Mohon tunggu...
Evi Sianipar
Evi Sianipar Mohon Tunggu... Buruh -

bersahabat, easy going...hidup hanya sementara, mari menikmati dan mensyukurinya... ;-)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saya Single dan Saya Bahagia Karena Saya Diberkati

14 September 2016   22:28 Diperbarui: 14 September 2016   22:40 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi wanita single itu memang sebuah pilihan, pilihan yang tidak gampang untuk dijalani, akan tetapi karena sudah pilihan suka tidak suka, enak tidak enak maka harus dijalani...hehhee

Jujur, saya agak paranoid jika harus mudik ke kampung halaman, karena begitu menginjakkan kaki dihalaman rumah, akan banyak pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya tidak sulit untuk saya jawab, tetapi menjadi sulit karena pertanyaannya itu-itu melulu membuat lidah saya kelu menjawabnya. Andai saya public figure, mungkin saya akan memilih menjawab dengan mengadakan tele-conference, sehingga cukup sekali saja saya menjawab satu pertanyaan yang sama tanpa harus mengulang ulang kembali.

Jadi ketika ditanya "Kapan menikah" maka dengan gampang saya akan menjawabnya"May*****hahaha

Single memang tidak selalu enak, meski teman-teman saya yang sudah menikah mengatakan single itu enak, entahlah mengapa mereka mengatakannya, saya tidak ingin membahasnya. Single itu tidak enak bangat, ketika lampu kamar saya tiba-tiba mati, tapi saya tidak cukup tinggi mengganti meskipun sudah manjat diatas lemari. Single itu tidak enak, ketika saya membeli kompor gas tapi tidak tau memasangnya, single itu menyiksa banget ketika hujan deras tapi tidak ada angkot ataupun ojek, dikarenakan saya tinggal diperdusunan becek.

Teman saya pernah berkata"emang pasangan  bagimu cuma buat ganti bolam saja?atau biar ada yang pasang kompor masakmu?atau hanya untuk antar jemput waktu ga ada angkot?

Tentu jawaban saya"tidak"pasangan buat saya bukan hanya untuk itu tapi lebih darisitu,..hehehe, ya sederhananya, adalah "teman waktu lagi sendiri", canda saya sama si teman yang ditanggapi dengan pukulan gulungan koran (pukulan penuh kasih tapi...;-)

Tidak ada keraguan buat saya hingga kini tentang status ke"singl"an saya, karena saya percaya Tuhan pasti menyediakan apa yang menjadi bagian saya. Saya sendiri bingung dan heran dengan diri saya sendiri, kenapa diusia yang sudah matang ini saya tidak ada ragu, tidak kuatir saya masih single. Meskipun disekeliling saya sudah wanti-wanti kapan saya menikah. Terkadang saya pengen dramatisir, kalau saya sedang galau, seperti si polan yang galau usia 27 sudah merasa seperti usia 47 tapi masih single, atau si bunga yang merasa diintimidasi keluarga karena belum nikah-nikah padahal teman SD nya sudah punya anak yang sudah SMP.

Tapi ternyata itu bukan bagian saya, saya merasa diperkuat dan diyakinkan bahwa tidak ada yang perlu dikuatirkan. Sehingga saya menjalani ke'single"an saya tanpa beban.

Suatu ketika, saya menemani adik saya mengantar titipan temannya ketika kami mudik. Saat tiba dirumah orangtua teman si adik, ternyata baru saya tau kalau orangtua teman si adik adalah"tukang urut legitimasi dari oppung mereka"karena kebetulan waktu kami datang ada "pasien"sedang berobat. Ibunya yang sedang bicara dengan pasiennya meminta kami menunggu. Demi kesopanan, kami menunggu hingga pasiennya pulang, adik saya saat itu berbisik, kalau yang ngomong sama kami itu bukan ibu temannya, tapi oppungnya yang sudah tiada, "Oh my God, really?"sedikit kaget saya balik bertanya tapi didiamin si adik.

Akhirnya setelah menunggu hampir 1 jam, si pasien pulang dan kami disambut, tiba-tiba oppungnya si teman yang tubuh ibunya dipakai menanyakan saya, apakah saya sudah menikah dan saya jawab"belum nantulang" adik saya kembali berbisik, bilang oppung, bulan nantulang.

"Maunya kamu kulihat jodohmu?"tiba-tiba saya ditanya, jujur saat itu saya kaget, seperti membaca isi hati saya, pertanyaannya diulang kembali dan dengan mantap saya jawab, tidak usah oppung, mauliate".

Aahh...kamu tidak usah takut, tidak apa-apa, kita hanya pengen lihat saja, jodohmu sudah dekat atau belum, kalau belum biar saya bantu. Tapi, saya tetap jawab, tidak usah oppung, terima kasih, saya menunggu pemberian Tuhan saja"." Baaahhhh, kau pikirnya,...inipun dari Tuhan, saya hanya membantu saja, berdoa kog kita, minta petunjuk Tuhan,

 banyak yang sudah berhasil menemukan jodohnya setelah oppung bantu, yang tidak punya anakpun bisa jadi punya anak, bukan hanya orang biasa yang datang minta tolong sama oppung, guru, dokter, pejabat bahkan pangula ni huria ada yang datang, jadi tidak usah takut, yang penting kamu mau itu saja. Dan jawaban saya tetap"tidak usah oppung terima kasih, saya menunggu pemberian Tuhan saja.

Dan, akhirnya si oppung tersebut give up a.k.a menyerah dan berdiam diri, setelah basa basi sebentar kami cepat-cepat pamit pulang. Meninggalkan teka teki buat si oppung karena satu-satunya orang yang datang kerumahnya dan menolak"bantuannya" wong saya datang ngantar titipan bukan minta "bantuan"

Kurang lebih 6 tahun sejak kejadian itu dan saya masih single, artinya Tuhan belum mempertemukan saya dengan pilihanNya, tapi saya tidak pernah kuatir, saya tidak pernah takut karena saya single, bahagia dan diberkati.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun