Perkembangan teknologi informasi dan Komunikasi/Information Communication and  Techlogy (ICT) pada era industri 4.0 telah mempengaruhi semua elemen  sektor  kehidupan, termasuk sektor usaha jasa konstruksi (Wena, & Suparno. 2014). Di satu sisi  proyek-proyek konstruksi saat ini  semakin kompleks dan rumit.Â
Agar  dapat menyelesaikan proyek konstruksi dengan tepat anggaran, mutu dan waktu,  maka para praktisi usaha jasa konstruksi harus mampu menggunakan ICT dalam mulai perencanaan dan penyelesaian proyek (Maylor, 2015). Â
Namun berdasarkan pengamatan dan diskusi dengan para praktisi jasa konstruksi di wilayah Malang, saat ini masih banyak pekerja konstruksi yang menggunakan cara-cara manual untuk menyelesaikan permasalahan dalam proyek baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan  maupun pengendalian proyek (Kuncoro dan Sudomo, . 2017).Â
Tanpa pengunaan program/aplikasi manajemen proyek berbasis ICT  penyelesaian perencanaan, pelaksanaan  dan pengendalian proyek konstruksi yang komplek sangat sulit dilakukan (Soeharto. 2008; Suparno,Sugandi, Wena, M. & Pribadi. 2017)Â
Mengingat kegiatan pelatihan ini dilakukan pada masa pendemi Covid 19, maka metode pelaksanan pelatihan dilakukan dengan tiga strategi yaitu (l) pelatihan dalam jaringan  dan (2) pelatihan secara tatap muka dan (3) pendampingan lapangan.  Â
Sebelum kegiatan pelatihan tatap muka dilakukan terlebih dahulu dilakukan kegiatan pemberian materi pelatihan materi secara daring. Melalui pelatihan daring ini diharapkan peserta pelatihan telah memiliki pengetahuan tentang materi pelatihan sebelum dilakukan kegiatan tatap muka.Â
Sedangkan kegiatan  pelatihan tatap muka dilakukan dengan menerapkan protokol Covid 19 secara ketat. Strategi pelatihan dalam kegiatan tatap muka dilakukan dengan ceramah, demonstrasi, dan penugasan. Pendampingan lapangan digunakan untuk memperdalam pengetahuan dan ketrampilann praktis peserta dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dijumpai dilapangan.
Sebagai faktor positif pelaksanaan kegiatan  ini  adalah adanya dukungan perusahaaan jasa konstruksi  dan tersedianya kesempatan dan kemauan para praktisi. Selama kegiatan pelatihan tidak ada hambatan yang berarti, dan semua kegiatan dapat berjalan sesuai rencana yang telah ditetapkan.Â
Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan  dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan ini telah berhasil dengan baik, hal ini dapat dilihat dari perkembangan dan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan peserta dalam penggunaan program/aplikasi manajemen proyek berbasis ICT dalam memecahkan perencanaan dan pengendalian proyek konstruksi  dilapangan.
Setelah selesai mengikuti pelatihan ini disarankan para peserta untuk selalu menerapkan implementasi program/aplikasi manajemen proyek berbasis ICT dalam setiap kegiatan usaha jasa konstruksi. Demikian pula peserta yang telah mengikuti pelatihan ini hendaknya  mensosialisasikan  materi ICT dilingkungan kerja masing-masing. Kegiatan pelatihan ini perlu diperluas jangkauannya baik untuk peserta dan wilayah sasarannya.