Mohon tunggu...
Evi Nurhidayah
Evi Nurhidayah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Madrasah Halim

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Parenting Masa Kini : Mengasuh dengan Hati, Beradatasi dengan Teknologi

25 Desember 2024   12:58 Diperbarui: 25 Desember 2024   12:58 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengasuh anak selalu menjadi tantangan tersendiri bagi setiap orang tua, tetapi di era modern ini, tantangan tersebut semakin kompleks. Teknologi yang berkembang pesat, budaya yang terus berubah, dan tekanan sosial yang muncul dari media digital menuntut orang tua untuk lebih adaptif. Jika dulu pola pengasuhan lebih banyak dipengaruhi oleh tradisi dan norma lokal, kini orang tua harus menghadapi berbagai pengaruh global yang membentuk karakter dan perilaku anak.

Era digital membawa banyak manfaat, seperti kemudahan akses informasi dan peluang belajar tanpa batas. Namun, di sisi lain, hal ini juga memunculkan tantangan baru, seperti kecanduan gawai, tekanan media sosial, dan kurangnya interaksi langsung dalam keluarga. Semua ini menuntut pola asuh yang tidak hanya fleksibel tetapi juga berbasis nilai dan pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan anak.

Oleh karena itu, penting bagi para orang tua untuk memahami realitas parenting masa kini, mengenali tantangan yang ada, dan menemukan strategi yang tepat. Dengan begitu, orang tua dapat membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang sehat, percaya diri, dan siap menghadapi dunia yang terus berubah. 

Tantangan Parenting Masa Kini

Mengasuh anak di era modern membawa beragam tantangan yang sebelumnya tidak dihadapi oleh generasi terdahulu. Berikut adalah beberapa tantangan utama yang sering dihadapi oleh para orang tua:

a. Paparan Teknologi

Anak-anak masa kini tumbuh dalam lingkungan yang dikelilingi oleh teknologi. Smartphone, tablet, dan akses internet telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Meskipun teknologi dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran, penggunaannya yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kecanduan, gangguan tidur, hingga konsumsi konten yang tidak sesuai dengan usia anak. Orang tua sering kali kesulitan menemukan keseimbangan antara manfaat teknologi dan risikonya.

b. Tekanan Sosial Media

Media sosial menciptakan standar baru dalam kehidupan sosial anak-anak. Mereka terpapar pada kehidupan "sempurna" yang ditampilkan oleh orang lain, yang sering kali tidak realistis. Hal ini dapat memengaruhi rasa percaya diri dan kesehatan mental anak. Selain itu, anak juga rentan terhadap cyberbullying yang dapat memberikan dampak psikologis jangka panjang.

c. Perubahan Peran Gender

Masyarakat modern semakin menerima fleksibilitas dalam peran gender. Hal ini memberikan kebebasan bagi anak-anak untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka tanpa terikat pada stereotip gender. Namun, bagi sebagian orang tua, perubahan ini dapat menjadi tantangan, terutama jika nilai-nilai tradisional masih kuat dalam keluarga. Orang tua perlu menyesuaikan pendekatan mereka untuk tetap relevan dengan perkembangan zaman.

d. Kurangnya Interaksi Tatap Muka

Teknologi sering kali menggantikan interaksi tatap muka dalam keluarga. Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan gawai daripada berbicara dengan orang tua atau saudara mereka. Pola komunikasi ini dapat mengurangi keintiman keluarga dan menghambat perkembangan keterampilan sosial anak. Orang tua perlu berupaya menciptakan waktu berkualitas yang mendorong komunikasi langsung dalam keluarga.

Tantangan-tantangan ini menunjukkan betapa pentingnya orang tua masa kini untuk terus belajar dan beradaptasi dalam pola asuh mereka. Dengan memahami tantangan ini, orang tua dapat lebih siap mencari solusi yang efektif untuk mendukung perkembangan anak secara optimal.

Strategi Mengasuh Anak di Era Digital

Menghadapi tantangan parenting di masa kini membutuhkan strategi yang cerdas dan adaptif. Orang tua perlu menyeimbangkan antara memanfaatkan teknologi modern dan menanamkan nilai-nilai tradisional yang relevan. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan:

a. Mengelola Penggunaan Teknologi

  • Membuat Aturan Waktu Layar (Screen Time): Tetapkan batas waktu penggunaan gawai sesuai usia anak. Misalnya, gunakan teknologi hanya untuk kegiatan belajar atau hiburan dalam waktu tertentu.
  • Pilih Konten yang Bermanfaat: Dampingi anak saat mengakses internet dan pilihkan aplikasi atau konten yang edukatif. Pastikan anak mengonsumsi informasi yang sesuai dengan usianya.
  • Ajarkan Digital Literacy: Bantu anak memahami risiko internet, seperti keamanan data, berita palsu, dan bahaya berkomunikasi dengan orang asing di dunia maya.

b. Menanamkan Nilai dan Etika

  • Etika Digital: Ajarkan anak untuk menggunakan teknologi dengan bijak, seperti menghormati privasi orang lain dan tidak menyebarkan informasi yang merugikan.
  • Berikan Teladan: Orang tua perlu menjadi contoh dalam menggunakan teknologi. Hindari terlalu banyak waktu di depan layar saat bersama keluarga.
  • Menghadapi Tekanan Sosial Media: Bimbing anak dalam memahami bahwa apa yang terlihat di media sosial sering kali bukan gambaran realitas. Latih mereka untuk membangun rasa percaya diri berdasarkan kemampuan mereka, bukan perbandingan dengan orang lain.

c. Meningkatkan Kualitas Hubungan Keluarga

  • Waktu Berkualitas Tanpa Teknologi: Luangkan waktu bersama keluarga dengan aktivitas tanpa gawai, seperti makan malam bersama, bermain, atau melakukan kegiatan di luar rumah.
  • Komunikasi Terbuka: Dorong anak untuk berbicara tentang perasaan mereka. Jadilah pendengar yang baik agar anak merasa didengar dan dihargai.
  • Kegiatan Kolaboratif: Libatkan anak dalam kegiatan keluarga seperti memasak, berkebun, atau olahraga bersama. Hal ini tidak hanya mempererat hubungan, tetapi juga mengajarkan keterampilan hidup.

d. Memberikan Pendidikan Emosional

  • Ajarkan Mengenali dan Mengelola Emosi: Bantu anak memahami perasaan mereka, seperti marah, sedih, atau bahagia, serta cara yang sehat untuk mengelolanya.
  • Membangun Empati: Dorong anak untuk memahami perasaan orang lain, sehingga mereka dapat membangun hubungan yang baik dengan orang di sekitarnya.
  • Mendukung Minat dan Bakat Anak: Kenali potensi anak dan dukung mereka untuk mengeksplorasi minatnya tanpa merasa tertekan untuk mengikuti ekspektasi orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun