Bagian 1
Tangisan Tersembunyi
Rasmala gadis cilik yang pintar, selalu riang dan pandai berinteraksi. Senyumnya selalu tersungging dibibirnya walau kehidupan sebaliknya dari yang diinginkannya. Tapi bagi orang-orang yang sudah mengenalnya, mengetahui betul ketegaran dari gadis riang ini. Walaupun usianya baru 10 tahun, sikap mandiri dan bertanggung jawab sudah terlihat melekat pada dirinya.
Jiwanya yang kokoh terbentuk dari keadaannya , ayah ibu Rasmala bercerai ketika Rasmala berusia 6 tahun. Rasmala mempunyai seorang kakak laki-laki yang usianya terpaut 3 tahun darinya. Andi namanya ,yang kini tinggal dikeluarga kakek dari ayahnya. Sedangkan Rasmala tinggal bersama ibunya sesekali bersama neneknya, itulah resiko dari sebuah perceraian terkadang membuat dua saudara terpisah.
Rasmala tidak bertanya kenapa ayah dan ibu berpisah, pertanyaan itu rasmala simpan dalam dihati. Rasmala tidak mau jawaban yang justru tidak enak didengar , karena Rasmala pernah mendengar jawaban dari ibu ketika ada pertanyaan yang sama dilontarkan saudara atau temannya.Â
Dan Rasmala menjadi tahu ketika orang dewasa berpisah , mereka lebih banyak mengenang hal-hal buruk dari pasangannya dulu sehingga yang terucap kekurangan, kesalahan dari mantan pasangan.
Pada suatu sore ketika Rasmala sedang mengerjakan PR , terdengar samar-samar perbincangan ibu ,kakek dan paman. Walaupun mata dan jari tertuju pada tugas tapi telinga Rasmala juga aktif mendengar.Â
"Mau cari yang bagaimana lagi Tut , dia duda ditinggal mati jadi tak ada resiko berurusan dengan mantan istrinya.Terus pekerjaannya sudah pasti, dia seorang guru, dan nanti punya uang pensiun untuk bekal di masa tua." terdengar suara paman meyakinkan.Â
"InsyaaAlloh mang mau dipikirkan dulu". Jawab Tuti.
" Kalau bapa mah bagaimana tuti saja ,yang akan menjalaninya kan Tuti, Â bapak cuma titip Rasmala, jangan sampai terabaikan gara-gara kamu punya suami lagi." terdengar suara kakek dan ucapannya membuat Rasmala sejenak berhenti menulis.
Dilubuk hati, Rasmala berharap ibu tidak menikah lagi. Rasmala merasa sudah nyaman hidup berdua dengan ibu. Pikir Rasmala kalau ibu tidak menikah lagi, Perhatian ibu tertuju Kepada dirinya dan kekhawatiran terbesar Rasmala seperti halnya ucapan kakek tadi, takutnya perhatian dan sayangnya ibu berkurang ketika nanti punya suami lagi. Perbincangan Ibu ,paman dan kakek berlanjut ke hal lain , dan Rasmala pun tidak fokus lagi mendengarkan, karena berikutnya hanya perbincangan biasa seputar pekerjaan mereka sebagai petani desa. Jemari Rasmala melanjutkan tugasnya yang tadi terjeda.