Mohon tunggu...
Eva Rosita
Eva Rosita Mohon Tunggu... Lainnya - Art and Education

Art, Linguistics, and Education

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Robot Tidak Bisa Menggantikan Manusia Jika...

7 April 2017   09:19 Diperbarui: 9 April 2017   09:00 2072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

20 years from now, are you and I just robots here talking to each other? Tajuk berita CNN yang disampaikan oleh CEO General Electric, Jeff Immelt, bisa jadi merupakan prediksi akurat tentang masa depan. Walaupun robot dan software tidak mengambil alih pekerjaan sepenuhnya, namun keberadaan mesin dan perangkat ini dapat menggantikan hampir semua tugas manusia. Di sebuah pabrik coklat di Jepang, makanan dengan rasa, bentuk, dan kemasan yang persis sama dibuat oleh mesin dan pekerjanya hanya berjumlah 3 orang. Dengan cekatan, pekerja pabrik tersebut hanya menekan tombol-tombol dan mengoperasikan mesin saja. Jika kita kilas balik ke 10 tahun yang lalu, mungkin untuk melakukan tugas tersebut diperlukan 100-200 orang pekerja namun saat ini perusahaan tersebut meraup untung jauh lebih besar dengan menggunakan teknologi. Hasilnya pasti lebih efektif, kualitas produk stabil, minim kesalahan dan nyaris tidak ada konflik.

Tidak usah jauh-jauh, perusahaan-perusahaan besar di Indonesia pun juga melakukan hal yang sama. Pabrik sebuah minuman kesehatan probiotik juga punya sistem yang sama. Ribuan botol-botol mungil bergelindingan lalu diisi cairan minuman, disegel, dan dipak. Semua selesai dalam waktu yang sangat singkat. Untungnya sistem distribusi masih menggunakan tenaga manusia sehingga masyarakat masih punya pekerjaan tapi beberapa tahun ke depan  pasti rentetan pekerjaan lain akan diambil alih oleh teknologi. Lalu apakah masih ada jatah pekerjaan untuk manusia? 

Salah satu peran yang tidak bisa diambil alih oleh teknologi adalah tugas mendidik. Berbagai informasi dan pengetahuan memang bisa didapatkan melalui internet dan sumber lain  tetapi pendidikan karakter lewat mencontoh, memberikan arahan, berbagi kebaikan hanya bisa didapatkan melalui guru atau orangtua yang memiliki passion serta visi yang jelas. Put your head, heart, and hands on  slogan yang pas untuk mempersiapkan diri menghadapi perubahan yang bisa diprediksi ataupun yang di luar dugaan. Di masa depan, porsi kerja manusia adalah sebagai konseptor, developer, inovator, dan inspirator. Mereka bisa bertahan dan memiliki kehidupan yang baik dengan memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu mencapai tujuan. Dengan kondisi tersebut, maka investasi yang paling menjanjikan saat ini terletak pada optimalisasi kinerja otak dan penanaman karakter agar bisa survive. Ibarat gunung es yang kerap kita lihat pada seminar-seminar motivasi, potensi yang ada pada pikiran bawah sadar manusia adalah kekuatan yang luar biasa yang memilki kapasitas melebihi teknologi manapun. Jika kita bisa mengelola otak, pikiran, dan hati, maka rasanya tidak perlu khawatir untuk kehilangan peran dan digantikan oleh robot karena kita memiliki hal yang mereka tidak bisa kerjakan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun