Mohon tunggu...
Evendy Sihombing
Evendy Sihombing Mohon Tunggu... Nahkoda - Kisah Hidup-Direfleksikan-Dibagikan (Sharing Iman)

Dum Spiro Spero: Selama Aku Bernafas-Aku Berharap

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Melihat Diriku-Adaku di Dalam Diriku yang Lain (Sesamaku)

4 Juni 2021   13:50 Diperbarui: 5 Juni 2021   09:23 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini dan di sini, dalam realitas dunia kita yang sangat merindukan siraman dan pancaran sinar kasih, kita dipanggil untuk merawat mereka yang terluka akibat kekejaman, kekerasan dan ketidakadilan. Kita juga dipanggil untuk merawat rumah (bumi/dunia) kita bersama menjadi rumah yang nyaman dan penuh sukacita serta layak dihuni. 

Seruan ini bukan sekedar seruan teoritis dan moral belaka. Justru kita dipanggil dan diajak terlibat nyata untuk memaknai inti universal kemanusiaan kita. Memperjuangkan kemanusiaan sejati dengan tujuan yang sama: Kasih dan Sukacita sejati. Dengan demikian kita layak mengalami kesejahteraan secara bersama dengan semangat berbagi dan sepenanggungan. (Fratelli Tutti, 67-68)

SAATNYA BAGIKU-BAGIMU-BAGI KITA
Dalam wasiatnya, Santo Fransiskus pernah berkata: "Mari kita mulai lagi, sebab kita belum berbuat apa-apa"

Saat ini kita mempunyai banyak kesempatan dan peluang untuk berbuat kebaikan. Kepada kita telah ditabur benih-benih kebaikan itu oleh Yesus. Saatnya bagi kita untuk menanamnya, memupuknya dan merawatnya; dan tiba saatnya bagi kita untuk menuai dari apa yang telah kita perjuangkan. 

Berbuat kebaikan dan bertindak dalam kebenaran adalah tugas kita semua, tanpa kecuali. Berkorban demi kebaikan sesama menjadi jalan dan bukti nyata bagi kita, bahwa kebaikan itu bukan sekedar slogan dan isapan jempol semata.

"Ketika Aku seorang asing kamu memberi Aku tumpangan" (Lih. Mat 25: 35). Menerima orang lain dan merangkul mereka berarti menerima dan merangkul Yesus sendiri dalam hidup (Mat 25: 40,45). Mari melihat dan melayani sesama tanpa batas suku, ras, agama, budaya dan sebagainya. Bersama kita pasti bisa membangun dialog kehidupan dan kedamaian sejati. Dengan demikian sejatinya Kerajaan Kedamaian terus bersinar dan menuntun kita menuju Paradis Bahari: Taman Eden yang indah dan yang kita rindukan bersama sebagai tempat kita berlabuh sampai selama-lamanya (Fratelli Tutti, 77-80). Aku melihat dan hadir kini dan di sini di dalam diriku yang lain (Engkau yang selalu ada di dalam aku). Pace e Bene!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun