Mohon tunggu...
Evi Ghozaly
Evi Ghozaly Mohon Tunggu... Konsultan - | Penulis | Praktisi pendidikan | Konsultan pendidikan |

Tebarkan cinta pada sesama, melalui pendidikan atau dengan jalan apapun yang kita bisa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mencetak Guru yang Baik, Tugas Siapa?

9 Juli 2019   22:44 Diperbarui: 9 Juli 2019   23:31 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. Faculty of Education IAIN Jember

Maka sungguh, guru harus mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapi semua itu. Pada setiap pelatihan guru baru, saya selalu bertanya, "Mengapa anda ingin menjadi guru? Tahukah anda tugas guru? Apa yang akan anda lakukan selama setahun kedepan? Buku apa saja yang ingin anda baca? Pelatihan apa yang ingin anda dapatkan?".

Nah, setelah itu biasanya saya akan mengajak mereka bertanya pada diri, bener nih mau jadi guru? Ini lho hadiah bagi semua guru, tapi ini juga lho tantanganya. Kalau memang memilih jadi guru, harus siap ya. Termasuk menjadi teladan dan mendoakan semua murid setiap hari. Kalau niat dan tekad seperti ini sudah dimiliki semua guru, wah mantab surantab :D

Tentu saja, peran sekolah  juga sangat penting. Di sekolah Global Madani, semua guru wajib "kuliah" pada hari Sabtu. Murid libur, tapi semua guru harus mengupgrade diri pada program Personal Development. Mulai mematangkan kemampuan bahasa Arab Inggris, tahfidz tahsin, pendalaman materi, hingga memilih strategi pembelajaran.

Nah, semakin sering sekolah mengadakan pelatihan maka guru makin bagus. Makin siap masuk kelas dan menghadapi tantangan terkait tugasnya. Termasuk pelatihan bedah buku, manajemen kelas, komunikasi efektif dan banyak lagi tema lain.

Tapi bagaimana dengan sekolah yang jarang mengadakan pelatihan?

Disinilah peran besar fakultas keguruan dibutuhkan. Saya pernah melakukan kerjasama dengan dua jurusan, memesan lulusannya. Tapi lagi-lagi, tak semua mahasiswa dengan IP tinggi, siap turun mengajar.

Saya menyampaikan ini semua di forum beberapa tahun lalu. Pejabat Kemenag menyimak dengan baik dan berharap agar pertemuan itu menghasilkan sesuatu yang dahsyat. Saya tak tahu tindak lanjut FGDnya. Tapi setidaknya, keluhan saya sudah didengar oleh para ahli pendidikan dan praktisi hari itu.

Krik krik. Kemudian semua berjalan sebagaimana sebelumnya. Minimal, itulah yang saya tahu di sekitar saya. Masih kesulitan mencari guru yang baik. Bukan. Bukan guru yang ideal dan sempurna ya. Sebab menjadi guru ideal apalagi sempurna tak gampang, perlu jam terbang. Nyaris mustahil.

April 2019 saya bertemu seorang sahabat yang kebetulan menjadi Wakil Rektor di Institut Agama Islam Negri Jember. Sebelumnya, beliau pernah datang ke Global Madani pada kesempatan menjadi assesor di UIN Lampung.

Saya juga pernah diundang untuk memberi pelatihan di pondok pesantren milik keluarganya, dan terakhir seminar untuk para guru juga mahasiswa pasca Manajemen Pendidikan Islam di kampusnya. Pada kesempatan itulah kami diskusi tentang pendidikan, tentang keresahan terhadap sebagian kualitas calon guru dan juga tentang harapan pada mahasiswa fakultas kependidikan.

Saya sampaikan juga pengalaman menjadi dosen di sebuah perguruan tinggi yang nyaris seluruh lulusannya terserap sekolah sekitar. Bahkan banyak mahasiswa semester 5 yang usai PPL atau pengabdian langsung dipesan sekolah pengguna. Sejak berdiri, hingga sekarang. Beliau antusias menyimak...lalu, "Kita coba yuk, Ning. Dimulai dari FTIK kami ya".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun