Mohon tunggu...
Viona aminda
Viona aminda Mohon Tunggu... Freelancer - Life long learner

United nations colleague media, A mother to amazing son.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sampah Plastik dan Ekonomi

5 Februari 2022   21:52 Diperbarui: 6 Februari 2022   09:52 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Isu-isu yang tidak berkelanjutan terkait dengan plastik tidak berakhir dengan sejumlah besar emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari tahap produksi; mereka juga meluas ke pengelolaan sampah. 

Ilustrasi lingkungan dan pengembangan ekonomi sirkulas.| Sumber: Pixabay
Ilustrasi lingkungan dan pengembangan ekonomi sirkulas.| Sumber: Pixabay

Hanya 9% plastik yang didaur ulang, sementara 12% dibakar, dan 79% sisanya berakhir sebagai "sampah yang salah kelola" di tempat pembuangan sampah atau lingkungan alami, menurut Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik mengacu pada sampah yang dibuang secara tidak memadai yang berpotensi untuk dibuang secara resmi atau dikelola secara berkelanjutan. 

Sementara data emisi gas rumah kaca dari polusi plastik sulit diukur, banyak sampah yang salah kelola berakhir di sungai, zona pesisir, dan lautan. Setelah dilepaskan ke lingkungan, sampah plastik menjadi ancaman serius bagi satwa liar dan ekosistem alam.

Di lautan, banyak ikan dan kehidupan laut lainnya, seperti plankton, menelan sejumlah besar plastik dan mikroplastik, yang dapat menjadi racun bagi mereka. Hal ini dapat memengaruhi kemampuan plankton untuk menyerap CO2, sebuah proses di mana mereka memainkan peran kunci.

Pada tahun 2050, diperkirakan lautan kita dapat mengandung sekitar 937 juta ton plastik dibandingkan dengan 895 juta ton ikan, menurut Ellen MacArthur Foundation. 

Produksi dan limbah plastik pasti akan berdampak buruk di banyak bidang, mulai dari perubahan iklim hingga ekosistem alami dan bahkan sistem pangan kita, terutama di sungai dan lautan.

Untuk memahami peluang dan potensi ekonomi sirkular untuk mengurangi limbah, penting untuk menyelidiki industri mana yang paling banyak memproduksi plastik dan mana yang paling tidak efisien dalam hal pengelolaan limbah secara berkelanjutan. Pengemasan adalah yang utama baik produksi plastik maupun sampah plastik yang dihasilkan.

Selain bangunan dan konstruksi, terbukti bahwa semua sektor lain memiliki praktik pengelolaan sampah yang tidak berkelanjutan dalam hal plastik, karena jumlah sampah plastik yang dihasilkan setidaknya setengah dari jumlah yang dihasilkan. Untuk sektor-sektor ini, ekonomi sirkular sangat penting untuk membantu mengurangi jumlah sampah.

Industri perlu didesain ulang sedemikian rupa sehingga plastik tidak lagi berakhir sebagai limbah, sehingga mengatasi masalah pada intinya. Menemukan cara untuk menghilangkan produksi plastik sekali pakai dan plastik yang tidak kita butuhkan sangatlah penting. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun