oleh : Evi Latif Habsari
Guru Matematika SMA Negeri 1 Salatiga
Matematika adalah salah satu ilmu yang sangat penting dalam kehidupan. Manfaat matematika memang sangat penting dan dekat dalam aspek kehidupan. Matematika digunakan dalam aktivitas sehari-hari, meskipun dalam bilangan operasi yang sangat sederhana. Misalnya, untuk menghitung harga, menghitung laba  rugi, menghitung simpan pinjam, dan sebagainya. Sehingga apabila ada peserta didik yang mau menghindari matematika itu tidak bisa dilakukan. Matematika sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari cntoh untuk menghitung penghasilan dari profesi mereka.
Bidang studi matematika merupakan mata pelajaran yang menjadi momok bagi para peserta didik. Mereka sering kali merasakan kesulitan dalam mempelajari, memahami, mendiskirpsikan, hingga harus menghafal rumus-rumus matematika yang begitu banyak. Banyak yang menganggap matematika itu sulit dikarenakan mereka belum menerima ilmu matematika itu dengan senang hati dan secara sukarela. Di sinilah yang menjadi tantangan guru untuk menjadikan pembelajaran matematika itu dapat disenangi peserta didik
Pembelajaran matematika yang menyenangkan bisa diawali dengan menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman, kondusif dan dan pembelajaran yang bermakna, yaitu dengan mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang dimilikinya. Sehingga akan tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik.
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Pembelajaran matematika diartikan sebagai proses belajar matematika oleh peserta didik dengan bantuan/ pendampingan guru. Pembelajaran matematika merupakan kegiatan utama yang dilakukan peserta didik untuk mempelajari bahan ajar matematika dalam rangka menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Guru matematika hanya berfungsi sebagai fasilitator kegiatan belajar peseta didik. Pembelajaran matematika diharapkan berakhir dengan penguasaan kompetensi yang telah ditetapkan pada pelajaran matematika.
Kemdikbud (2012:15) menyatakan bahwa proses pembelajaran yang diharapkan adalah proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan kontekstual, serta buku teks yang memuat materi, proses pembelajaran, dan sistem penilaian serta kompetensi yang diharapkan. Secara umu dapat disampaikan bahwa perubahan pembelajaran yang diinginkan adalah perubahan pembelajaran dari :Mengingat atau menghafal ke arah berpikir dan pemahaman, model ceramah ke pendekatan: discovery learning, problem based learing atau inquiry learning.
Mengapa matematika menjadi momok bagi sebagian besar orang? Sebenarnya masalah terbesar justru terletak pada proses pembelajaran matematika itu sendiri. Sebagian besar guru menggunakan metode klasikal dalam pembelajaran matematika dengan  model ceramah, contoh latihan soal dan mengerjakan soal. Sehingga menyebabkan pembelajaran matematika kurang menyenangkan dan ditakuti peserta didik. Hal ini mengakibatkan matematika dasar peserta didik menjadi lemah dan tidak mampu mendukung proses pembelajaran pada level selanjutnya.
Mengingat begitu pentingnya pengenalan konsep dasar, sebaiknya pengenalan matematika kepada peserta didik dilakukan sedemikian rupa sehingga peserta didik yang memutuskan ingin tahu lebih banyak. Di sini guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing bagi peserta didik nya untuk menemukan konsep matematika tersebut. Sikap guru hendaknya lebih terbuka, ramah terhadap peserta didik dan masih disegani peserta didik. Dengan demikian peserta didik mudah berkomunikasi dengan gurunya dengan kata lain membangun rasa hubungan dengan guru dan peserta didik yang bersahabat.
Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran di mana dalam proses pembelajaran tersebut tercipta suasana peserta didik tidak takut untuk salah, tidak takut ditertawakan, berani mencoba dan berani berbuat, berani bertanya dan berani mengemukakan pendapat.Pembelajaran yang menyenangkan bisa membuat peserta didik senang dan termotivasi untuk mengikutinya, sehingga dengan suasana yang menyenangkan peserta didik tahu apa makna dari pelajaran yang sudah di pelajarinya.Â
Dalam proses pembelajaran menyenangkan tersebut, guru dan siswa dituntut untuk aktif dengan proses pembelajaran yang beragam, atau dengan menggunakan metode mengajar yang variasi. Sehingga mendorong susana kelas lebih demokratis. Peserta didik diberi kesempatan untuk berinteraksi dan bernegoisasi dengan teman atau guru. Secara perlahan peserta didik dibimbing pada konsep penyelesaian masalah, dengan menekankan pada proses. Sementara guru berperan sebagai fasilitator.Â
Dengan menerapkan pembelajaran di atas diharapkan matematika tidak lagi menjadi salah satu mata pelajaran yang menakutkan. Sehingga peserta didik senang dan tertarik untuk belajar matematika yang akan berdampak pada penguasaan pemahaman materi matematika yang merupakan ilmu dasar untuk mengembangkan sains dan teknologi.
Matematika kebanyakan orang akan merasakan sesuatu yang tak menyenangkan. Mereka akan membayangkan banyak angka rumit dan susah dipecahkan, terbayang rumus-rumus yang banyak dan sulit dihafalkan dan dimengerti. Matematika dipahami sebagai sesuatu yang pasti, peserta didik yang belajar di sekolah pun menerima pelajaran matematika sebagai sesuatu yang mesti tepat dan sedikitpun tak boleh salah. Sehingga matematika menjadi beban dan bahkan menjadi sesuatu yang menakutkan.
Banyak mitos menyesatkan mengenai matematika. Mitos-mitos ini memberi andil besar dalam membuat sebagian masyarakat tidak menyukai matematika. Mitos pertama, matematika adalah ilmu yang sangat sukar sehingga hanya seikit orang yang atau peserta didik tertentu yang mampu memahaminya. Ini jelas menyesatkan, matematika sebenarnya merupakan ilmu yang relatif mudah jika dibandingkan dengan ilmu lainnya. Mitos kedua, matematika adalah ilmu hafalan dari sekian banyak rumus.Â
Mitos ini membuat peserta didik malas mempelajari matematika dan akhirnya tidak mengerti apa itu matematika. Padahal sejatinya matematika itu bukan ilmu menghafal rumus, karena tanpa memahami konsep, rumus yang sudah hafal tidak ada manfaatnya. Mitos ketiga, matematika selalu berhubungan dengan kecepatan menghitung. Tetapi, kemampuan menghitung secara cepat bukanlah hal terpenting dalam matematika, yang terpenting adalah pemahaman konsep. Melalui pemahaman konsep, kita akan mampu melakukan analisis terhadap permasalahan.
Beberapa penyebab fobia matematika adalah adanya penekanan yang berlebihan pada penghafalan rumus, kecepatan menghitung, metode pengajaran yang kurang variansi dalam proses belajar dan mengajar matematika. Untuk mengatasi fobia tersebut, yang sangat berperan adalah guru matematika, yang harus bisa mengubah metode mengajarnya untuk peserta didik tanpa mengesampingkan tujuan pembelajaran matematika tersebut.
Secara umum tugas guru matematika adalah bagaimana agar materi pelajaran yang diberikan kepada peserta didik sesuai dengan standar kurikulum dan supaya proses pembelajaran berlangsung dengan melibatkan peran peserta didik secara penuh dan aktif (dapat berlangsung dengan menyenangkan). Guru dituntut unutk berfikir dan bertindak kreatif untuk meghidupkan suasana belajar yang menyenangkan dan peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran.
