Menjadi seorang guru ngaji tidaklah mudah, butuh keikhlasan dan kesabaran dalam mendidik anak anak untuk menjalani kehidupan sesuai tuntunan Al Qur'an dan As sunnah. Pendidikan Al Qur'an tentunya sangat dibutuhkan bagi orang islam. Pendidikan ini harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Berkat perjuangan seorang perempuan, anak anak di Kodam Arhanudse pesanggrahan Jakarta Selatan bisa belajar Al Qur'an. Di kalangan rumah dinas TNI kodam Arhanudse itu, terdapat masjid tempat anak para TNI belajar mengaji.Â
Masjid yang bernama Al Muhtaddin ini dibangun sejak tahun 2002 sebagai tempat beribadah para anggota dan keluarga TNI. Sejak tahun 2017 masjid Al Muhtaddin dijadikan sebagai Taman Pendidikan Al Qur'an untuk anak anak di sana. Usulan pendirian TPA ini dilakukan oleh salah satu istri dari TNI yang tinggal di rumah dinas kodam Arhanudse, yaitu Ibu Jazilah Mar'ah atau yang sering disebut Bu Zilah (30th). Mendengar usulan tersebut, dengan senang hati komandan Kodam menyetujuinya, sehingga berdirilah tempat belajar Al Qur'an sampai sekarang yang diberi nama TPA Al Muhtaddin.
Walaupun dengan latar belakang pendidikan bisnis syariah di Universitas Islam Negeri Jakarta, namun Bu Zilah cukup handal dalam ilmu Quran dan pendidikan karakter yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad. Dengan pedoman ilmu agama, Bu Zilah ingin disetiap rumah dinas TNI ini diisi oleh lantunan ayat Al Qur'an. Menurutnya dengan mengajarkan anak anak mengaji itu akan membawa Al Quran ke rumah mereka masing masing. Ia mengatakan "Ibu - ibu dan bapak - bapak TNI terlalu sibuk dan jarang di rumah, sehingga kadang tidak ada yang mengaji ataupun sholat.
 Dengan mengajarkan anak anaknya mengaji, minimal dirumah ada yang membaca Al Qur'an dan mengerjakan sholat". Selain itu, tujuan didirikan TPA ini agar dapat menjadi solusi untuk menghibur anak anak dengan Al Qur'an. Beberapa anak anak di kodam merasa kesepian karena ayahnya dinas di luar kota dan bahkan ada yang pulang hanya setahun sekali. Hadirnya TPA bisa mengisi waktu anak anak agar tidak merasa kesepian. Di TPA juga disediakan beberapa buku cerita islami, dongeng, kartu dan beberapa mainan yang bisa anak anak pakai sebelum jam pelajaran dimulai. Bahkan hampir setengah jumlah anak anak selalu datang satu jam sebelum jam pelajaran dimulai, hanya untuk baca buku dan menyusun puzzle islami.
Saat ini TPA Al Muhtaddin sudah berjalan 5 tahun dan semakin bertambah banyak anak anak yang belajar disana. Yang awalnya hanya 10 anak, 20 anak sampai sekarang sudah 80 anak yang dididik oleh Bu Zilah, serta ada 5 orang guru lainnya. Salah satu pendidikan karakter yang diajarkan di TPA Al Muhtaddin adalah metode mengejar pahala. Salah satu metode yang diajarkan Bu Zilah agar anak anak melakukan kebaikan tanpa disuruh dan inisiatif sendiri. "Anak anak kita beri pengertian mengenai apa itu pahala, mengapa harus memperbanyak pahala, dan bagaimana caranya memperoleh banyak pahala", Kata Bu Zilah dalam wawancara. Dengan didikan mengejar pahala ini, anak anak selalu berebut untuk membantu gurunya, bersedekah, datang paling awal dan sholat berjamaah di masjid. Bahkan ketika hujanpun anak anak tetap semangat pergi mengaji.
Pendidikan karakter yang dilakukan Bu Zilah kepada anak anak memberikan dampak yang sangat baik bagi perilaku anak anak dirumah, bahkan tidak jarang para ibu ibu disana mengakui ketika anaknya ngaji di TPA Al Muhtaddin, perilaku anaknya berubah menjadi lebih baik. "Ada juga salah satu wali murid yang tidak pernah sholat, sekarang jadi mau sholat, karena melihat anaknya setiap hari pergi sholat ke masjid", pengakuan dari Bu Zilah. Ia berharap dengan mendidik anak anak ilmu agama bisa memberikan hidayah juga kepada orang tuanya untuk lebih taat kepada Allah SWT.
Dibalik kesuksesannya dalam mendirikan TPA di Kodam Arhanudse, Bu Zilah mengungkap sampai saat ini ia kesulitan dalam mencari guru untuk membantunya mengajar. Ada beberapa faktor, salah satunya gaji yang tidak sesuai. "Saat ini ada 5 guru yang mengajar dan hanya di bayar 20.000 perhari. Walaupun gaji sedikit namun guru guru selalu mengajar dengan ikhlas ditambah lagi guru guru ini masih pada muda," Uangkapnya. Mengajar ngaji anak anak TNI bukan berarti bayaran besar, karena masih banyak orang tua yang menyepelekan pentingnya belajar ngaji, sehingga sedikit pula kepedulian mereka kepada bayaran guru ngaji. Namun ada juga beberapa orangtua yang peduli dan selalu melebihkan uang bayaran sehingga uangnya bisa dipakai untuk membeli makanan guru.
Sampai saat ini Bu Zilah masih berusaha untuk mensejahterakan guru guru ngaji agar lebih banyak lagi guru ngaji yang bisa berkontribusi untuk mendirikan pendidikan karakter di masjid. "Karena betapa banyak orang yang bisa mengajar Al Quran tetapi lebih memilih pekerjaan lain karena faktor gaji yang tidak seberapa, saya ingin guru ngaji itu seperti guru matematika, guru fisika, bahasa Inggris dan lainnya, karena guru ngaji juga penting untuk perkembangan anak anak". Ungkapnya.
Kisah inspiratif dari Bu Zilah ini diharapkan bisa membuat para orangtua lebih peduli kepada pendidikan Al Qur'an untuk anak anak. Dan tahu betapa bergunanya pendidikan Al Qur'an bagi karakter anak. Bu Zilah juga mengakatan bahwa "Ia berharap kisah perjuangannya ini bisa membuat para guru ngaji diluar sana lebih semangat dan tidak mudah menyerah dalam mendidik anak anak belajar Al Qur'an".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H