iya, nemu duit sebesar 2000 rupiah saja. Nilainya tidak seberapa, sehabis makan siang di kantin kantor sambil jalan santai kita jalan nunduk gontai. Gak ada maksud nyari recehan atau uang di jalanan (karena jalan menunduk). Lebih pada karena tahun baruan dah dekat, mau kemana-mana duit pas-pasan. Boleh iri aja ama pegawai lain yang sedang sibuk booking sana sini. Atau Rakyat jelata yang katanya susah makan dan gak boleh kita bikin iri dan dengki, kan mau tahun baruan juga.
Sebagai PNS, nemu 2000 bukan suatu prestasi memang. Lebih kepada menghargai duit saja. Dari dulu sebagai PNS duit sebesar apapun wajib disyukuri. Iya nemu 2000 juga pungut aja, bukan karena kere, lebih kepada mensyukuri saja. Kan kita udah dapat edaran dari Menpan RB, jadi rapat-rapat jangan di hotel. Harus sederhana, terlihat prihatin dan mencintai wong kere. Maksudnya mencintai wong kere itu jangan bikin iri. Jauhkan wong kere dari menggunjingkan kita. Karena wong kere itu "by design" memang tercipta, karena kere sistemik. Sehingga mereka layak dijaga hati dan perasaannya.
Seabagai Abdi Negara kami yang menemukan 2000 rupiah ini bukan karena memungut uang adalah termasuk kere sistemik, bukan..... kami memungut karena rasa syukur kami ada uang 2000 rupiah tergeletak dijalanan dan tidak ada yang mengambilnya atau memanfaatkannya. Sama seperti dulu orang menganggap bahwa menjadi PNS adalah seperti memungut uang di jalanan, nilainya tidak ada tapi daripada tidak berguna, si 2000 diambil lah oleh seseorang.
Kami tengok kanan-kiri, tidak ada orang yang terlihat sedang kehilangan uang. Apalagi 2000, kehilangan 2000 bukan suatu hal yang layak ditangisi berhari-hari. Layaknya pekerjaan kami. PNS ini bukan pekerjaan seperti tentara yang menjaga kewibawaan dan keangkeran negara, atau layaknya polisi menjaga ketentraman dan ketertiban hukum .....cuma PNS. Gak akan kehilangan bener kalau hilang 2000.
Kisah menariknya adalah begini: Lalu 1 orang dari kami mempunyai ide untuk membeli sebotol minuman air mineral saja. Masjid jauh, kotak amal tidak ada. Yang paling dekat toko koperasi. Ya sudah beli sebotol air minum seharga 2000.
Botol minuman itu tetap dipegang-pegang, sambil menuju kembali ke ruangan. Pas di lobby nunggu lift, seorang bapak-bapak terbatuk-batuk , sepertinya keselek, mukanya merah dan sambil melotot menunjuk pada botol minuman yang saya pegang. Dengan keikhlasan tingkat dewa saya serahkan botol minum itu. Glek...glek...glek.... ludes sudah melalui kerongkongan bapak tadi. Kamipun tak bereaksi, hanya tetap menunggu lift dan merelakan minuman tadi. Bapak keselek tadi lalu memberikan uang 5.000 kepada saya. Dengan sedikit memaksa, karena sebenarnya kami sudah merelakan minuman tadi. Kalo air putih siy.... diruangan juga banyak. Ya udah terima 5000.
Sejatinya duit 2000 itu sudah berubah menjadi 5000. Pahlawan Pangeran Antasari berubah menjadi Tuanku Imam Bonjol. Wah sudah layak nih masuk kotak amal masjid pikir kami. Kan Imam Bonjol pasti diterima dikotak amal manapun diseluruh nusantara. Nilainya bisa mendongkrak amal perbuatan kita ...hehehe...tiga PNS itu berpikir ada akumulasi nilai lumayan pahalanya kalo 5000 dibagi 3. Tapi salah satu dari kami berpikir ulang. Tahan!....kita beli bolpen saja dengan 5000, kebetulan salah satu teman punya ATK yang bisa beli murah tapi bagus. Dengan 5000 si teman PNS tadi mengeluarkan bolpen seharga 5000 nya. Ini.....lebih baik jadikan bolpen dulu. Sebenarnya teman tadi membeli bolpen itu seharga 30000, tapi buat teman tadi dia mau menukar uang lewat bolpen tadi. Dia perlu 5000-an, uang berubah jadi pulpen.
