Mirip di Malioboro, Jogja, sambil jalan santai bisa dilirik-lirik aneka tingkah manusia. Ada yang lagi main juggling ball, memegang bola sambil menendang nendang kecil, dan ada pula yang seperti taruhan melemparkan koin ke dinding. Aneka jenis toko di sepanjang jalan yang dilalui.
Ayam Setan
Bau Indonesianya sangat gampang “tercium.” Aneka kuliner Indonesia atau yang sudah dimodifikasi dengan mudah ditemui di Amsterdam.
Ada beberapa restoran yang khusus menjual makanan Indonesia. Saya sempat menemui restoran dengan nama Indonesia yaitu Sampurna, Tempo Doeloe dan Kartika. Terlihat pula ada papan reklame yang bertulis Warung Makan.
Di restoran Sampurna, sepertinya kerinduan masakan tanah air bisa terobati. Menu yang ditawarkan cukup terwakili. Ada makanan ringan yang popular di tanah air seperti soto ayam, pangsit, nasi goreng, lumpia, tempe dan sebagainya.
Menu makan siang dan makan malam cukup bervariasi mulai dari aneka masakan dengan bahan daging, ikan, ayam sampai ke tiram dan cumi cumi. Tak ketinggalan sambal dan masakan tauco.
Ada menu yang menyebabkan saya terkejut, yaitu “ayam setan.” Apa pula ini? Ternyata ayam grilled (panggang) yang dibumbui dengan saus green pepper. Mungkin biar merasa weunaak sampai kesetanan.
Coffee Shop Menjual Daun Terlarang
[caption caption="Harga daun ganja, Hashis dan Marijuana dalam Euro (sumber: dokpri)"]
Ada papan tulis di sudut coffee shop, di situ bisa dilihat jenis-jenis ganja, asal dan harganya. Kisaran harga adalah 6 Euro sampai 13 Euro. 1 Euro sekitar Rp14.800.
Saya tak tahu apakah bisa ditawar atau tidak, karena memang saya tak berminat untuk mengetahui, apalagi tak terpikir untuk menjadi pemakainya. Anehnya, hukum di Belanda, dilarang mengimpor daun ganja, tapi nama nama seperti Marokko, Thailand, dan Afghanistan adalah di antara asal ganja yang ditulis di papan. Apakah bukan mengimpor?