Mohon tunggu...
Evi Ghozaly
Evi Ghozaly Mohon Tunggu... Konsultan - | Penulis | Praktisi pendidikan | Konsultan pendidikan |

Tebarkan cinta pada sesama, melalui pendidikan atau dengan jalan apapun yang kita bisa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Zonasi [1]: Di Mana Sekolah Swasta?

4 Juli 2019   10:31 Diperbarui: 4 Juli 2019   10:58 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

::

Nah lalu bagaimana dengan dugaan "...sistem zonasi ini merupakan permainan sekolah swasta agar kelolaannya laku?". Bagaimana?

Kalau saya sih, no. Nggak tahu kalau Anang. Serius, enggaklah.

Sejak dulu, sekolah swasta menjadi alternatif pilihan bagi murid yang ingin mendapatkan lingkungan tertentu dengan keunggulan tertentu. Kehadiran sekolah swasta justru memberi warna tersendiri, yang harus mandiri untuk memberikan yang terbaik bagi para murid, orang tua dan lingkungan. Sekolah swasta "tak boleh berharap" mendapatkan bantuan materi dari negara, tapi justru harus bisa mempersembahkan yang terbaik untuk negara.

Mungkin apa yang saya sampaikan atas nama pribadi ini terlalu lebay, tapi bagi yang pernah mengelola sekolah pasti akan paham bagaimana kruwel-kruwelnya mendirikan lembaga, sampai menjaga kualitas. Kalau nggak serius, ya habis.

::

Mohon maaf nggih, sekolah yang kami dirikan dan kelola juga tidak merebut pasar negri. Kami membuka pendaftaran tiap bulan Oktober, sementara pendaftaran di sekolah negri mulai buka pada Mei tahun berikutnya. Tak ada tes potensi akademik di sekolah kami, sebab semua anak berhak mendapatkan pendidikan termasuk yang berkebutuhan khusus. Pendaftaran tutup ketika kuota terpenuhi.

Ohya...sekian puluh persen murid kami berasal dari kabupaten lain lho, makanya kami sediakan asrama bagi yang berkenan. Kami memiliki kurikulum sendiri yang blandid dengan Kurikulum Nasional, jadi kapanpun pemerintah mengubah kurikulum, insyaAllah tak berimbas pada sekolah. Tiap pekan ada evaluasi pembelajaran yang telah berlangsung dan pembahasan rencana pembelajaran sepekan berikutnya. Guru kami wajib "sekolah" tiap Sabtu dengan materi beragam sesuai kebutuhan. Bagi guru sekolah swasta, pilihannya hanya ada dua: mau tumbuh bersama atau tak betah lalu dadah. Ada rapor guru untuk menjaga kualitas. Ada kode etik, komitmen dan segala aturan.

Guru tidak hanya mengajar, tapi juga dituntut bisa mendidik. Bukan hanya pada aspek kognitif, tapi juga psychomotor dan afektif. Guru tidak hanya wajib menjadi teladan, tapi harus bisa membentuk karakter murid yang baik.  Tidak hanya harus tahu potensi minat dan bakat murid, tapi juga mengarahkan murid untuk fokus pada cita-cita dengan membuat berbagai program: project, student performance, market day dan lain lain.

Orang tua muridpun wajib berperan aktif mengawal anak agar pelayanan dan tujuan pengasuhan tetap seiring dengan sekolah. Ada seminar parenting rutin, pengajian dan motivasi.

Sekolah swasta itu harus gulung koming kalau mau bertahan, Pakdhe. Jadi dengan semua ikhtiar itu, masak kami masih harus main mata dengan pemerintah agar penerapan sistem zonasi menyelamatkan kami?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun