Memang dalam symbol bintang(*) dan bukan dalam angka. Itulah penilaian dalam pendidikan anak usia dini. Kenapa harus bintang? Mungkin sebagian pihak bertanya tentang pertanyaan yang seperti itu. Dan kenapa bukan angka seperti di sekolah dasar, sekolah menengah pertama atau sekolah menengah atas? Bukankan dengan memeberi penilaian angka akan terlihat lebih detail?
Jika dipikir-pikir memang dengan memberi angka dalam assessment itu akan lebih detai. Lah, mungkin disinilah perbedaan antara pendidikan usia dini dengan pendidikan dasar ataupun pendidikan menengah. Ada banyak kemungkinan mengapa bintang lebih menjadi budaya atau kebiasaan dalam memberi penilaian PAUD.
Kemungkinan pertama, anak akan lebih suka diberi angka daripada bintang, hal ini terlihat dalam adik saya, Bila yang baru tahun ini masuk PAUD, kenyataannya Bila lebih suka dengan gambar bintang daripada gambar angka. Mungkin dalam benak anak-anak usia dini bintang jauh lebih menarik daripada angka.
Kemingkinan ke-dua, seperti diketahui bintang adalah benda yang dapat bersinar sendiri dengan kata lain memancarkan cahaya sendiri bukan seperti bulan yang hanya memantulkan cahaya matahari saja. Mungkin disini, bintang mempunyai filosofi sendiri, anak diharapkan akan menjadi mandiri seperti bintang yang tak perlu matahari untuk bersinar.
Kemungkinan ke-tiga, bintang sangat berkilau dan bercahaya, disini dalam bintang tersimpan harapan agar siswa/ anak usia dini dapat berkilau seperti bintang dengan kemampuan-kemampuan yang akan dikembangkan dalam proses pendidikan.
Kemungkinana ke-empat, Bintang akan selalu menyinari dalam malam. Membuat energy-energi cahaya yang membantu makhluk hidup di bumi. Sehingga matahari digantikan oleh bintang dalam malam hari. Oleh karena itu diharapkan anak dapat menjadi penerang, minimal dalam kehidupannya.
Itulah beberapa kemungkinan mengapa kok bintang bukan angka, yang jelas dalam penilaian semakain banyak bintang, maka semakin baik. Artinya bintang empat akan jauh lebih bagus daripada bintang tiga ataupun bintang dua. Wallahu a’lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H