Mohon tunggu...
Evha Uaga
Evha Uaga Mohon Tunggu... wiraswasta -

Wanita itu Tangguh. \r\n\r\nBelajar berjuang untuk Papua lewat tulisan. Jikapun dunia ini putih, biarkan aku tetap hitam

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Geliat Pergerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Belanda

7 November 2014   02:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:26 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Sumber : http://news.okezone.com

Pertemuan bertajuk rekonsiliasi beberapa kelompok dari faksi politik OPM di Vanuatu akan kembali dilaksanakan setelah beberapa kali mengalami penundaan, dikabarkan bahwa pada tanggal 30 November 2014 – 4 Desember 2014 pertemuan tersebut akan dilaksanakan di Port Villa, Vanuatu. Walaupun tidak mengikutsertakan kelompok-kelompok faksi militer OPM, yang memang berseberangan ideologinya dengan kelompok OPM dari faksi politik, saya melihat pertemuan ini akan berlangsung cukup panas karena mencoba menyatukan kelompok-kelompok yang memang berbeda kepentingan, pandangan dan metode dalam pergerakannya memisahkan Papua dari Indonesia.

(Untuk melihat perbedaan beberapa kelompok dari faksi politik OPM, silahkan untuk membaca tulisan saya sebelumnya di sini)

Pertemuan di Vanuatu nanti adalah pertemuan untuk “rekonsiliasi” dan usaha awal membentuk organisasi baru yang diharapkan akan melingkupi kelompok-kelompok faksi politik OPM yang hadir. Oleh sebab itu, penyampaian visi, pandangan, metode sampai hal-hal yang sudah dan akan dilakukan oleh masing-masing kelompok tersebut harus dipaparkan. Sehingga dalam pertemuan tersebut akan benar-benar terlihat, mana kelompok-kelompok yang benar-benar melakukan sesuatu dalam usahanya memisahkan Papua dari Indonesia dan mana kelompok-kelompok yang hanya bisa bicara “merdeka” di media jejaring sosial tanpa melakukan apapun. Hal ini penting karena tidak mungkin organisasi “baru” nanti yang rencananya akan memayungi kelompok-kelompok dari faksi politik OPM ini dipimpin oleh tokoh yang hanya bisa berkoar dengan kredibilitas rendah tanpa mampu berbuat apa-apa.

Dalam bahasa sederhana saya, pertemuan rekonsiliasi di Vanuatu nanti akan menentukan siapa yang punya pengaruh besar dalam kelompok-kelompok faksi politik OPM, apakah Benny Wenda dengan ILWP (International Lawyer Of West Papua) dan IPWP-nya (International Parliaments Of West Papua), atau Andy Ayamiseba dengan WPNCL-nya (West Papua National Coalition For Liberation), atau Victor Yeimo dengan KNPB-nya (Komite Nasional Papua Barat) atau Jacob Rumbiak dengan WPNA-nya (West Papua National Authority) atau Buchtar Tabuni dengan PNWP-nya (Parlemen Nasional West Papua) atau malah Forkorus Yaboisembut dengan NRFPB-nya (Negara Republik Federal Papua Barat).

Persaingan antar tokoh dan kelompok yang dipimpinnya menjelang pertemuan di Vanuatu ini yang kemudian menjadi alasan beberapa pergerakan aktivis OPM dalam beberapa hari terakhir, khususnya di Belanda.

Geliat Aktivis OPM di Belanda

Bila membicarakan mengenai pergerakan aktivis OPM di Eropa maka kita harus membicarakan tentang kelompok Benny Wenda. Tidak banyak hal yang bisa dibanggakan oleh kelompok ini dibandingkan dengan kelompok yang dipimpin oleh Andy Ayemiseba yang berhasil menggalang dukungan pemerintah Vanuatu di Pasifik Selatan. Ketokohan Benny Wenda, yang dicalonkan menjadi peraih Nobel 2014 ini ternyata tidak bisa membantu mengangkat aktivitas kelompoknya.

[caption id="attachment_372672" align="aligncenter" width="480" caption="Benny Wenda (merah) bersama Suriel Mofu (berjas hitam). Sumber : https://thegreatwenda.wordpress.com"]

14152767741264772985
14152767741264772985
[/caption]

Hal ini disebabkan, salah satunya karena kelompok Benny Wenda kehilangan sosok Suriel Mofu, tokoh muda cerdas Papua yang sempat dianggap sebagai tangan kanan Benny Wenda. Bahkan Suriel sempat dijanjikan akan menjadi Menteri Pendidikan oleh Benny Wenda bila Papua berhasil memisahkan diri dari Indonesia. Sayangnya, Suriel Mofu lebih memilih mendukung usaha Indonesia untuk mensejahterakan Papua lewat otonomi khususnya. Akhirnya, kelompok Bennny Wenda hanya tersisa Oridek AP sebagai tokoh mudanya. Oridek AP dipercaya untuk memimpin kegiatan Organisasi Papua Merdeka di Belanda oleh Benny Wenda. Sayangya hasil kegiatan Oridek AP di Belanda ini sangat buruk, rangkumannya sebagai berikut:

Pertama, tanggal 22 Desember 2012 berlangsung pertemuan antara parlemen Belanda dan pemerintah Belanda mengenai isu Papua. Oridek AP menggembar-gemborkan pertemuan tersebut sebelum pertemuan berlangsung, ia mengatakan bahwa hal ini adalah keberhasilan diplomasi Papua di Belanda yang ia pimpin. Sayangnya ketika pertemuan berlangsung, Menlu Belanda Dr. Uri Rosenthal secara tegas menyatakan bahwa Pemerintah Belanda tidak akan melangkahi kedaulatan RI di Tanah Papua melainkan akan berusaha melalui hubungan diplomatiknya untuk mencari solusi tentang penanganan masalah Papua.

Kedua, tanggal 28 Juni 2014, dalam parade hari veteran nasional di Den Haag Belanda, seorang pemuda Papua kelahiran Belanda yang juga termasuk dalam kelompok yang dipimpin oleh Oridek AP, Iskandar Bwefar, sempat ditangkap dan langsung diperiksa oleh Kepolisian Belanda karena nekat membawa bendera Bintang Kejora. Padahal selama 10 tahun terakhir, pemerintah Belanda tidak pernah melarang pengibaran bendera Bintang Kejora di Belanda.

[caption id="attachment_372676" align="aligncenter" width="500" caption="Penangkapan Iskandar Bwefar ketika membawa bendera Bintang Kejora di Belanda. Sumber : http://infopnwp.blogspot.com"]

1415277057581744641
1415277057581744641
[/caption]

Ketiga, kedatangan Suriel Mofu ke Belanda untuk mengisi seminar di ISS (Institute for Social Studies) tanggal 15 Oktober 2014 lalu. Aksi demonstrasi dari kelompok pimpinan Oridek AP sangat sedikit sehingga tidak mampu mengalihkan perhatian media international dari seminar yang diisi oleh Suriel Mofu, yang notabene berseberangan ideology dengan para aktivis OPM.

[caption id="attachment_372677" align="aligncenter" width="422" caption="Aksi penolakan Suriel Mofu di Belanda. Sumber : https://www.facebook.com/oridek.ap"]

1415277151340628125
1415277151340628125
[/caption]

[caption id="attachment_372678" align="aligncenter" width="600" caption="Aksi unjuk rasa penolakan kedatangan Suriel Mofu di Belanda, sepi pendukung. Sumber : https://www.facebook.com/oridek.ap"]

1415277297769955701
1415277297769955701
[/caption]

[caption id="attachment_372679" align="aligncenter" width="600" caption="Aksi unjuk rasa penolakan Suriel Mofu, Sepi pendukung. Sumber : https://www.facebook.com/oridek.ap"]

1415277432239529617
1415277432239529617
[/caption]

Kegagalan Oridek AP dan Imbasnya

Rentetan kegagalan Oridek AP dalam memimpin pergerakan aktivis OPM di Belanda berimbas kepada turunnya ketokohan Benny Wenda yang dianggap sebagai tokoh diplomasi OPM di Uni Eropa di mata tokoh-tokoh dari kelompok lainnya dari faksi politik OPM. Turunnya ketokohan Benny Wenda ini berpotensi besar menurunkan pamor Benny Wenda dalam pertemuan antar kelompok dari faksi politik OPM tanggal 30 November 2014 di Vanuatu nanti. Kelompok Benny Wenda harus mengadakan kegiatan besar terkait isu Papua di Belanda untuk memulihkan pamor Benny Wenda yang jatuh akibat ketidakbecusan kepemimpinan Oridek AP di Belanda. Oleh sebab itu, Benny Wenda beserta ILWP-nya berencana membuka kantor di Belanda 19 November 2014 nanti.

Pemilihan tempat acara pembukaan kantor ILWP ini menjadi sangat penting, karena Benny Wenda menginginkan publikasi media internasional yang luas untuk memperbaiki pamornya dalam diplomasi OPM di Belanda, di mata aktivis dari kelompok-kelompok lainnya dalam faksi politik OPM. Oleh sebab itu ia menggunakan gedung Internationaal Percentrum Nieuwspoort Zaal, Den Hag, yang merupakan ruangan konferensi pers di gedung parlemen Belanda, dengan harapan acara tersebut mendapatkan perhatian media internasional dan anggota dari parlemen Belanda.

Kesimpulan

Pertemuan di Vanuatu yang diselenggarakan dari akhir November hingga awal Desember nanti merupakan pertemuan bertajuk “rekonsiliasi”, tetapi saya memprediksi akan terjadi diskusi yang panas, antara setiap kelompok. Masing-masing tokoh akan memamerkan hal-hal yang sudah dilaksanakan sebagai “keberhasilan” kelompoknya dalam usaha pelepasan Papua dari Indonesia, untuk menunjukan bahwa kelompoknyalah yang paling “berjasa” dan “berbuat banyak”. Pembukaan kantor ILWP oleh Benny Wenda di Belanda tanggal 19 November 2014 nanti, pasti akan dijelaskan sebagai keberhasilan kelompok “Benny Wenda” dalam pertemuan di Vanuatu, untuk menutupi kegagalan kelompok Benny Wenda di Belanda akibat ketidakbecusan Oridek AP dalam memimpin pergerakan OPM di negara tersebut.

Sejujurnya pertemuan di Vanuatu mungkin penting bagi kelompok dari faksi politk OPM, terutama yang diundang. Sedangkan, hal yang lebih penting adalah bagaimana kelompok dari faksi militer OPM akan bertindak menanggapi pertemuan ini. Tidak satupun dari kelompok-kelompok faksi militer OPM yang diundang. Bila kelompok-kelompok faksi politik OPM menunjukan eksistensinya dengan pertemuan ini, maka kelompok-kelompok faksi militer OPM memiliki senjata untuk menunjukan eksistensinya. Pertemuan di Vanuatu, bisa memicu kelompok-kelompok ini untuk kembali beraksi. Entahlah, semoga tidak.

https://thegreatwenda.wordpress.com/2011/01/14/selamat-kepada-dr-suriel-mofu-s-pd-m-ed-m-phil/

http://suarabaptis.blogspot.com/2011/12/merlu-negeri-belanda-dr.html?utm_source=BP_recent

http://www.ilwp.nl/?event=lancering-international-lawyers-for-west-papua-nederland-2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun