Bab 6
"Apa ada orang yang bisa kutelpon untukmu?"
"Mungkin ayahku? Tapi kau tak perlu repot- repot, dia akan tahu aku dimana sebab dia selalu membayar orang untuk menguntitku dan menculik orang yang bersamaku untuk menjauhkannya dariku sebab dia tak cukup baik untukku. Tak ada yang cukup baik untukku."
Sugara terbangun dari tidurnya. Jam menunjukkan pukul 03:00 dini hari. Sugara tak bisa tidur lagi sebab dia menemukan sesuatu yang janggal dari surat elektronik itu.Â
Teman -- teman Reena berkata bahwa pada hari dia menemukan Reena ditinggal kekasihnya di kawasan hutan nasional itu, gadis itu telah kehilangan ayah angkatnya. Lalu mengapa gadis itu masih membicarakan tentang ayahnya dengan mengacu langsung pada ayahnya itu. Tentang ayah protektif yang tak menyukai setiap teman pria putrinya.
Bisa saja yang dimaksud Reena adalah ayah kandungnya, pikir Sugara dengan raut lesu. Selama berbulan -- bulan dia terus dihantui antara percaya atau tidak semua yang dikabarkan dalam surat elektronik itu. Hanya orang hidup yang dapat mengirimkannya entah berupa kebenaran ataupun hoaks dan Sugara tak berdaya mencari tahu sebab dia takkan kembali ke Texas sampai kapanpun jika dia telah ikut bertanggung jawab membuat seorang wanita hamil yang memerlukan persahabatan, dukungan justru mengakhiri hidupnya.
Gendis dan timnya sedang menyelesaikan tugas terakhirnya dalam misi kali ini, berpatroli di sekitar hutan. Sugara berusaha agar dapat dikelompokkan dengan Gendis, tapi dia tidak beruntung. Gendis melambaikan tangan padanya sebelum naik ke mobil patroli. Selesai berpatroli mereka hanya akan singgah di mess untuk makan siang dan setelah itu acara selesai.
Sugara naik ke mobil patroli dengan perasaan enggan. Perasaan yang aneh menjalari hatinya. Dia merasa berat berpisah dengan Alisia. Melepaskan Alisia dari pandangan matanya membuat Sugara cemas seperti saat dia melepaskan Reena pergi untuk mengakhiri hidupnya.
Sugara memaki dirinya sendiri yang bodoh. Alisia bukan Reena yang labil. Alisia gadis yang mandiri dan kuat. Dia ada di rimba raya karena kecintaannya pada alam yang luas dan menyimpan banyak pesona. Tidak seperti Reena yang membutuhkannya, Alisia jelas -- jelas adalah gadis mandiri yang tidak bergantung pada siapapun.Â
Tapi Sugara akan sangat menyesal jika setelah hari ini dia tidak akan pernah bertemu lagi dengan Alisia.
Dia sudah terlalu sering melepaskan, seperti dengan Gendis dan Reena. Mungkin itu akan memasukkannya ke dalam kelompok pria yang kejam dan tak punya perasaan.
"Alisia." Sugara menghentikan Alisia yang baru saja mengeluarkan tasnya dari pondokan tempatnya menginap sebulan ini.
'Ray? " Alisia tersenyum. Sugara membantunya dengan barang -- barangnya.