Mohon tunggu...
Evi Erlinda
Evi Erlinda Mohon Tunggu... Bio-Human Medicine -

Menetap di Baton Rouge, USA.\r\nBekerja di Our Lady of the Lake Regional Medical Center. Hospital.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Obrolan Pilpres Amerika Serikat di Lingkungan Teman Kerja

22 Mei 2016   05:03 Diperbarui: 22 Mei 2016   15:53 1481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar. Peta electoral college (sumber: Linkis, 2016)

Sebenarnya di tempat kerja, kami tak pernah omong politik. Kalau gossip ngalur ngidul sih sering. Tapi Pilpres Amerika Serikat kali ini (2016) sangat 'unik', sehingga gosip politik pun tak bisa dihindarkan. Teman-teman  menyebut Pilpres kali ini adalah pertarungan antara second Clinton Vs si Dumb (dungu) Trump. Kenapa unik? Dan kenapa Donald diubah menjadi Dumb (dungu)?   

Unik yang pertama adalah Hillary Clinton, wanita pertama yang akan bersaing merebut kursi presiden, berasal dari Partai Demokrat, partai Presiden Obama. Unik kedua yakni seputar calon 'kontroversi' dari Partai Republik. Siapa lagi kalau bukan Donald Trump. Digelari 'Dungu' Trump, tak lain karena pernyataan pernyataan kontroversi selama kampanye preliminary (pendahuluan) untuk memilih kandidat dari masing masing partai.   

Di antara pernyataan Trump bahwa orang turunan Afrika-Amerika dan Amerika Latin sebaiknya dikembalikan ke negara lelulur mereka langsung mendapat tanggapan, "Kecuali native Amerika (Indian Amerika), semua ras adalah pendatang immigrant, termasuk Trump.” Kalau gitu Trump dulu yang diantar pulang ke negara leluhurnya. "Dasar dungu,” kata teman-teman. 

Siapa yang Berpeluang Menang?
Beda dengan negara kita, penentu pemenang pilpres di Amerika tidak berdasarkan jumlah suara, tapi berdasarkan jumlah electoral college (perwakilan) istilahnya. Silahkan lihat peta electoral college pada gambar di atas. Setiap state (negara bagian) punya jumlah electoral college masing masing. Jumlah electoral college disesuaikan dengan jumlah penduduk.

Negara bagian Louisiana (LA) punya 8 electoral college, Texas (TX) 38, California (CA) 55 dan seterusnya. Misalnya Hillary Clinton menang di Louisiana dan California, maka jumlah electoral college yang terkumpul adalah 8 + 55 = 63. Untuk menang sebagai presiden, harus minimal mengumpulkan electoral college sebanyak 270.

Kembali lihat gambar peta di atas, mungkin Anda bertanya-tanya kenapa ada tiga warna: merah, biru dan putih? Merah artinya negara bagian yang penduduknya berafiliasi ke Partai Republik, biru menandakan bahwa penduduk negara bagian tersebut berafiliasi ke Partai Demokrat, sedangkan putih adalah netral.

Berdasarkan afiliasi politik, Demokrat (biru) memiliki 242 electoral college, sedangkan Republik sebanyak 179 electoral college. Artinya apa? Demokrat (Hillary Clinton) sudah punya modal 242 atau unggul 63. Hanya perlu mencari 28 electoral college untuk mencapai angka 270. D imana 270 adalah angka bingo (kemenangan). Sementara Republik (Donald Trump) harus kerja lebih keras untuk mencapai angka 270. Trump butuh 91 electoral college, lebih dari tiga kali dibanding Hillary untuk menang.  

Pertarungan untuk merebut angka kemenangan akan berlangsung di negara bagian netral. Negara bagian netral ini biasa juga disebut dengan istilah 'battle ground'. Di sini, semua jurus atau strategi kampanye kandidat akan dikeluarkan. Uang iklan pun mengalir kencang. Di antara negara bagian battle ground tersebut: Florida (Fl, 29), Ohio (OH, 18), Indiana (IN, 11), Virginia (VA, 13), North Carolina (NC, 15) dan Colorado (CO, 9).

Isu Penentu Kemenangan
Untuk isu domestik atau tema kampanye yang akan dikemukakan oleh kandidat Pilpres Amerika tahun ini adalah: gender equality (persamaan hak perempuan dalam upah, promosi, akses pekerjaan); biaya asuransi kesehatan; biaya pendidikan dan hak-hak minoritas (Latin Amerika dan pemeluk agama agama minoritas seperti Islam).

Sedangkan isu internasional adalah masalah balistik dan nuklir Korea Utara; ekspansi Cina di Laut Cina Selatan (Natuna); Krisis pengungsi dari Syria dan perdagangan internasional.

Kedua kandidat presiden akan mengeluarkan ide-ide mereka atas isu domestic dan internasional, baik melalui medsos, iklan komersil, interview dan debat langsung di TV. Paling ditunggu adalah acara debat di TV yang disiarkan secara langsung. Debat juga berlangsung interaktif, pertanyaan-pertanyaan yang akan didebatkan datang dari seluruh Amerika. Akan terlihat kecerdasan kandidat presiden dalam menjawab pertanyaan tak terduga.    

Sebenarnya, rakyat biasa Amerika sama saja dengan rakyat di negara mana pun di dunia ini, bagi mereka 'tak penting' siapa yang mau jadi presiden. Mereka semua hanya memikirkan: apakah ada makanan setiap hari di atas meja, pendidikan anak anak, kesehatan, dan uang pensiun hari tua. Itu saja!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun