Mohon tunggu...
Evi PujiLestari
Evi PujiLestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Evi Puji Lestari ( 029)

Bismillah..

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Juggernaut Modernity oleh Anthony Giddens

18 November 2021   23:34 Diperbarui: 19 November 2021   12:46 2453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Nama : Evi Puji Lestari (029) 

Prodi sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora 

UIN SUKA YOGYAKARTA

              Anthony Giddens  lahir di  Inggris pada tanggal 18 januari 1938. Jejak pendidikannya adalah di Universitas Hull, London School Of Economics, dan Universitas London. Anthony Giddens pernah menjadi dosen di Universitas Leicester pada tahun 1961, dan sekitas tahun 1969 Giddens berpindah ke Universitas Cambridge sebagai dosen sosiologi dan juga mencakup sebagai Fellow di King's College. 

             Buku pertamanya berjudul the class structure of advanced societies (1975). Kerja selama bertahun-tahun berpuncak pada 1984 dengan munculnya sebuah buku , The Constitution of society : outline of the theori of structuration, yang merupakan pernyataan tunggal yang paling penting dari perspektif teoretis Giddens ( Ritzer, 2012: 936). Selain menjadi dosen dan penulis, Giddens juga merupakan seorang konsultan editor di dua perusahaan penerbitan, seperti Macmillan dan Hutchinson. Karya - karya selanjutnya seperti Modernity and self -identity (1991). Dan Transformation Intimacy (1992)

              Penulis mengetahui lebih dalam mengenai teori Juggernaut Modernity dari buku karya George Ritzer yang berjudul Teori Sosiologi : Dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan terakhir Postmodern yang terbit pada tahun 2012. Giddens mengandaikan kehidupan dunia modern sebagai sebuah Juggernaut atau sebuah panser raksasa. Secara spesifik, dia sedang menggunakan istilah itu untuk melukiskan suatu tahap lanjut modernitas       - modernitas radikal, tinggi, dan mutakhir (Ritzer,2012: 935). 

             Cara Giddens menggambarkan juggernaut modernitas adalah sebagai sebuah mesin yang tidak bisa dikendalikan.  Di mana mesin tersebut memiliki kekuatan yang sangat besar, dan memiliki kuasa penuh atas dirinya sendiri. Sebenenarnya bisa dikendalikan, namun tetap memiliki batas atau tingkat tertentu.  Seperti yang dikatakan Giddens (1990) , selama lembaga-lembaga modernitas lestari, kita tidak akan mampu mengendalikan secara lengkap baik jalur maupun perjalanannya.

            Anthony Giddens berpendapat bahwa ada 4 lembaga dasar yang mendasari proses modernisasi, antara lain : yang pertama adalah kapitalisme, yang di dalamnya ditandai dengan adanya produksi komoditas, kepemilikan pribadi atas modal, adanya sistem kelas di mana buruh atau kaum proletar tidak punya harta benda, dan ciri-ciri yang lainnya yang berkaitan dengan kapitalisme. Yang kedua adalah industrialisme, ini berkaitan dengan pengggunaan sumber daya tidak berjiwa seperti mesin misalnya dalam kegiatan produksi untuk menghasilkan barang. Industrialisme tidak terbatas pada tempat kerja, dan memengaruhi suatu susunan  latar-latar yang lain, seperti transportasi, komunikasi, dan kehidupan domestik (Giddens, 1990). Yang ketiga adalah kemampuan pengawasan, seperti yang dikatakan Giddens, pengawasan mengacu kepada pengawasan kegiatan populasi subjek ( terutama tetapi tidak secara eksklusif) di dalam lingkungan politik ( Giddens, 1990). Yang Terakhir adalah kekuasaan militar atau pengendalian atas alat-alat kekerasan. Dengan adanya kekuasaan militer, dapat dijadika alasan untuk menguasai dan mengendalikan masyarakat. Seperti adanya peraturan bahwa masyarakat sipil dilarang untuk mempunyai senjata-senjata militer tanpa adanya izin yang didapat. Hal itu akan membuat warga sipil tidak memiliki keberanian untuk mengadakan perlawanan terhadap penguasa. 

            Di dalam buku karya George Ritzer ini, juga dijelaskan bahwa menurut Giddens, modernitas itu merupakan sebuah proses yang komplek dan suatu proses yang dinamis.   Di mana dinamis ini diberikan oleh tiga aspek esensial Strukturasi Giddens, yaitu Distanciation, Disembedding, dan reflexivity. Distanciation mengacu kepada pemisahan antara ruang dan waktu di zaman modern.  Ada perbedaan pemahaman antara masyarakat pra modern dengan masyarakat modern tentang ruang dan waktu. Dalam masyarakat tradisional, ruang dan waktu selalu dihubungkan secara bersama-sama dan dikaitkan dengan tempat fisik, seperti misal kata "kapan " selalu dikaitkan dengan "dimana".  Dalam masyarakat modern, ruang dipisahkan dengan waktu yang oleh Giddens disebut Distanciation. Dengan datangnya modernitas,  ruang semakin terkoyak dari tempat dan hubungan -hubungan dengan orang yang absen secara fisik dan semakin jauh menjadi semakin dimungkinkan ( Ritzer, 2012: 939). 

