Menjamurnya bisnis kopi akhir-akhir ini jumlahnya tidak dapat dibendung lagi. Hampir di setiap sudut kota minimal berdiri satu outlet warung kopi modern yang biasa disebut dengan coffeeshop. Padahal jika ditilik keduanya menjual menu yang sama yakni minuman berkafein dalam gelas yakni kopi.Â
Warung kopi modern yang dikenal dengan coffeeshop dicirikan dengan tempat yang nyaman, memiliki bangunan yang cukup estetik dan memiliki terkenal mahal. Berkembangnya bisnis warung kopi modern ini mengubah gaya hidup remaja yang mempunyai kegemaran kongkow.
 Andri Tri Susanto (27) Karyawan Kopi "KOPAS" Taman Siswa memaparkan bahwa dalam jangka waktu 1 (satu) tahun terakhir, pengunjung warung kopi ia bekerja mengalami penurunan drastis. Warung Kopi "KOPAS" yang identik dengan kursi kayu memanjang dengan meja besarÂ
diantara dua kursi yang biasanya penuh dengan muda-mudi kini sepi. Jika dahulu setiap orang harus berdesak-desakan untuk duduk di kursi panjang karena datang dengan rombongan yang banyak, kini kursi panjang itu longgar dan bahkan hanya diisi 2-3 orang setiap mejanya.
Andri bercerita mengenai fenomena menurunnya jumlah customer yang datang di Kopi "KOPAS" Taman Siswa. Ia memaparkan bahwa di sepanjang jalan taman siswa warung kopi modern mencapai 7 outlet diantaranya Sebelas Coffee, Homwok Coffee, 28 Coffee, Lussid Coffee, Peachy Coffee, Alfa X Coffee, dan Kopi Soe.Â
Ia juga memaparkan bahwa kemungkinan besar para pelanggan Kopi "KOPAS" Taman Siswa bergeser dan mengikuti trend kongkow di warung kopi modern "coffeeshop".
Disisi lain warung kopi modern memiliki sudut pandang berbeda mengenai fenomena ini. Hal ini dipaparkan oleh Muhammad Kholil Manager Warung Kopi DUA MASA. Kholil menyebutkan bahwa ketimpangan ini muncul karena warung kopi modern mampu memberikan penawaran baru dalam dunia nongkrong remaja. Kholil membeberkan sedikit informasi mengenai tips yang ia lakukan untuk membangun brand awareness DUA MASA.
"Di era kemajuan teknologi dan informasi ini, sebenarnya syaratnya hanya mengikuti trend dan terus berinovasi memanfaatkan media," papar Kholil.
Hal ini selaras dengan paparan Andri mengenai bentuk inovatif dari warung kopi tempat ia kerja, dalam wawacara ia menyebutkan bahwa warung kopinya hanya mengandalkan iklan word of mouth (WOM) yang akhir-akhir ini juga menurun karena hanya sedikit yang datang ke warung kopi tersebut. Masalah perbedaan strategi pemasaran antara warung kopi biasa dengan warung kopi modern ini menjadi titik tolak dari ketimpangan antara keduanya.
Shri Bhuwana Tungga Devi, salah satu customer Sebelas Coffee cabang perumnas memaparkan bahwa ia memiliki kebiasaan untuk mencari tahu mengenai warung kopi yang akan ia datangi melalui media sosial Instagram. Ia memaparkan bahwa ia harus memastikan dimana keberadaan warung kopi ,menu apa saja yang bisa ia beli dan suasana warung kopi yang akan ia datangi dengan melakukan pelacakan informasi di laman Instagram terkait.
Devi merupakan salah satu mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang merantau dari Bogor. Ia mengaku bahwa ia tidak banyak mengetahui warung kopi yang ada di Yogyakarta. Oleh karena itu, ia mencari informasi warung kopi melalui akun Instagram yang dimilikinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H