pada tahap ini memiliki bagian-bagian operasi kognitif, seperti:
- ervation, yaitu anak dapat memahami terkait hal yang bersifat kumulatif.
- Addition of classes, yaitu anak mampu memahami cara mengkombinasikan beberapa jenis benda dan dapat menghubungkan benda tersebut.
- Multiplication of classes, yaitu anak mampu melibatkan pengetahuan tentang penggabungan suatu grup atau jenis serta mampu untuk memisahkan suatu benda dari grup atau jenisnya.
Selama proses observasi berlangsung mulai dari hari pertama hingga akhir observasi, kami mengamati bahwa peserta didik kelas 3C memiliki perkembangan kognitif yang berbeda-beda. Namun sebagian besar dari mereka sudah mengalami perkembangan kognitif yang cukup baik. Hal tersebut dibuktikan saat pembelajaran di kelas berlangsung ketika guru menyampaikan materi, hanya beberapa peserta didik yang mengobrol dan tidak memperhatikan guru. Bahkan, sebagian besar dari mereka dapat menyampaikan pikirannya ketika guru bertanya ataupun menanggapi pendapat temannya. Ketika guru menyampaikan permasalahan yang mungkin akan terjadi, mereka juga sudah dapat berpikir bagaimana memecahkan masalah tersebut.
Untuk mengetahui lebih mengenai perkembangan kognitifnya, kami merancang media pembelajaran berupa PowerPoint dan Make a Match, yang kami implementasikan secara langsung. Media ini dirancang untuk mengasah serta menstimulasi kemampuan anak dan berbagai indikator perilaku dalam dimensi perkembangan kognitif. Dalam mengimplementasikan nya, kami menyiapkan infocus dan laptop sebagai alat penunjang media pembelajaran PowerPoint. Peserta didik diberi arahan untuk fokus memperhatikan materi yang disampaikan oleh kami. Materi pada PowerPoint berisi tentang Mata Uang dan Waktu. Setelah itu, peserta didik yang berjumlah kurang lebih 28 orang diberi arahan untuk membentuk kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 orang. Setiap kelompok berdiri di depan, kemudian masing-masing kelompok diberi 1 kartu. Kartu tersebut ada yang berisi jawaban serta pertanyaan. Misal, kartu pada kelompok 1 berisi pertanyaan "1 hari = .... Jam" maka kelompok 1 harus mencari jawaban yang tepat di kelompok lain, yaitu "24 Jam".
Selama pelaksanaan media pembelajaran PowerPoint berlangsung, peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan sudah memenuhi beberapa indikator yang dimuat mengenai aspek perkembangan kognitif seperti fokus memperhatikan materi yang disampaikan, bertanya ketika ada hal yang tidak dipahami, mengemukakan pendapatnya ketika ditanya, menanggapi pendapat teman, dapat menanggapi humor yang dilontarkan oleh orang lain, dapat memahami mengenai mata uang dan waktu, dan beberapa indikator lainnya. Secara umum, mereka sudah benar-benar paham karena materi tersebut juga sudah pernah dipelajari saat semester awal. Namun, tidak menutup kemungkinan ada peserta didik yang belum sepenuhnya paham. Media pembelajaran PowerPoint cukup efektif untuk dilaksanakan karena pembelajaran tidak monoton, yaitu dengan menyampaikan materi melalui PowerPoint yang sudah didesain sehingga tampilannya menjadi penuh warna dan terdapat animasi yang disukai anak-anak.
Media pembelajaran yang kami gunakan tidak hanya media powerpoint melainkan kami menggunakan media pembelajaran make a match yang didalamnya memuat materi tentang uang dan waktu. Dengan menggunakan media ini, akan meminimalisir kognitif anak yang berbeda-beda, karena mereka diharuskan untuk melakukan diskusi dengan teman sekelompoknya untuk menemukan jawaban dari kartu yang mereka peroleh. Bukan hanya aspek kognitif saja, tetapi para peserta didik akan melakukan komunikasi dan melakukan kegiatan sosial dengan temannya sehingga aspek bahasa, dan sosial pun muncul dalam kegiatan pembelajaran. Ketika menggunakan make a match anak-anak merasa sangat bahagia, sangat aktif untuk berpartisipasi, dan tidak ada siswa yang mengantuk, sehingga tujuan pembelajaran pada kurikulum merdeka yang menempatkan siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan guru sebagai fasilitator akhirnya tercapai.
Setelah menyampaikan materi dengan menggunakan media powerpoint dan make a match, kami memberikan asesmen yang memuat beberapa pernyataan untuk diisi oleh para peserta didik. Kami mengambil salah satu sampel dari salah satu siswa yang selalu menanggapi guru ketika menjelaskan pematerian baik dengan cara bertanya ataupun berpendapat. Dia juga sering bertukar pendapat dengan temannya untuk memecahkan suatu permasalahan sebagai contoh permasalahan dalam mengatur waktu pada kegiatan sehari-hari. Berdasarkan hasil asesmen diatas, siswa tersebut memenuhi  indikator perkembangan kognitif, baik dari segi pemahaman, pengetahuan, analisa, pengaplikasian, menciptakan dan evaluasi.
Pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik dapat dibentuk berdasarkan tahapan-tahapan dan tidak sekaligus sesuai pada suatu yang sudah dialaminya yang berhubungan dengan bertambahnya pengetahuan secara berangsur-angsur sejalan dengan pengalaman yang berkesinambungan dan bertambah luasnya pemahaman berbagai informasi yang baru. Peserta didik mempunyai rangkaian tahapan perkembangan kognitif, lalu pada tahapan berikutnya urutan dalam tahapan perkembangan kognitifnya, dan pada setiap tahap, secara nilai maupun keunggulan keahliannya memperlihatkan kenaikan. Karena setiap proses belajar Jean Piaget disamakan pada tahapan perkembangan kognitif dijalankan peserta didik akan dibagi menjadi beberapa tahapan. Sehingga diharapkan guru dan orang tua tidak memaksakan kehendaknya pada anak karena setiap anak berbeda tahap perkembangan kognitifnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H