          Sebagaimana didefinisikan oleh Giddens, disembedding  meliputi pencabutan relasi-relasi sosial dari konteks-konteks lokal interaksi dan penyusunan nya kembali lintas rentang waktu-ruang yang tidak terbatas ( Giddens, 1990). Disembedding merupakan tindak lanjut dari distanciations, dalam distansciation sudah dijelaskan bahwa ruang dan waktu itu dipisahkan dan tidak ada batas-batas tertentu, selanjutnya relasi-relasi  sosial di hilangkan dari dari konteks-konteks lokal dan dilakukan penyusunan kembali mengenai konsep ruang dan waktu. Menurut Giddens, Ada dua jenis mekanisme Disembedding yang memerankan peranan kunci di dalam masyarakat modern, yaitu tanda-tanda simbolik,  contohnya adalah uang. Uang memungkinkan pemisahan antara ruang dan waktu-  kita mampu terlibat di dalam transaksi-transaksi dengan orang lain yang terpisah secara ruang dan/atau waktu ( Ritzer, 2012: 940).  Dan yang kedua adalah sistem-sistem ahli, bisa meliputi tenaga-tenaga profesional seperti guru, dokter dan yang lainnya. 

          Karakterisitik ketiga dari modernitas yang bersifat dinamis adalah Reflexivity. Di mana Giddens memaknai Reflexivity sebagai  "praktik-praktik sosial terus menerus diperiksa dan diperbarui dalam kerangka informasi yang baru masuk tentang hal-hal yang sangat praktis, dengan demikian mengubah secara konstitutif karakter mereka" (Giddens,1990:38).

         Menurut pemahaman penulis, Konsep Juggernaut Modernitas ini menjelaskan bahwa Modernitas itu akan selalu berkembang dan semakin maju bahkan sulit untuk dikendalikan. Perkembangan Teknologi tidak akan bisa untuk dikendalikan karena  sudah menjadi kebutuhan,  sebagai alat pendamping hidup manusia. Hampir semua aspek aspek kehidupan sehari-hari bersinggungan dengan teknologi. Perkembangan teknologi akan terus maju  seiring dengan tuntutan dari pasar yang semakin tinggi. Para produsen akan terus berlomba-lomba untuk menciptakan inovasi-inovasi teknologi yang paling terbaru dan mutakhir  untuk memenangkan persaingan yang semakin sengit di pasaran. Konsep ruang dan waktu di ara modern juga semakin kabur. Dalam artian, dengan semakin canggihnya teknologi, ruang dan waktu menjadi tidak terbatas. zaman dahulu, orang harus berkirim surat jika ingin mengetahui kabar satu sama lain, tapi dengan munculnya gawai orang tidak perlu lagi  menulis surat dengan kertas dan menunggu lama untuk mendapat balasan,  dengan gawai orang akan dengan cepat dan mudah dalam bertukar pesan. Nah dalam hal ini, konsep ruang dan waktu dipersempit atau bahkan dihilangkan dengan adanya kemudahan tadi. Uang zaman sekarang juga sedikit berbeda dengan zaman pra modern, di mana sekarang uang dapat tidak berwujud ( uang elektronik) tetapi tetapi bisa melakukan tujuannya yaitu sebagai alat penukaran. 

     contoh yang dialami penulis terkait dengan konsep ini adalah ketika penulis membeli HP sekitar tahun 2019, HP tersebut amsih keluaran terbaru dan masih banyak diminati oleh banyak orang. Tetapi, jika dilihat di tahun 2021, HP tersebut sudah mengalami penurunan harga yang lumayan. Hal itu di karenakan produsen selalu melakukan inovasi-inovasi pada teknologinya untuk menyesuaikan minat pasar dan juga untuk bisa bersaing dengan produk pesaing. Zaman sekarang orang berlomba-lomba untuk mempunyai HP keluaran terbaru sehingga produk HP yang launching sebelumnya akan berkurang peminatnya, sehingga harganya otomatis akan turun. Padahal jika diteliti, tidak akan ada perbedaan jauh antara kedua pruduk HP tadi. Produsen hanya melakukan perubahan atau penambahan fitur kecil sebagai strategi marketing mereka. Dan otomatis orang awam tidak akan sadar dan selalu ingin membeli produk yang baru. Melakukan inovasi-inovasi sudah seperti sebuah kewajiban jika ingin bisa bertahan dan bersaing di zaman yang serba modern seperti sekarang 

Referensi

Ritzer, George. 2012. "Teori sosiologi : dari sosiologi klasik sampe perkembangan terakhir postmodern". Yogyakarta: pustaka pelajar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun