Pernahkah Anda iseng scroll media sosial, tiba-tiba melihat iklan baju super keren yang harus dimiliki, atau action figure dari karakter anime favorit yang sulit sekali ditemukan di toko offline?Â
Eh, tau-tau keranjang belanja online sudah penuh  dengan barang-barang yang tadinya nggak kepikiran dibeli. Rasanya familier? Yap, itu dia efek media sosial terhadap belanja yang bisa jadi kebablasan.
Tapi, tenang dulu. Kita nggak sedang menyalahkan media sosial sepenuhnya, kok. Media sosial punya banyak sisi positif, salah satunya sebagai sarana hiburan dan sumber informasi. Nah, masalahnya ada di gimana kita menyikapi konten yang berseliweran di lini masa. Â Termasuk dampak media sosial terhadap kebiasaan belanja kita.
Pernah nggak kepikiran beli sesuatu padahal belum tentu butuh? Bisa jadi itu karena iklan di media sosial. Platform medsos seperti Instagram dan Facebook menggunakan algoritma canggih yang menargetkan iklan sesuai minat dan kebiasaan pengguna. Jadi, nggak heran kalau tiba-tiba muncul iklan sepatu olahraga terbaru padahal kita baru saja like postingan tentang gaya hidup sehat.
Selain iklan bertarget, para influencer juga punya pengaruh besar terhadap kebiasaan belanja kita. Mereka kerap memamerkan gaya hidup glamor dengan barang-barang branded terbaru. Entah itu outfit kece dari ujung rambut sampai ujung kaki, gadget canggih keluaran terbaru, atau perlengkapan traveling yang bikin iri. Nggak jarang, gaya hidup yang ditampilkan influencer ini memicu keinginan untuk memiliki barang serupa, meskipun sebenarnya nggak terlalu dibutuhkan.
Terus-menerus terpapar iklan dan gaya hidup influencer di media sosial bisa memengaruhi psikologis kita, lho. Perasaan FOMO (Fear of Missing Out) alias takut ketinggalan zaman bisa mendorong kita untuk membeli barang yang sedang tren, meskipun nggak sesuai dengan budget. Selain itu, dopamin, hormon yang memicu rasa senang, ikut berperan. Ketika membeli sesuatu yang baru, apalagi barang tersebut ditampilkan dengan menarik di media sosial, otak kita akan melepaskan dopamin, sehingga kita merasa senang dan puas. Nah, inilah yang bisa memicu perilaku belanja impulsif.
Dampak Negatif Belanja Tak Terkendali
Belanja yang nggak terkendali akibat pengaruh media sosial bisa menimbulkan dampak negatif, di antaranya:
Finansial. Utang menumpuk, tabungan terkuras, dan kesulitan mengatur keuangan adalah beberapa risiko yang bisa terjadi.
Stres. Tekanan finansial akibat belanja impulsif bisa memicu stres dan kecemasan.
Hubungan interpersonal. Masalah keuangan yang disebabkan belanja berlebihan bisa berdampak pada hubungan dengan keluarga dan pasangan.
Lingkungan. Produksi barang yang berlebihan dan sampah kemasan yang dihasilkan dari kebiasaan belanja impulsif bisa berdampak buruk terhadap lingkungan.
Media sosial nggak harus jadi musuh keuangan kita, kok. Dengan trik jitu, kita bisa tetap menikmati media sosial tanpa terjebak doom spending. Berikut beberapa tips yang bisa dicoba:
- Unsubscribe dari brand yang terlalu gencar promosi.
- Unfollow influencer yang gaya hidupnya bikin dompet menipis.
- Buat list belanja dan patuhi budget.
- Hindari belanja online tengah malam atau saat sedang stres.
- Tahan diri untuk tidak tergoda diskon besar-besaran.
- Pikirkan matang-matang sebelum membeli. Tanyakan pada diri sendiri, "Apakah barang ini benar-benar saya butuhkan?"
- Cari alternatif yang lebih terjangkau. Siapa tahu ada barang serupa dengan harga yang lebih ramah kantong.
- Hindari skema "Buy Now, Pay Later". Cicilan bisa jadi jebakan batman yang bikin keuangan jebol.
Media sosial memang bisa menjadi pemicu belanja impulsif. Â Namun, dengan kesadaran dan trik yang tepat, kita bisa mengendalikan kebiasaan tersebut. Ingat, medsos seharusnya menjadi sarana yang membuat hidup kita jadi lebih baik, bukan sebaliknya. Yuk, jadilah pengguna media sosial yang cerdas dan bijak dalam mengatur keuangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H