Barangkali, pertanyaan yang selalu kita dengar, apakah orang yang menderita sakit diabetes bisa berpuasa? Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Monira Al-Arouj, MD dan kawan-kawan, kemudian diterbitkan oleh American Diabetes Association bahwa sejumlah penderita diabetes ternyata berpuasa selama Bulan Suci Ramadhan.
Secara kuantitatif, sebanyak 43% penderita diabetes type 1 dan 79% diabetes type dua berpuasa. Estimasi angka menyebutkan, sebanyak 40 sampai 50 juta penderita dibetes menjalani ibadah puasa di seluruh dunia. Di luar dugaan, cukup banyak juga jumlahnya.
Seandainya Anda penderita diabetes, dan dependent (tergantung sama obat), sebaiknya konsultasi ke dokter untuk mendapatkan pertimbangan pertimbangan medis sebelum memutuskan apakah mau berpuasa atau tidak.
Untuk alasan aqidah, bisa dikonsultasikan ke alim ulama terpercaya, apakah Anda bisa dikelompokkan ke dalam golongan boleh 'tidak berpuasa' karena menderita sakit kronis, jika anda memutuskan untuk absen berpuasa.
Risiko Penderita Diabetes
Penderita diabetes yang berpuasa, Hyperglycemia terjadi saat makan sahur dan menyantap hidangan berbuka, sedangkan Hypoglycemia bisa terjadi ketika berpuasa atau menahan lapar (sekitar 14 jam). Makanan yang berbahan manis dan karbohidrat tinggi bisa menyebabkan kadar gula darah spike (di atas 400 mg/dl). Sebaliknya, tanpa masuknya makanan ke dalam tubuh bisa menyebabkan kadar gula di bawah 70 mg/dl.
Secara umum, gula darah yang tak terkendali dalam waktu panjang bisa menjadi faktor pemicu berbagai jenis penyakit, termasuk penyakit jantung, stroke, gagal ginjal kronik, borok kaki dan rusaknya organ mata (bisa menyebabkan buta).
Risiko paling besar penderita diabetes ketika berpuasa adalah Hypoglycemia, di mana gula darah yang berada di bawah 70 mg/dl atau lebih rendah lagi bisa dikategorikan sebagai Hypoglycemia.
Apa efek Hypoglycemia terhadap organ tubuh? Organ utama yang terdampak oleh rendahnya gula darah adalah otak. Hal ini terjadi karena metabolism otak sangat tergantung pada glucose sebagai sumber bahan bakar utama. Tahap awal, jika kekurangan glucose, otak bisa mengandalkan glycogen yang tersimpan di astrocytes (sell berbentuk bintang di jaringan saraf pusat).Â
Namun, sumber energi dari glycogen ini cepat habisnya. Seandainya dalam jangka panjang, bukan hanya bisa mengganggu, tapi, bahkan fatal untuk kinerja otak. Berdasar tingkatan kadar kadar gula darah, maka efeknya terhadap kinerja otak adalah sebagai berikut:
- 65 mg/dl (3.6 mM) bisa menyebabkan mental efisiensi (tak bisa berfpkir dengan baik)
- 40 mg/dl (2.2 mM) bisa mempengaruhi 'judgement', bahkan salah dalam mengambil keputusan
- 10 mg/dl (0.55 mM) menyebabkan hampir semua neuron tak berfungsi, tubuh bergetar, dan kemudian 'koma'
Manajemen Puasa
Kalau pasien diabetes memilih untuk berpuasa (setelah konsultasi dokter dan ulama), maka si pasien harus benar benar memperhatikan fluktuasi gula darahnya, mengingat resiko Hyperglycemia dan Hypoglycemia. Untuk itu perlu manajemen berpuasa yang baik.
Agar selama berpuasa, penderita diabetes aman, maka harus dilakukan langkah langkah yang tepat. Di antaranya, pengecekan gula darah dengan alat sederhana diabetes tester selama puasa secara rutin (regular), kapan harus minum obat dan atau kapan harus disuntik insulin.
Biasanya, saat sahur menyantap makanan yang mengandung karbohidrat tinggi, makanan yang mengandung saturated fats (lemak jenuh) dan minum sebanyak mungkin. Saat berbuka, kandungan makanan sebaiknya mengandung karbohidrat sederhana atau rendah.
Semoga tetap sehat selama Ramadan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H