Untuk kasus suami saya, selain mencarikan orang yang mau minjamkan kursi roda, “social worker” juga merekomendasikan beberapa depot obat (apotik) yang menyediakan obat gratis untuk mahasiswa seperti suami saya.
Kalau tim medik tak mampu menjelaskan tentang metode pengobatan, maka “social worker” akan menerangkannya sekaligus “membujuk” pasien kenapa dia harus diberi obat tertentu, treatment tertentu atau penanganan tertentu.
Mungkin, paling penting adalah soal biaya. Tergantung kondisi pasien, “social worker” bisa menjadi “mediator” antara pasien dan rumah sakit. Minta untuk dipertimbangkan gratis, discount atau nyicil perbulan sampai biaya berobatnya lunas.
Setelah negosiasi, kalau dapat gratis, maka persoalan menjadi selesai buat pasien. Tapi, jika rumah sakit hanya bisa memberikan discount (misalnya), dan pasien masih merasa “berat” membayar. Maka “social worker” akan bantu mengisi permohonan bantuan biaya ke pemerintah pusat atau pemerintah daerah. Bantuan ini “Medicaid” istilahnya.
Medicaid dari pemerintah bisa 100%, 50% , 25% atau tidak sama sekali. Persoalan muncul seandainya pemerintah tak mau bantu. Jangan kuatir, social worker punya daftar dermawan atau organisasi tertentu yang mau bantu pasien.
Para dermawan ini cukup unik, misalnya ada dermawan hanya mau bantu sakit tertentu, jenis kelamin tertentu, etnik tertentu, dan bahkan tanggal lahir tertentu. Ada yang mau bantu kalau si pasien bintang virgo saja. Pokoknya unik unik.
Kalau ada yang tak bisa bayar bersalin, banyak sekali yang mau bantu, dan bahkan siap mengadopsi si anak. Jadi jangan risau kalau anda melahirkan di Amerika Serikat. Bayi anda “pasti” tidak ditahan oleh rumah sakit, kalau alasannya karena anda tak bisa bayar biaya bersalin!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H