Mohon tunggu...
Amri MujiHastuti
Amri MujiHastuti Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Sekolah Dasar

Pengajar, Ibu, pemerhati pendidikan anak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Demonstrasi Kontekstual: Visi Misi Guru Penggerak Wujudkan Merdeka Belajar

19 November 2022   09:40 Diperbarui: 19 November 2022   09:47 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah Gambaran Visi dan Misi yang Ingin Dicapai

Berpihak pada Murid Melindungi Hak Tumbuh Kembangnya

Pagi itu adalah hari yang dinantikan. Seluruh anak-anak bersiap mengikuti pagelaran karya seni dan budaya bertema kearifan lokal untuk meningkatkan daya juang sebagai insan yang mandiri dan berkarakter. Berbulan-bulan sebelumnya anak-anak menyiapkan acara tersebut dengan cermat. Pagelaran hari ini mengundang pula beberapa pejabat daerah dan kecamatan. Begitu pula dari komite sekolah dan wali murid yang ikut dalam kepanitiaan yang berdaya dalam memajukan kegiatan-kegiatan sekolah. Sebuah panggung yang sederhana telah disiapkan demikian pula kursi-kursi bagi murid, tamu undangan, guru dan wali murid. Kelas-kelas dijadikan sebagai ruang pameran dan di lorong-lorong kelas berhias pita-pita dan karya seni rupa siswa.  Hari ini merupakan hari yang penting yaitu puncak acara panen karya dalam proyek penguatan pelajar pancasila yang diselenggarakan di sebuah  sekolah dasar di lereng Gunung Lawu itu.

Merdeka belajar bukan hanya jargon namun diterapkan  melalui program kepemimpinan murid. Setiap pelajar di sekolah tersebut memiliki motivasi intrinsik yang sadar dengan kegiatan belajarnya, terlibat dan antusias untuk menunjukkan hasil belajarnya bukan hanya sekedar untuk penilaian atau memenuhi tugas melainkan karena proyek tersebut membuat mereka tergerak,bergerak, dan menggerakkan komunitas untuk hidup lebih baik dan lebih bermanfaat. Contohnya saja panen karya dari kelompok pencinta alam dan penyelamat lingkungan. Selama berbulan-bulan mereka mengkampanyekan hidup sehat dan pengolahan sampah. Dalam panen karya kali ini mereka memamerkan poster-poster karya mereka bertema lingkungan hidup dan bahaya sampah plastik. Mereka juga memamerkan bahan-bahan daur ulang yang disulap menjadi hasta karya yang cantik dan berguna.

Senyum cerah tersimpul dari bibir setiap anak bahkan hal ini berlaku pula bagi si pendiam dan si pemalu, atau si peragu yang belum mencapai kemajuan dalam literasi dan numerasi. Panen karya ini bagi si peragu bahkan justru meruntuhkan keraguannya dan membuatnya percaya diri memamerkan kontribusinya. Multi kecerdasan itu nyata adanya. Setiap anak berkembang sesuai dengan kodratnya masing-masing dan institusi sekolah mengakui adanya multi kecerdasan tersebut dan membiarkan kecerdasan itu menemukan jalannya untuk tumbuh dan berkembang. Panen karya kali ini akan memamerkan pula hasil seluruh kegiatan proyek mereka. Tidak ada batasan bagi mereka untuk berkarya sesuai dengan bakat dan minat mereka. Tidak ada satu juara melainkan kolaborasi para juara all stars yang didukung untuk berkarya dan menunjukkan keunikan dan keistimewaan masing-masing. Tak ada yang ditinggalkan atau terabaikan, setiap orang berkontribusi sesuai dengan peran dan nilai yang mereka asah dan tumbuhkan dalam dirinya.

Kolaboratif , Menjadi Hebat Bersama dan Reflektif, Berdaya Saing Sehat

Dalam perlombaan selalu ada sang pemenang dan yang kalah lomba. Namun dalam panen karya semua siswa dapat bergabung dan bekerja sama untuk menghormati perbedaan dan menjadi terbaik dalam versi mereka masing-masing. Setiap anak berkarya tanpa tekanan. Misalkan saja Melati (bukan nama sebenarnya) yang sangat menyukai kegiatan melukis. Dia tidak akan membuat gambar bercerita dalam waktu yang singkat untuk mengikuti lomba. Guru juga tidak harus memilih satu anak saja untuk mewakili perlombaan sebab Tiara (bukan nama sebenarnya) juga menyukai kegiatan yang sama. Berdua mereka dapat berkolaborasi memamerkan karya mereka dan tidak hanya sebuah lukisan yang disiapkan untuk menang lomba. Di akhir kegiatan penciptaan karya tersebut mereka juga tidak akan menerima komentar beragam ketika kalah atau menang, sebab dalam panen hasil karya setiap individu memiliki ciri dan keunikan masing-masing. Bersama mereka dapat menampilkan pagelaran yang baik bersama adik-adik kelas yang bisa belajar banyak kepada keduanya. Saling apresiasi dan saling memberikan masukan mendukung penciptaan karya yang lebih hebat di masa yang akan datang diberikan dengan tulus dan semangat untuk maju bersama.

Guru pun demikian pula. Beberapa guru berkolaborasi membina kelompok teater. Mereka mempersiapkan panggung, desain kostum, tata musik, naskah cerita dan lebih banyak hal lagi  yang memerlukan pemikiran dan kontribusi bersama. Jika selama ini kegiatan mengajar hanya di ruang kelas dan mereka menjadi sutradara tunggal di masing-masing kelasnya, kini guru sekolah dasar mengenal pula bagaimana berkolaborasi. Mereka dapat lebih mengenal siswanya dan bukan hanya siswa di kelasnya saja. Hal ini penting sebab sejatinya mereka adalah ayah dan bunda bagi seluruh siswa di sekolah tersebut. Tidak ada anak tiri dan semua adalah anak emas. Mereka kembali menyadari prinsip tentang pembinaan yang tidak boleh pilih kasih. Pembinaan harus meyakini bahwa setiap orang memiliki potensi dan setiap orang berhak untuk dibina oleh guru-guru terbaik di sekolah tersebut.

Pikiran positif dan suasana kekeluargaan mendukung kolaborasi. Sebagai pemimpin pembelajaran harus mencontohkan dukungan untuk pengembangan diri rekan sejawat. Iklim kerjasama yang baik harus dibangun dengan mengedepankan komunikasi efektif yaitu empati dan beritikad baik. Coaching  diberikan agar dapat membantu persoalan dan permasalahan belajar siswa melalui kegiatan reflektif untuk menentukan rencana arah ke depan. Dalam berefleksi atas keseluruhan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, guru melibatkan pula testimoni murid dan wali murid sebagai tolak ukur ketercapaian tujuan. Membina hubunga baik dengan wali murid termasuk menyediakan diri untuk memberikan coaching kepada wali murid yang permasalahan pribadinya atau pola pengasuhannya terhadap anak barangkali menjadi sumber masalah yang mempengaruhi performa anak di sekolah. Bahkan, meskipun orang tua tidak bermasalah kolaborasi dan refleksi bersama dalam masalah parenting perlu diadakan bagi kepentingan tumbuh kembang anak yang optimal.

Pada akhirnya setiap refleksi dari guru, murid, dan orang tua dalam kolaborasi yang telah dilakukan akan memperbaiki kapasitas setiap orang. Mereka tidak merasa disalahkan namun dengan sadar mengambil pelajaran dari kegiatan kolaborasi yang telah dilakukan. Lingkungan yang tidak berpikiran sempit dan menuntut kesempurnaan dari setiap orang tanpa peduli untuk memberikan pembinaan ataupun jalan keluar tidak akan lagi ada di komunitas sekolah di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun