"Nomorku ada di grup, Ray." jawab Gendis dengan sabar.
"Apa aku boleh menghubungimu setelah kita sampai di rumah masing -- masing?"
Gendis tak menjawabnya, gadis itu justru menurunkan tasnya dan kembali masuk ke pondoknya dengan cepat. Sugara menunggunya sampai gadis itu keluar lagi membawa sebuah foto berpigura yang didekapnya erat -- erat di dadanya.
"Hampir saja aku lupa membawanya pulang."
"Foto siapa sih?"
Gendis meminjamkannya ke tangan Sugara yang memandanginya tanpa berkedip.
"Itu mbak Sukini, dan kudaku."
Sugara tak bisa berkata apa -- apa. Dia terkejut saat Gendis menarik pigura itu dari tangannya.
Sugara bahkan tak berkata apa -- apalagi saat Gendis mengucapkan selamat tinggal dan hilang dari pandangannya bersama deru mobil patroli polisi kehutanan yang membawa Gendis keluar dari kawasan hutan lindung.
Gendis pergi jauh sekali. Sugara merasa mereka mungkin takkan pernah bertemu lagi. Sugara tak mampu mengejarnya sekarang.
 Jika Gendis membencinya untuk apa dia masih selalu menyimpan foto yang diberikannya dengan pesan pendek dibalik foto itu? Itu artinya Gendis belum melupakannya sama sekali.
Mungkin saja mereka bisa berbaikan lagi suatu saat nanti.
"Ya Allah, Ya Allah, mungkinkah ini...Alisia yang cantik adalah Gendis." gumam Sugara belum pulih dari keterkejutannya. Sugara berpikir bahwa lebih dari sebelumnya, dia punya alasan yang  kuat untuk tak membiarkan gadis itu pergi lagi dari hidupnya.