Mohon tunggu...
Evin
Evin Mohon Tunggu... Tutor - Nulis-Nulis

Tertarik pada konten yang menarik

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Lifestyle Creep, Bagaimana Kebiasaan Gaya Hidup Menggerogoti Keuangan Tanpa Disadari

21 September 2024   09:05 Diperbarui: 21 September 2024   09:07 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://unsplash.com/@freestocks

Mungkin banyak yang pernah mengalaminya hal ini, pendapatan naik dan tanpa sadar, kita mulai meningkatkan gaya hidup kita. Mungkin Anda dulu merasa puas dengan makan malam di warung kaki lima, tapi sekarang tiba-tiba makan di restoran mewah terasa biasa saja. Inilah yang disebut dengan lifestyle creep atau gaya hidup merangkak.

Gaya hidup yang perlahan namun pasti merayap, mengikuti kenaikan pendapatan kita, membuat kita merasa harus mengikuti tren baru, membeli barang yang lebih mahal, atau berlibur ke tempat yang lebih eksotis.

Lifestyle creep adalah fenomena di mana pengeluaran seseorang meningkat seiring dengan bertambahnya pendapatan. Meskipun kenaikan ini seharusnya membuat kita lebih leluasa menabung atau berinvestasi, sering kali yang terjadi justru sebaliknya. Alih-alih menggunakan uang tambahan itu untuk tujuan jangka panjang, kita malah terjebak dalam lingkaran meningkatkan gaya hidup.

Pada awalnya mungkin hanya sedikit membeli kopi mahal, berlangganan layanan streaming tambahan, tapi lama-lama kebiasaan kecil ini bisa berdampak besar pada kondisi keuangan Anda.

Mungkin Anda berpikir, "Hei, apa salahnya menikmati hasil kerja keras?" Tidak ada yang salah dengan itu. Namun, jika tidak diawasi, lifestyle creep bisa menjadi masalah besar.

Salah satu dampak negatif terbesar adalah hilangnya kesempatan untuk membangun kekayaan jangka panjang. Ketika pengeluaran meningkat seiring pendapatan, Anda tidak lagi memiliki sisa yang cukup untuk menabung atau berinvestasi.

Bagaimana Lifestyle Creep Terjadi?

Lifestyle creep sering kali dimulai dari hal-hal kecil. Anda mendapatkan kenaikan upah, lalu memutuskan untuk merayakannya dengan membeli barang baru atau menikmati liburan. Kemudian, hal ini menjadi kebiasaan. Dengan terbiasa dengan kenyamanan dan kemewahan yang sebelumnya tidak pernah dinikmati. Pada akhirnya, gaya hidup ini terasa normal, dan Anda merasa perlu untuk terus mempertahankannya.

Salah satu faktor penyebab lifestyle creep adalah tekanan sosial. Kita sering kali merasa harus mengikuti gaya hidup orang-orang di sekitaran. Jika teman-teman Anda mulai membeli mobil baru atau liburan ke luar negeri, Anda mungkin merasa bahwa juga harus melakukan hal yang sama. Media sosial juga memperburuk situasi ini, dengan memperlihatkan gaya hidup mewah yang tampak menyenangkan.

Pada akhirnya, lifestyle creep adalah fenomena yang bisa menimpa siapa saja. Namun, dengan sedikit kesadaran dan perencanaan, kita bisa menghindarinya dan menjaga keuangan tetap sehat. Ingatlah bahwa gaya hidup mewah bukanlah satu-satunya cara untuk menikmati hidup. Dengan menjaga pengeluaran tetap terkendali dan fokus pada prioritas jangka panjang, Anda bisa meraih financial freedom tanpa perlu mengorbankan kebahagiaan.

Jadi, sebelum tergoda untuk membeli barang mewah atau mengikuti tren terbaru, tanyakan pada diri sendiri:

Apakah ini benar-benar kebutuhan, atau hanya keinginan yang akan memicu lifestyle creep?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun