Di Louisiana, Amerika Serikat, ketika musim semi tiba, untuk saya pribadi ditandai dengan bunga lily liar berwarna putih yang tumbuh di samping rumah. Diikuti oleh Azelia merah di belakang rumah. Iris berwarna ungu (kelihatan di taman taman publik. Kemudian, seiring dengan perubahan suhu, musim panas tiba, bunga pun turut berganti. Muncullah bunga dengan warna mencolok seperti Rudbeckia dan SunPatiens.
Mengejutkan, ternyata SunPatiens (Impatiens hawkeri) berasal dari Papua, Indonesia. Masuk ke Amerika melalui perusahaan Jepang yang bernama Sakata. Berhasil dikembangbiakkan dan tumbuh subur selama musim panas di Louisiana. Karena warnanya yang mencolok (kemerahan) cerah, sangat cocok ditanam di sudut sudut rumah yang bersisi gelap.
Iris sebenarnya muncul di antara musim semi dan musim panas, dan merupakan salah satu bunga asli (native) yang tumbuh liar di Louisiana. Sehingga dengan mudah ditemui di pinggir sungai, bukit bukit dan pinggiran semak belukar. Ada lima jenis bunga Iris di Louisiana yaitu Iris fulva, Iris hexagona, Iris brevicaulis, Iris giganticaerulea, dan Iris nelsonii.
Bunga Rudbeckia dan SunPatiens membuat musim panas berseri. Sebenarnya bunga Rudbeckia masih termasuk keluarga bunga matahari (sunflower). Di Louisiana ada jenis lokal (native) yang disebut dengan istilah Black Eyed Susan (Rudbeckia fulgida).
Rudbeckia tumbuh dan berbunga kuning emas mulai dari bulan Mei sampai Agustus. Tepat ketika udara sedang panas panasnya. Di samping tahan panas, bunga tahan kering, dan sangat cocok hidup hidup di daerah panas dan lembab seperti negara kita (Indonesia).
Bukan hanya warung resmi, bahkan ibu-ibu tetangga banyak yang buka bisnis “kaget” menjual bunga. Kalau di toko harga satu pot (satu jenis bunga) bisa mencapai sekitar AS$ 5 sampai AS$ 7 dolar (Rp 65 ribu sampai Rp 91 ribu), harga tetangga bisalah sekitar AS$ 4 (Rp 52 ribu). Bahkan bisa bargain (tawar menawar).
Uniknya, tak semua bisa jual bunga. Harus ada ujian untuk menjadi tukang penjual bunga. Ujiannya pakai bayar segala. Lumayan, satu kali ujian biayanya AS$ 114 (Rp 1,5 juta). Setelah itu urus izin, biayanya AS$ 100 (Rp 1,3 juta). Katanya sih bisa untung (kalau laku). Pingin nyoba juga nih kayaknya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H