Mohon tunggu...
Romeyn Perdana Putra
Romeyn Perdana Putra Mohon Tunggu... Dosen - Keterangan Profil

Peneliti PNS Dosen Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Money

BPW Vs BPW

29 Juni 2012   07:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:25 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Berikut petikan pertanyaan dari seorang kompasianer pada saya: (mohon maaf mbak ika, sudah berbulan-bulan tidak OL di Kompasiana, tapi sesuai janji, pertanyaannya saya "coba" untuk dijawab)

mbak ika Parhusip:

terima kasih sudah membalas email saya

saya bekerja di biro perjalanan, sudah hampir setahun.

setelah “nyemplung” saya lihat kompetisi di biro perjalanan sangat ketat. saya tertarik dengan pendapat Romeyn (saya panggil Romeyn atau mas Romeyn nih?) Oh ya, saya ika parhusip, perempuan. Panggil Ika atau marga saya juga bisa Parhusip. Mazhab pesimis mengatakan “Yang pada akhirnya Biro Perjalanan Wisata (selanjutnya ditulis singkat: BPW) hanya akan menjadi operator paket wisata. Atau malah penyalur (distributor) dari Pemandu Wisata (Tour Leader atau Tour Guide)”

Yang saya alami, biro perjalanan cenderung sekadar marketing dari hotel-hotel yang kita ajak bekerjasama.

keadaan ini membuat perang harga di kalangan biro perjalanan.

bagaimana menyikapi hal ini? terima kasih

regards
ika parhusip

Bukannya mau jadi pakar (sok jadi ahli/narasumber), tapi pengetahuan saya di bidang biro perjalanan seyogyanya dibagi-bagilah "pemahamannya", siapa tau bisa jadi kesepakatan bersama. tapi bukan suatu yang tidak dapat diperdebatkan lho ya........ Ada beberapa rekomendasi yang bisa diambil dari kondisi saat ini.


  1. Nature atau alam dari bisnis perjalanan adalah bisnis perantara (calo/makelaar-lihat tulisan lainnya dari blogg ini). Sehingga memang tidak dapat dipungkiri bahwa persaingan harga menjadi mutlak. Menjamurnya airline, hotel, kapal pesiar, tour, restoran dan obyek wisata menjadikan BPW/APW berhak menentukan produk apa-apa saja yang diperantarai-nya. Banyak APW (Agen) berkembang saat ini menjadi Biro Perjalanan Wisata (BPW), dimana kemampuan mereka masuk dalam kompetisi persaingan harga (price war-not psy war) dengan modal finansial yang memadai. Atau bila tidak modal finansial, bisa juga kalau punya modal pemasaran yang luas. Memiliki pemasaran ini dalam arti, langganan baik berupa langganan perorangan dan langganan perusahaan dapat diprediksi penjualan suatu produk, karena sudah punya pasar yang tetap. Syarat lainnya bila ingin masuk pertempuran tanpa berdarah-darah adalah bisa saja melalui modal "pertemanan" nan mutual benefit (saling untung) dengan pihak prinsipal (airline, hotel, restoran dan atau obyek wisata-tersebut). Karena bisnis perjalanan ada faktor "TRUST" (sudah dibeberkan dalam tulisan lainnya). Kalau tidak ada tiga syarat ini, jangan coba-coba potong kompas ke dukun penglaris. Alamat malah tekor sendiri kawan-kawan, hehehe...Pada dasarnya rekomendasi 1 ini adalah jalur masuk ke persaingan atau pertempuran dengan berdarah-darah dan perjuangan beresiko nyawa.
  2. Lalu bagaimana kalau jalur masuk persaingan dengan sedikit darah? namun tetap perlu perjuangan. Naaaaah, ini bukan jalan tol lho ya. Jalan ini diadopsi dari buku "blue ocean strategy".  Dimana strategi masuk persaingan harga di bisnis perjalanan dilakukan dengan strategi manajemen modern nan ciamik. memasuki Persaingan harga dengan strategi laut biru mensyaratkan beberapa hal. Bila anda mencermati, atau pernah menimak buku blue ocean strategy, anda pasti bilang.... strategy ini kan "cocok-ga cocok"...bisa diaplikasikan bisa tidak. Tergantung hoky juga laaah ....(mungkin begitu menurut anda). Memang benar, garis tangan dan faktor keberuntungan dan tangan dingin selalu menyertai bisnis, namun bisnis saat ini sudah bisa dipetakan, resiko bisa terukur hingga keputusan pun dapat dianalisa (mazhab decision analysis).  Hingga dalam berbisnis resiko tadi bisa dibaca, keputusan dapat dilisting dalam ceklist. Data-fakta ataupun statistika (peluang-kecendrungan) menjadi hal  penting karena kecendrungan sejarah selalu berulang, bisnis berfluktuasi dan kesantunan berbisnis telah ditetapkan.
  3. Memasuki persaingan dan peperangan juga memiliki seni tersendiri, banyak ahli strategi mengutip atau mengimplementasikan strategi perang dalam bisnes (lebih 'jekarda ' -kalo ditulis bisnes, :-). Tapi peperangan selalu memakan biaya tinggi, memakan anaknya sendiri dan memakan diri sendiri. Strategi samudra biru, memaksa pebisnes untuk berpikir diluar kotak "zona nyaman"-nya.  Berbagai contoh dibeberkan, (kebanyakan memang contoh perusahaan-perusahaan di USA sana) namun disini saya coba beberkan beberapa contoh yang sedikit meng-Indonesia.
  4. Contoh I: perusahaan XYZ (maaf-ga boleh nyebutin nama, biar ga dibilang pesan sponsor-ini tidak hanya oleh 1 perusahaan). Perusahaan Biro perjalanan dapat menggandeng JV/JO (joint venture / joint operation) dengan operator /perusahaan perjalanan wisata luar negeri. Kerjasama pemasaran (JO) adalah yang disarankan. Contoh : beberapa top 10 BPW di Jakarta menggandeng Radius, BTI, Carlsson Wagonlit, kuoni dan lain-lainnya. Kalo memang bisnes anda belum se-level mereka, masuklah ke jejaring social (linked-in, facebook atau WAYN) disana bertebaran calon partner anda menunggu untuk diajak kerjsama.
  5. Maksimumkan pola ceruk marketing pada khusus satu bahasa. Kongkritnya, sebuah BPW di Jakarta mampu menyerap marketing pada ceruk pasar khusus bahasa (misalnya) India, Mandarin, Perancis, Korea atau Jepang. Rekrutlah staff anda atau kursuskan mereka pada khusus satu bahasa selain inggris pada jajaran karyawan garis depan BPW. Karena walaupun mereka (ekspatriat) mahir berbahasa inggris, pelayanan strategi samudra biru menuntut nilai lebih dari pelayanan suatu BPW. Dengan menyesuaikan bahasa pelayanan dengan "bahasa ibu" pelanggan akan mendongkrak peforma bisnes.
  6. Sebentar yaaa, tulisan ini kena interupsi lagi, nanti kita sambung segera....


salam pariwisata....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun