"Sukacita, harapan dan kesedihan semua manusia adalah juga sukacita, harapan dan kesedihan para pengikut Kristus." (Dokumen Konsili Vatikan II, Gaudium et Spes, 01)
Pada 04 Oktober 2020, Paus Franciskus mempromulgasikan Ensiklik barunya bagi seluruh Gereja dan dunia: Ensiklik FRATELLI TUTTI. Ensiklik ini memuat tentang: "PERSAUDARAAN DAN PERSAHABATAN SOSIAL" yang terdiri dari delapan bab. Dalam refleksi ini tentu kita tidak membahas keseluruhan isi Ensiklik. Mari kita melihat dan merefleksikan salah satu bagian dari dalam Ensiklik ini: "Menjadi orang Samaria yang baik hati masa kini dan di sini."
Bapa Suci Franciskus mengajak kita untuk belajar dari kisah orang Samaria yang baik hati (Lihat Lukas 10: 25-37). Kisah ini berupa perumpamaan yang diwartakan Yesus untuk menjawab pertanyaan seorang ahli Taurat: "Siapakah sesamaku manusia?".
Dalam kisah perbincangan-Nya dengan ahli Taurat tersebut Yesus tidak membentangkan kriteria atau contoh yang hebat-hebat. Yesus menunjuk tokoh sederhana yang patut diteladani, yakni orang Samaria yang baik hati. Pada akhir kisah Yesus menyerukan untuk berbuat sebagaimana yang telah dibuat oleh orang Samaria itu: "Berbuat baik bagi diriku yang lain (sesamaku).Â
Diriku yang lain karena mereka juga bagian dari diriku; aku pernah mengalami luka dan derita sebagaimana yang mereka alami saat ini: penderitaan, terluka, tersingkir dan kurang mengalami kasih yang sama. Mari kita pergi dan keluar dari diri kita-zona nyaman kita dan kita perbuat demikian. Dunia akan menjadi rumah kita bersama dalam semangat persaudaraan dan persahabatan sejati. (Fratelli Tutti, 56).
Kita semua adalah sama. Sama karena berasal dari satu pencipta yang sama dan lahir dari rahim yang sama: Tuhan Sang Pencipta dan berbelaskasih.Â
Kesatuan kita dari asal yang sama menuntut kita untuk membangun sikap solider dan satu perasaan dengan yang lain. Menghapus keegoisan diri dari perbendaharaan hidup kita merupakan cara pertama dan utama untuk membangun jembatan persahabatan sejati.Â
Tentu kita semua sangat menghargai waktu untuk tujuan kita masing-masing, namun waktu untuk melihat dan menyentuh mereka yang menderita dan sakit menjadi bagian utama tugas perutusan kita di dunia ini. Itulah wasiat dari Sang Guru Kehidupan kita: YESUS KRISTUS. Â
SIAPAKAH SESAMAKU?
Dengan siapakah aku harus menyamakan diriku? Pribadi orang Samaria yang baik hati itu menjadi titik awal bagi kita untuk menjawab pertanyaan ini: "Siapakah sesamaku?"
Orang Samaria yang baik hati mengundang kita untuk memaknai peziarahan hidup kita di dunia ini dengan MENJUMPAI, MENYENTUH DAN MERASAKAN SERTA MENGALAMI REALITAS MEREKA YANG MENDERITA DAN SAKIT. Kita diajak hadir bagi mereka dan mengangkat mereka dari segala kejatuhan dan keterpurukan menuju sukacita sejati karena/dengan kasih yang kita salurkan dalam perkataan dan tindakan nyata. (Fratelli Tutti, 64-66)