Lalu duit 5000 berubah menjadi bolpen seharga 30000. Tak lama kamipun sampai ruangan, dengan mengantongi bolpen 30000. Seorang teman papasan di ruangan, tergopoh-gopoh menghampiri saya. Tanpa basa-basi dia comot bolpen disaku saya lalu menandatangani selembar kertas dan lari menuju ruangannya kembali. Setelah saat itu saya sudah tidak terlalu memikirkan bolpen lagi. Singkat cerita, bolpen itu telah ditangan pak kasubbag, keberadaannya nanti cuma tuhanlah yang tahu......(#lagudangdut)
Wooooooooy, ropp, marih, ini buat bolpen kemaren......" maaf ya, saya baru ingat itu kemaren bolpennya enak, bagus lagi. Dan kemaren setelah tanda tangan orangnya bawa itu bolpen. Gapapa ya saya ganti duit aja itu bolpen....Kayaknya bolpen mahal. Ini duit 200.000 buat gantinya. Sembari melongo, bolpen dibayar harga 200ribu. Tetap dengan semangat untuk masukin ke kotak amal, duit 2000 telah bertransformasi 200ribu.
Saya kembali rapat dengan kedua teman. Minus patahan kopi (coffee break-ubi singkong) , rapat kami bertiga membahas duit 200ribu hasil dari nemu 2000 kemaren, iya baru kemaren. Dalam sehari duit berakumulasi dengan cepat dan konstan. Sebuah fenomenal ....hasil rapat dengan mereka menyatakan, ya sudah kita jangan masukkan ke kotak amal dulu. Coba dibelikan oleh-oleh (kalau dinas luar-DL), atau ada masukkan untuk dibagi rame-rame (200ribu), saran lainnya coba beli pempek atau siomay, lumayan 200ribu bikin seru makan-makan diruangan.
Selagi rapat terbatas bidang nemu 2000 berlangsung, masuklah Pak Satpam kantor, #dengan garuk-garuk kepala. Kami rapat di tangga kantor. Tempat merokok para ahli hisab dan dewan SURO (suka rokok). Semenjak ada kekuasaan koersive pemerintah untuk melarang merokok ditempat umum, para perokok ini menjadi terpinggirkan, marjinal dan terasing. Perokok adalah penyebab mutu kehidupan dinegeri ini turun, karena mereka penyumbang angka kematian tidak "elegan".....mati kok gara-gara kanker, gak elit! perokok itu seharusnya mati karena penyebab yang lebih mewah, mbok ya jangan mati karena penyakit. Cobalah mati ketawa, kan elegan.
Kembali ke Pak Satpam, seraya menggosok-gosok batu cincinnya, ia mengeluhkan harga-harga yang naik dampak BBM. Ujung-ujungnya pak satpam mau minjam duit: 500rb. Anaknya mau ambil raport, biasanya ada sumbangan atau biaya-biaya tak terduga, alasannya. Saling pandang-pandangan kamipun saling lirik dan mengiyakan kalo tuh duit 200ribu kasih ke pak Satpam aja. Pak satpam gak mau begitu aja menerima kebaikan, ia bilang hutang kok, bukan minta. Sebagai wong kere, kami salut akan kekayaannya. Mentalnya bukan mental orang kere, dia mau minjam bukan minta katanya. Ya sudah kami juga bukan mau minjamin, kami mau ngasi amal....begitu kalo gak mau disebut 'Sedekah'. Takut pak satpam lebih tersinggung dibilang sedekah. Dengan sigap ia mencopot cincin dijari tangannya dan memberikan kepada saya. Ini beli cincin saya aja ya pak, silakan bapak mau pake atau bapak mau jual, tapi pesan saya jangan dikasi ke orang lagi. Dijual boleh, dipake boleh tapi jangan dikasih ke orang pesannya.
Duh berat amat pak satpam, cincin kayak gini saya gak tau nilainya. Sekilas bentuk cincin sangat sederhana, ya udah saya pake aja, kebetulan itu cincin pas banget dan manis dijari saya. Rapat disudahi bahwa saya mendapatkan cincin berbatu sungai dareh diikat dengan logam yang sangat menarik, ringan dan kokoh (punya pak satpam yang aseli dari minang).
Sudah seminggu saya pake cincin sungai dareh warna hijau kristal itu. Teman saya makin banyak karena semua orang sedang senang-senangnya membicarakan batu-batu akik. Sampai satu hari seorang teman menawar cincin tersebut dengan harga 2 juta, dia memaksa dan berani membayar sisanya 3 juta lagi kalo saya berkenan. Duit dua juta langsung ditangan , 3 juta lagi menyusul.
Duit dua juta ada ditangan, ........... Nemu 2000
Salam 2000,
r
TO BE CONTINUED
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H