Proses pembelajaran yang menyenangkan selain menggunaka model pembelajaran bervariasi berusaha membuat peserta didik aktif juga bisa menggunakan media pendukungnya, sehingga peserta didik lebih mudah memahami makna atau konsep mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar juga sangat diharapkan agar peserta didik merasa lebih nyaman dan lebih paham sehingga pembelajran matematika akan disenangi dan diminati oleh seluruh peserta didik.
Faktor yang menentukan pada proses pembelajaran adalah apa yang sudah diketahui peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik difasilitasi guru sehingga para peserta didik dapat mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang sudah dipelajari. Pentingnya pengetahuan prasyarat dan pentingnya peserta didik sendirilah yang membangun dan mengkontruksi sendiri pengetahuan.
Pembelajaran matematika sebaiknya dilakukan dengan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk mencoba menemukan sendiri melalui bantuan tertentu dari guru. Oleh karena itu, seorang guru harus dapat menciptakan kondisi belajar yang bermakna dan dapat menyajikan materi dengan baik dan benar.
Ketidak bermaknaan proses pembelajaran matematika selain karena kurangnya keterlibatan peserta didik dalam aktivitas belajar dan berpikir, muncul juga karena dalam proses pembelajaran peserta didik memahami konsep-konsep matematika secara parsial (bagian-bagian), tidak terintegrasi antara konsep yang satu dengan konsep yang lain. Padahal matematika adalah ilmu pengetahuan yang dibangun dari variasi topik yang ter struktur sehingga dalam proses pembelajaran nya dilakukan secara berjenjang (bertahap) yaitu dimulai dari konsep yang mudah menuju konsep yang sukar.
Seorang guru seharusnya tidak hanya mengajari dengan cara mengumumkan atau hanya untuk pemahaman saja, namun para guru dituntut juga untuk memfasilitasi peserta didik nya untuk berfikir sehingga mereka dapat menjadi peserta didik yang mampu belajar secara mandiri, kreatif, kritis dan berfikir maju. Secara umum perubahan pembelajaran yang diinginkan adalah perubahan dari mengingat atau menghafal ke arah berfikir dan pemahaman, dengan metode ceramah yang hanya menjelaskan ke pendekatan penemuan, pendekatan pemecahan masalah, dengan proyek, dengan penemuan dan sebagainya.
Kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi (Ujang dkk, 2022). Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Proyek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah.
Kurikulum merdeka merupakan kurikulum pilihan (opsi) yang dapat diterapkan satuan pendidikan mulai tahun ajaran 2022/ 2023. Kurikulum merdeka melanjutkan arah pengembangan kurikulum sebelumnya (kurikulum 2013). Pembelajaran dengan pemecahan masalah (Problem Based Learning) membutuhkan waktu yang cukup lama dibanding dengan metode ekspositori karena kegiatan ini perlu mengembangkan konsep maupun keterampilan matematika dalam kaitannya dengan pemecahan masalah. Untuk membuat prosedur ini menjadi lebih efisien, guru harus mengkonstruksi masalah itu secara hati-hati.
Ke depan, sebaiknya pembelajaran matematika dapat disenangi peserta didik dan pembelajaran nya lebih bermakna dengan dikembangkan model Problem Based Learning. Pembelajaran matematika bisa diawali dengan suasana yang tenang, nyaman atau tidak menegangkan dan diberikan motivasi positif ke agar peserta didik tidak mudah menyerah, tidak takut lagi dengan matematika.
Pembelajaran matematika yang diharapkan di antaranya:
- Harus bermakna di mana pengetahuan baru yang akan dipelajari peserta didik harus berkaitan dengan pengetahuan lama yang sudah dimiliki dan dipelajari peserta didik.
- Pembelajaran matematika harus menyenangkan bagi peserta didik di mana guru harus menghindari pembelajaran yang monoton, harus bervariasi.
- Pembelajaran harus membantu peserta didik menjadi peserta didik yang mandiri, aktif dalam pembelajaran guru hanya memfasilitasi peserta didik agar memulai pembelajaran dengan masalah dan membantu penyelidikan sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H