[caption caption="Bill Gate dan istri, Melinda sedang membesuk bayi di salah satu rumah sakit Afrika (Sumber foto: The Chronicle of Philanthropy, 2015)"][/caption]
Kalau baca baca papan pengumuman di ruang khusus tim medis dan admin tempat saya bekerja (Our Lady of the Lake Hospital), akan selalu terpampang kalimat seperti ini (biasanya dari HR):
“A kind person donated 100 Christmas cards. If you need, you can have. Come to my office and take what you need.”
Apa itu Christmas cards? Kartu belanja yang nilainya mulai dari AS$50 sampai AS$150 (Sekitar Rp650 ribu sampai Rp1,95 juta). Biasanya, menjelang Christmas orang Amerika saling berbagi hadiah. Orang yang tak sempat belanja, maka dia memberi Christmas card sebagai gift atau hadiah.
Christmas cards bisa dipakai belanja apa saja, mulai dari barang elektronik, pakaian sampai makanan sehari hari. Seandainya nilai Cards kita cuma seratus lima puluh dolar, sedangkan harga laptop termurah 250 dolar, maka kita menambah 100 dolar untuk mendapatkan laptop tersebut.
Untuk sekedar gambaran, bisa beli apa saja kalau saya punya Christmas Card senilai AS$ 50 (Rp 650 ribu?):
1.Harga ayam panggang seekor utuh AS$6 (dengan 50 dolar saya bisa beli 8 ekor ayam panggang utuh siap saji, masih sisa 2 dolar).
2.Harga kacang rebus siap dimakan AS$4/kilo (dengan 50 dolar saya bisa beli 12,5 kg kacang rebus)
3.Harga anggur sekitar AS$5/kilo (dengan 50 dolar saya bisa beli 10 kg anggur segar)
Sumbangan untuk rumah sakit
Orang Amerika ini unik, biaya berobat sudah “sangat mahal,” tapi masih mau juga menyumbang ke rumah sakit.
Sumbangan yang mereka berikan tak mesti wah dan mahal, bisa saja kue yang dibuat oleh cucunya. Sekantong permen dan coklat. Selusin kue donat. Buah buahan dari kebun sendiri. Piano kesayangan dan sebagainya.
Kalau sumbangan makanan atau buah buahan, biasanya diletak di ruang “kitchen” atau ruang minum kopi bersama. Sambil menikmati secangkir kopi, dan makanan sumbangan pasien, kamipun ngobrol ngalur ngidul.
Seandainya terlalu banyak sumbangan makanan di suatu hari, kami mengontak “shelter” (rumah singgah) tempat para “homeless” biasa mangkal. Sedihnya, kalau “homeless”pun sudah banyak menerima sumbangan, terpaksa kami buang ke tong sampah.
Awal awal bekerja dulu, saya terkadang meneteskan air mata, kalau mengingat banyak sekali orang “kelaparan” di berbagai belahan bumi lain. Sementara, kami dengan enteng saja membuang makanan ke tong sampah.
Selama saya bekerja, sumbangan dalam bentuk uang terbesar yang saya ketahui sebanyak AS$5 juta (Rp 65 Milyar) dari seorang pemilik franchise. Uang ini untuk pengembangan fasilitas rumah sakit, bukan untuk dibagi bagi ke tim medik (enak juga kalau untuk tim medik yang merawat si pasien, saya bisa beli sawah di tanah air).
50 Penyumbang Terbesar
Di Amerika sendiri, total sumbangan dari 50 orang penyumbang terbesar adalah AS$10,2 Milyar (sekitar Rp 133 Triliun). Sumbangan ini adalah total derma sepanjang tahun 2014 atau derma pertahun. Data untuk total sumbangan tahun 2015 akan keluar tahun depan (2016). Biasanya tiap tahun meningkat.
Data ini dikeluarkan oleh The Chronicle of Philanthropy tahun 2015 (silahkan lihat di : https://philanthropy.com/interactives/phil-50). Kemudian, anda mungkin bertanya seberapa banyak uang segitu?
Kalau dibandingkan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Sumatera Barat (Sumbar), Aceh dan Sumatra Utara (Sumut), maka uang sumbangan orang kaya Amerika sama dengan sekitar 27 tahun APBD di 3 propinsi di Sumatra tersebut.
Lima penyumbang teratas adalah sebagai berikut:
1. Bill Gate menyumbang sebanyak AS $1,920 Milyar (Rp 25 Triliun)
2. Ralph C. Wilson Jr. sebanyak AS$1 Milyar (Rp 13 Triliun)
3. Theodore (Ted) Stanley sebanyak AS$652 juta (Rp 8,5 Triliun)
4. Jan Koum sebanyak AS$556 juta (Rp 7,3 Triliun).
5. Sean N. Parker sebanyak AS$550 Juta (Rp 7,2 Triliun)
Pasti, yang paling anda kenal adalah Bill Gate. Mayoritas sumbangan Titan Teknologi ini adalah untuk memerangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas kesehatan penduduk di negara negara berkembang.
Kok Mau Nyumbang ?
Kembali ke judul, apa sebab orang Amerika mau menyumbang? Ada dua jawaban untuk pertanyaan ini.
1. Tradisi.
Sebenarnya mirip dengan kita, dari kecil kita diajarkan untuk saling berbagi. Gotong royong, membantu yang lemah berarti juga membantu diri sendiri. Orang miskin (miskin harta dan pendidikan) cenderung untuk berbuat kriminal, kalau hidupnya dibantu, maka kriminal akan turun drastis. Kita semua nyaman kalau tanpa kriminalitas.
Sumbangan ke rumah sakit akan menyebabkan tim medis merasa dihargai, akan sedaya upaya meningkatkan pelayanan. Akhirnya yang untung pasien juga, cepat sembuh.
2. Stimulus Pemerintah
Nah ini alasan yang paling utama kenapa orang kaya raya suka menyumbang, yaitu : keringanan pajak. Dengan menyumbang, pengusaha bisa memohon keringanan pajak kepada pemerintah bahkan bisa mengajukan “amnesty” untuk tidak membayar pajak sama sekali (zero tax).
Apakah perlu diterapkan di negara kita?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H