Mohon tunggu...
Evi Ghozaly
Evi Ghozaly Mohon Tunggu... Konsultan - | Penulis | Praktisi pendidikan | Konsultan pendidikan |

Tebarkan cinta pada sesama, melalui pendidikan atau dengan jalan apapun yang kita bisa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Surah Al Mulk Saat Memberi Syafaat kepada Orang Fasik

6 Agustus 2021   21:09 Diperbarui: 6 Agustus 2021   21:26 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto saya saat sowan Gus Baha dua tahun lalu, diantar Gus Wahyu, Ning Ria dan Ning Ina. Maturnuwun nggih.

Ngendikan Syech Imam Al-Ghazali dalam kitab Mukasyafatul Qulub, menyampaikan pengertian fasik yakni orang yang berbuat durhaka, melanggar janji, serta keluar dari jalan hidayah, rahmat, dan ampunan Allah. Singkatnya orang fasik itu ya yang sering berbuat dosa lah.Apakah bisa mendapat ampunan Allah? Dengan cara apa? Lewat jalan mana? Kapan?

Saya mendapat pertanyaan ini dalam kulwap tentang bagaimana agar tetap optimis. Seorang peserta menceritakan masa lalu yang suram, bergelimang dosa. Maksiat abc pernah dilakukan. Tentu, saya tidak bisa menjawab dengan kementhus ya, sebab ilmu saya nggak nyampe, perilaku saya belum bisa jadi contoh. 

Maka mohon ijin saya sampaikan ulang materi Gus Baha dalam kesempatan pengajian rutin ini. Saya tulis pleg, dan agar bisa tersimpan lama, saya upload di efbi. Tulisan ini nyontek bahasa lisan. Bahasa tutur. Nuwunsewu jangan dihadapkan pada kaidah menulis baku ya, Gaes. Mohon saya jangan ditabrakkan pada ketentuan teknis penulisan yang leres. Deal?

::

Bismillah, ini ngendikan Gus Baha:

 "Tentu masyhur sekali nggih, diantara yang dipahami semua ulama bahwa Al Quran bisa mensyafaati, memberi syafaat (pertolongan).

Perbedaan syafaat Al Quran dan syafaat Nabi adalah syafaat Al Quran menghalau atau menghadang seseorang agar tak sampai kena adzab. Sedang syafaat selain Al Quran, mengambil adzab yang sudah mengenai seseorang.

Nah malam ini saya ingin matur pada panjenengan semua, karena ini lama sekali saya kaji...bahwa semua malaikat itu, terkena konstitusi aturan fiqh. Jadi kalau kita sebagai manusia wajib menghormati orang yang hafal Al Quran, nggak boleh nyaduki orang hafal Al Quran, nggak boleh meludahi orang hafal Al Quran...maka malaikat juga kena aturan yang sama. Karena malaikat juga termasuk makhluq yang mukallaf, yang terkena tatanan Allah taala.

Rasulullah SAW dhawuh, "Surah Tabarak (Al Mulk) itu disebut Al Munjiyah: surah yang bisa menyelamatkan orang yang menghafalnya dari siksa kubur.

Alkisah ada orang yang sangat fasik mungkin ya layak untuk disiksa. Pas akan disiksa malaikat, surah ini menjelma menjadi seseorang dan berkata, "Kalau kamu menyiksa orang ini, berarti menyiksa saya."

Malaikat berkata, "Anti min kalamillah. Kamu adalah kalam Allah. Tentu saya nggak berani menyiksamu. Tapi ini orang fasik, saya harus menyiksanya..."

Surah Tabarak balik ngendikan, "Sefasik-fasiknya dia, ada  saya dalam hatinya."

Malaikat dan surat Tabarak (Al Mulk) berdebat. Tak ada kesepakatan, akhirnya keduanya mengadu pada Allah.

Singkat cerita, Allah mengijinkan surah Tabarak ( Al Mulk) memberi syafaat pada orang yang menghafalnya, "Maka akhirnya banyak orang yang menghafalkan surah Tabarak, selain surah Yasin. Ya ini sekaligus ijazah. Untuk meredam kemarahan malaikat, hafalkan surah Tabarak. Syukur jika hafal 114 surah, semua malaikat kena itu..."

::

Begitulah, Gaes. Gusti Allah itu maha pengasih penyayang dan maha pengampun. Jangan putus asa. Sekalipun kita pernah berbuat banyak dosa, yakin ampunan Allah selalu terbuka. Ada banyak cara. Tersedia banyak pintu. Bismillah.

Lengkapnya ada di video Gus Baha yang berjudul sama dengan judul tulisan ini ya, panjenengan skrol mpun.

Surah Tabarak atau Al Mulk ini juga salah satu idola saya. Bapak Emak mewajibkan kami anak-anaknya menghafal beberapa surah sejak kami kecil. Yasin, Al Mulk, Ar Rahman, Al Kahfi, Al Waqi'ah. Dibaca pada saat tertentu. Fadlilahnya keren, Gaes.

"Saya menolak ikut membaca surah Yasin sekarang, Ustadzah," kata beberapa mahasiswi saya saat silaturrahim akhir semester ke rumah. Saya ajak makan-makan setelah kuliah, tapi saya mohon berkenan baca Yasin dan Tahlil dulu.

"Kenapa, Mbak?"

"Karena membaca Al Quran tidak boleh pilih-pilih sebagian begitu. Harus dibaca semua, Ustadzah."

Saya ndlongop. Sak karepe panjenenganlah, Mbak, "Oh ya. Monggo yang mau saja ya."

Evi Ghozaly - Galunggung, 6 Agustus 2021 -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun