Persoalan utama pengembangan industri garam adalah persoalan lahan, dan dalam rangka mendukung swasembada garam, Pemprov NTT telah melakukan pemetaan wilayah garam di Kabupaten Kupang dan Malaka di Pulau Timor, Kabupaten Ende dan Nagekeo di pulau Flores, serta wiilayah lainnya, yang belum dimanfaatkan secara maksimal, lahan-lahan tersebut sangat cocok bagi teknologi industri garam berskala menengah yang menggunakan lahan 500-1000 Hektar, dengan output produksi 400-800 ton setahun,dan  dapat dibangun diwilayah manapun di NTT.
Memperhatikan peluang investasi industri garam yang masih sangat terbuka, dan NTT menjadi incaran para investor garam, maka diperlukan komitmen yang kuat dari Pemprov NTT untuk dapat mengatur pemanfaatan fasilitas lahan agar tidak terjadi monopoli penguasaan lahan oleh perusahaan-perusahaan besar seperti PT Cheetham Garam Indonesia (PT,CGI), PT. Puncak Keemasan Garam Dunia (PT.PKGD) dan PT. Panggung Guna Ganda Semesta (PT.PGGS) yang saat ini lahannya masih dalam proses sengketa.
Keberhasilan NTT sebagai salah satu pilar swasembada garam nasional, sangat tergantung dari keseriusan gubernur NTT Â Viktor Bungtilu Laiskodat dalam memaknai "Garam" sebagai garam dapur atau sebagai indikator inflasi.
Selamat berkarya untuk NTT pak gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat  dan pak wakil gubernur Josef Nae Soi, Selamat menjadikan NTT yang lebih baik dan keluar dari daftar daerah miskin di Indonesia, Kiranya Tuhan Yang Maha Esa menolong bapak berdua dalam mengabdi bagi Nusa Tenggara Timur.
Evert Nunuhitu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H