Mohon tunggu...
Evie Azimatul Khasanah
Evie Azimatul Khasanah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Mahasiswa Sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perubahan Sosial Masyarakat Desa

18 April 2020   22:50 Diperbarui: 18 April 2020   22:50 2264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap desa cepat atau lambat akan mengalami proses perubahan sosial. Sebelum mengalami perubahan, wilayah pedesaan dan masyarakatnya dikenal sebagai daerah agraris. Pertanian menjadi pekerjaan sekaligus mata pencaharian pokok masyarakat desa.
Sebagian besar para penduduk asli bermata pencaharian sebagai petani dan peternakan. Jumlah rumah pun tidak banyak, sehingga jarak antarrumah cukup jauh. Pola hubungan sosial antara masyarakat terjalin dengan baik. Demikian pula, ikatan sosial masyarakat pedesaan tergolong sangat erat dan baik dengan pola interaksi yang cenderung bersifat sosial dan tradisional. Banyaknya aktivitas yang dilakukan bersama oleh masyarakat, seperti bekerja bakti, gotong royong, pengajian, dan pesta panen dimungkinkan karena kesamaan dalam mata pencaharian, yaitu sebagai petani, yang dijadikan landasan penguat tali silaturahmi dan rasa solidaritas yang tinggi.

Kemudian mulai terjadi perubahan, yaitu bergantinya areal persawahan menjadi areal perumahan. Perumahan mulai masuk di wilayah pedesaan, terutama untuk kawasan pemukiman, jasa, serta perdagangan. Tahap demi setahap pihak pengembang perumahan membeli lahan yang ada di wilayah pedesaan untuk dijadikan perumahan. Para pengusaha membeli areal persawahan yang dimiliki oleh warga setempat, sehingga banyak warga yang kaya mendadak sebab tanah mereka dibeli dengan harga tinggi. Banyak pemilik tanah saat itu pindah hingga ke luar wilayah daerahnya. Kemudian, areal persawahan dibangun menjadi perumahan dengan berbagai tipe sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Setelah dibangun perumahan, struktur topografi wilayah pedesaan pun berubah. Lahan wilayah yang semula areal persawahan berubah menjadi sebuah perumahan yang berdasarkan rapi menurut blok-bloknya. Kondisi jalan yang berupa tanah merah telah diperbaiki dalam bentuk semen. Dengan demikian, perubahan sosial dari sisi struktur wilayah telah terjadi.

Pada tahap berikutnya masuklah para pendatang ke wilayah tersebut. Ada yang mengontrak, membeli rumah atau pindah dan menetap di daerah tersebut. Pertambahan komposisi jumlah penduduk terus meningkat setiap tahunnya, sehingga dalam beberapa tahun telah dipadati oleh warga. Meskipun jumlah unit hunian yang ditawarkan sangat banyak, tetapi karena besarnya minat pendatang yang menginginkan bertempat tinggal, perumahan tersebut menjadi terasa padat.

Perubahan sosial yang terjadi dari sisi struktur wilayah, menyebabkan terjadinya perubahan sosial ekonomi. Bahkan, kehidupan mereka berkembang dengan pesat. Hal ini terlihat dengan bergesernya hubungan ketetanggaan dengan warga yang tinggal di perumahan. Perubahan juga terlihat dalam sisi ekonomi seperti beragamnya jenis pekerjaan yang semula hanya bertani berubah menjadi wiraswasta atau pegawai pada perusahaan kelas rumahan. Alat transportasi yang juga menunjang segala aktivitas warga membuat semakin ramainya wilayah tersebut.

Akhirnya, perubahan jumlah penduduk pun mulai terjadi. Bahkan, terus-menerus meningkat seiring berubahnya infrastruktur wilayah. Beberapa faktor penyebabnya adalah sebagai berikut. Pertama, adanya pertumbuhan secara alamiah dari warganya sendiri yang dipengaruhi angka kelahiran yang tinggi. Kedua, peningkatan jumlah penduduk yang lebih disebabkan oleh migrasi penduduk setiap tahunnya. Migrasi ini terjadi yang disebabkan oleh berubahnya struktur masyarakat dan fungsinya, dari desa menjadi kota, sehingga banyak warga yang mencari nafkah ke daerah tersebut. Selain itu, para pendatang yang telah lama menghuni perumahan ini mengajak kerabat dekat ataupun familinya untuk tinggal di perumahan tersebut.

Setelah perubahan secara fisik, baik wilayah maupun penduduk, perubahan terjadi pula pada perilaku, norma, dan adat yang berkembang di masyarakat. Hal ini terlihat dari kecenderungan sikap warganya yang individualisme dan menjadikan rumah hanya sebagai tempat peristirahatan. Hal tersebut menciptakan kerenggangan antara warganya.Pola interaksi pun hanya sebatas ketika saling membutuhkan atau disebut juga pola interaksi ekonomi atau solidaritas organik, yaitu interaksi didasarkan atas kepentingan semata. Sangat jarang terjadi bentuk interaksi solidaritas mekanik.

Perubahan sosial yang terjadi pada suatu daerah perdesaan, ada yang masih bertahan dengan keasliannya, ada pula yang berubah secara total. Jika diklasifikasikan, ada dua macam, yaitu pertama, masyarakat asli daerah setempat yang dapat dikelompokkan sebagai masyarakat yang masih kuat dengan adat tradisionalnya, mentalitasnya masih perkampungan dan perdesaan (agraris) sehingga masih kuat dalam menjalankan budayanya. 

Kedua, masyarakat pendatang yang diklasifikasikan sebagai masyarakat mentalitas kota bertempat tinggal rata-rata di perumahan. Mereka biasanya mengonsentrasikan bidang pekerjaannya di institusi pemerintahan dan swasta, baik sebagai pegawai, pedagang, penyedia jasa, dan sebagainya. 

Para pendatang sudah banyak yang beralih pada budaya kota dan budaya lokal, yang mereka bawa dari daerah asalnya semakin terkikis. Hal ini menunjukkan pada sisi ekonomi ada kehidupan tipe ekonomi pasar dan tipe ekonomi perusahaan dan jasa.

Kedua kelompok masyarakat di atas, berada pada wilayah yang sama, tetapi yang satu berada di pinggir wilayah perumahan dan yang satunya lagi berada di pusat-pusat perumahan. Interaksi di antara dua kelompok masyarakat tergolong intens karena pada kenyataannya keduanya saling membutuhkan. Akan tetapi, komunikasi mereka bersifat fungsional. Artinya, komunikasi dilakukan jika ada kebutuhan. Pada kenyataannya, sifat individual sangat tampak di antara mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun