Mohon tunggu...
Runive
Runive Mohon Tunggu... Penulis - Evi Nur Humaidah

Apalagi kalau bukan menulis?

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Setarik Ingatan di Lembah Hujan

16 Januari 2019   15:41 Diperbarui: 16 Januari 2019   16:02 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://2.bp.blogspot.com/-m468NjUJKvo/VRTOTXR1V6I/AAAAAAAAANY/ckD_FDauNfQ/s1600/wir.jpg

Aku tidak mengerti bagaimana takdir menjadi seperti ini. Waktu itu, perpisahan sudah di depan mata. Sekalipun menyedihkan, hatiku sedikit lega untuk menerima kenyataan. Tapi, segalanya bergeser sangat jauh. Dengan sebuah proses, kegagalan besar bersimbah di hadapanku, saat itu juga.

Katamu, kau mencintaiku. Tapi, disaat aku mulai menyukaimu, kau mudah sekali berpindah hati kembali hanya karna aku tidak pandai berekspresi.

Hujan hari ini turun dengan tepat dan cepatnya. Bahkan semakin deras seiring dengan kata-kata yang terutara. Aku masih ingat bagaimana tarikan napas yang berusaha lega itu. Ditemani dengan satu tegukan yang cukup berat, aku memalingkan tubuh untuk tidak melihat lebih banyak.

Meskipun begitu, rupanya aku tidak pernah luput memperhatikanmu. Tiap-tiap langkahmu, tiap-tiap pilihanmu, dan tiap-tiap kata yang kau ucap di sekelilingku.

Dengan sisa semangat yang pernah kuberi padamu, aku harus teguh menahan gejolakku. Aku tidak tahu dari sisi mana aku harus melihat. Sengaja kudirikan dinding setinggi mungkin untuk menghalaumu. Sementara celah untukku melihatmu, tentu saja hanya aku yang tahu. Lalu saat kau mencoba memasukinya, aku sungguh menutup telinga.

Biadabnya perasaanku ini menghalalkan berbagai cara, baik untuk bersembunyi maupun menyembunyikanmu. Kubiarkan semua orang tahu bahwa tak satu hal pun terjadi padaku. Hal itu, selain menutup luka, rupanya juga membuat luka itu berbunga. Aku menipuku, menipumu, menipu siapa saja.

Bukan tanpa sebab, hanya saja pertaruhan yang kulempar di ujung temu harus kau pertimbangkan. Agar bisa kukatakan satu hal. Aku memilihmu, tapi kau tak kunjung tau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun