Mohon tunggu...
Evin
Evin Mohon Tunggu... Tutor - Nulis-Nulis

Tertarik pada konten yang menarik

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Revitalisasi Transportasi Publik Sebagai Kunci Mengatasi Kemacetan dan Polusi

24 Januari 2025   09:38 Diperbarui: 24 Januari 2025   09:38 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era modern seperti sekarang, kemacetan dan polusi telah menjadi masalah serius yang dihadapi oleh hampir semua kota besar di Indonesia. Pertumbuhan penduduk semakin pesat dibarengi angka kepemilikan kendaraan pribadi yang semakin tinggi per tahunnya, dan infrastruktur yang belum memadai telah menciptakan krisis mobilitas perkotaan yang begitu kompleks.

Kemacetan bukan sekadar masalah lalu lintas, melainkan persoalan multidimensi yang berdampak besar pada kualitas hidup masyarakat. Setiap hari, jutaan penduduk perkotaan menghabiskan waktu berjam-jam hanya di jalanan, mengalami stres, membuang produktivitas yang lebih berguna, belum lagi mengeluarkan biaya bahan bakar yang tidak sedikit.

Polusi udara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor juga menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup, transportasi menyumbang sekitar 30% dari total emisi gas rumah kaca di perkotaan. Dampaknya tak hanya terasa pada kualitas udara, tetapi juga berpotensi menimbulkan berbagai penyakit pernapasan seperti sesak napas.

Untuk mengatasi permasalahan ini, perlu pendekatan komprehensif dalam revitalisasi transportasi publik. Beberapa strategi kunci yang dapat diimplementasikan meliputi:

Pengembangan infrastruktur yang terintegrasi. Membangun sistem transportasi yang terhubung secara mulus antarmoda, seperti bus, kereta, dan angkutan berbasis rel. Konsep transit-oriented development (TOD) dapat menjadi acuan dalam perencanaan perkotaan agar lebih efisien.

Kemudian meningkatan kualitas armada. Mengganti kendaraan angkutan umum dengan unit berbasis teknologi ramah lingkungan. Penggunaan bus listrik atau kendaraan dengan emisi rendah dapat secara penuh menurunkan polusi udara.

Inovasi Teknologi dan Aplikasi juga perlu ditingkatkan. Mengembangkan sistem pembayaran digital, aplikasi penjadwalan real-time, dan platform informasi transportasi publik yang mudah diakses masyarakat.

Insentif dan kebijakan pendukung perlu diperhatikan pula. Memberikan keringanan pajak bagi produsen kendaraan ramah lingkungan, membatasi kepemilikan kendaraan pribadi, serta memberikan insentif bagi pengguna transportasi publik.

Beberapa kota di dunia telah berhasil menerapkan konsep revitalisasi transportasi publik. Singapura, misalnya, telah menciptakan sistem Mass Rapid Transit (MRT) yang efisien dan nyaman. Demikian pula dengan Kota Copenhagen di Denmark, melalui infrastruktur sepeda.

Tentu, revitalisasi transportasi publik bukanlah proses yang sederhana. Dibutuhkan komitmen kuat dari pemerintah, dukungan sektor swasta, dan partisipasi aktif bagi masyarakat. Investasi besar diperlukan, namun manfaat jangka panjangnya jauh lebih besar dibandingkan biaya awal.

Peran Masyarakat

Kesadaran dan perubahan perilaku masyarakat jadi kunci keberhasilan transformasi transportasi publik. Masyarakat perlu didorong buat:

- Menggunakan transportasi publik secara berkala

- Mendukung inisiatif ramah lingkungan

- Berpartisipasi dalam program-program sosialisasi

Revitalisasi transportasi publik bukan sekadar solusi teknis, melainkan investasi untuk kualitas hidup yang lebih baik. Dengan pendekatan sistematis, inovatif, dan terus menerus, kita dapat mengubah masalah mobilitas menjadi peluang menciptakan kota yang lebih sehat, efisien, dan nyaman.

Saatnya kita bersama-sama membangun masa depan transportasi yang lebih baik, bukan sekadar mimpi, tetapi konkret dan dapat diwujudkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun