Apes benar Harry Kane ini. Di usia yang telah menginjak 30 tahun, dengan deretan prestasi individu yang telah ia torehkan sebagai pemain bola papan atas dunia, namun hingga saat ini belum ada satupun gelar tim yang nyangkut di lemari trofinya.
Padahal ia merupakan salah satu goal getter top yang sangat buas di kotak pinalti saat ini. Terbukti, dalam pencapaian individu, Harry Kane sudah pernah menjadi top skor EPL sebanyak tiga kali.
Belum lagi saat perhelatan piala dunia 2018 yang berlangsung di Rusia, Kane juga meraih golden boot atau sepatu emas, karena berhasil menduduki daftar goal terbanyak dengan torehan 6 goal.
Bahkan, saat inipun dia masih berada di atas sebagai pemimpin daftar top skor sementara Bundesliga dengan 36 gol. Terpaut cukup jauh dari Serhou Guirassy yang berada di urutan kedua dengan 25 gol sebagai rival terdekat.
Namun, pencapaian prestisius tersebut berbanding terbalik jika berbicara prestasi tim. Karena hingga saat ini dia belum pernah sekalipun menggenggam trophy juara.
Semasa di Tottenham Hotspurs memang sangat sulit baginya. Walau Spurs masih terhitung sebagai tim Big Six EPL, namun kalau berbicara juara, The Lily Whites bukanlah unggulan untuk menjuarai kompetisi bergengsi macam EPL dan UCL.
Mungkin kala itu peluang ada untuk sekedar mengejar trophy FA Cup dan League Cup. Namun, karena Spurs dinilai tim yang tidak memiliki mental juara, kedua piala tadipun enggan mampir ke lemari Spurs.
Bayangkan, pelatih sekaliber Mourinho saja yang dianggap bakal memberikan setidaknya satu piala ke tim yang dia asuh, namun gagal terwujud saat melatih Tottenham.
Ada peluang ketika itu Mou berhasil membawa Spurs melaju ke partai final League Cup 2021. Tapi begitu lucunya manajemen Tottenham yang berani memecat pelatih sarat pengalaman tersebut beberapa hari menjelang partai final.
Mereka bahkan mempercayakan pelatih minim pengalaman Ryan Mason untuk berduel dengan Pep Guardiola di laga final. Keputusan itupun menjadi blunder dan jelas banyak yang mempertanyakan bahkan dari fans kubu Tottenham sendiri.
Sebelumnya pada tahun 2019, Kane berhasil membawa Tottenham melaju ke partai final UCL. Namun, Liverpool terlalu kuat bagi mereka hingga takluk 2-0 kala itu.
Kane juga sempat main di final Euro ketika berkostum Timnas Inggris. Padahal, The Three Lions sedikit diuntungkan, karena venue final diselenggarakan di negara mereka, tepatnya Stadion Wembley, London.
Akan tetapi hal itupun gak cukup buatnya untuk meraih gelar, karena Italia berhasil merebutnya dalam drama adu penalti.
Berkostum Munchen
Kini Kane berbaju Munchen setelah pindah dari Spurs di awal musim. Peluang untuk mendapatkan satu trophy pun terbuka lebar, mengingat Munchen selalu juara liga selama 11 musim beruntun, hingga membuat Bundesliga jadi liga tani.
Namun malangnya nasibmu Harry Kane, karena ia datang disaat rival Bayer Leverkusen di bawah sang maestro pelatih Xabi Alonso lagi on fire.
Bayer Neverlusen. Dua kata itu kini sering terdengar, karena hingga saat ini Leverkusen masih unbeaten atau belum terkalahkan di semua ajang termasuk Bundesliga.
Hal itulah yang membuat mereka akhirnya ditasbihkan sebagai juara walau musim belum berakhir. Karena jarak poinnya secara matematis sudah tak bisa lagi dikejar oleh Munchen.
Asa juara liga pun lenyap. Namun, kesempatan buat dapat setidaknya satu piala musim ini masih ada di Liga Champions. Sayangnya, Kane dkk pun tersingkir disemifinal karena kalah aggregat gol 4-3 dari Real Madrid.
Dengan hasil ini memastikan Munchen harus puasa gelar musim ini, sekaligus membuat Kane masih harus menunda untuk kedatangan satu piala ke pelukannya.
Di liga dilangkahi Leverkusen, di UCL disingkirkan DNA UCL Madrid. Tampaknya nasib sial masih menghantuinya.
Sampai kapan Harry Kane mesti menunggu? Para fansnya pun sudah tak sabar!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H