Mohon tunggu...
Evelyn Verdyana Putri
Evelyn Verdyana Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga - Manajemen Perkantoran Digital

Mahasiswa baru Universitas Airlangga - Fakultas Vokasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hidup kok diatur standard Tiktok!

31 Desember 2024   11:29 Diperbarui: 31 Desember 2024   11:28 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiktok Sumber foto : https://www.wealth-ideas.com/how-to-advertise-on-tiktok/ 

TikTok: Hiburan atau Pengendali Kehidupan?

TikTok menawarkan banyak sekali hiburan yang dikemas dalam video singkat, mulai dari tarian, tips sehari-hari, hingga informasi aktual yang bahkan aplikasi ini akan menyesuaikan konten-konten tersebut sesuai selera anda. Dalam hitungan detik, kita bisa tertawa, belajar, atau bahkan tersentuh oleh cerita-cerita yang dibagikan oleh pengguna lainnya, seakan-akan kita ada di dalam konten itu. Dengan semua fitur yang luar biasa ini tidak dapat diragukan lagi, TikTok telah menjadi salah satu platform edukatif yang mudah diakses.

Namun, dibalik itu semua, muncul sebuah pola yang tidak sehat. TikTok tidak hanya menyediakan hiburan, tetapi secara perlahan menciptakan "standar" baru dalam masyarakat. mulai dari standar kecantikan, gaya hidup, hingga pola pikir yang sering kali diikuti secara tidak sadar oleh banyak orang. sehingga gaya hidup konsumtif yang terlihat glamor namun terkadang jauh dari realitas mulai diikuti oleh masyarakat sekitar.

Dampak Positif: Informasi dan Kreativitas

Salah satu aspek positif yang patut diakui dari TikTok adalah kemampuannya dalam menyebarkan informasi secara cepat. Dalam hitungan detik, pengguna dapat mengakses berbagai konten edukasi, tips produktivitas, hingga berita terkini. Bahkan, TikTok telah membantu banyak kreator lokal untuk meningkatkan kreativitas dan mendapatkan pengakuan luas.

Selain itu, TikTok juga menjadi wadah bagi kampanye sosial yang efektif. Contohnya, banyak isu penting seperti kesehatan mental, hak asasi manusia, hingga lingkungan hidup yang mendapatkan perhatian besar dari masyarakat berkat kampanye viral di TikTok.

Dampak Negatif: Cyber-Bullying, Hedonisme, dan Bahaya Bagi Anak-Anak

1. Cyber-Bullying

Banyak pengguna yang merasa bebas ketika memberikan komentar pedas, menghina, bahkan merendahkan orang lain tanpa memikirkan bagaimana hal tersebut akan berdampak pada korban karena anonimitas dan sifat yang interaktif pada platform ini. Hal ini menyebabkan banyak dampak buruk pada kesehatan mental, terutama pada generasi muda.

2. Hedonisme

TikTok sering kali mendorong gaya hidup hedonis. Banyak konten-konten yang menunjukkan kemewahan, perjalanan mewah, maupun barang-barang bermerek yang sering kali menimbulkan rasa minder atau tekanan sosial pada mereka yang merasa tidak mampu mengikuti tren tersebut. Akibatnya, banyak orang mulai merasa bahwa kebahagiaan hanya dapat dicapai dengan memenuhi standar-standar materialistik yang terlihat pada aplikasi TikTok tersebut.

3. Melemahnya Mental Anak

TikTok memiliki algoritma yang sangat menarik bagi anak-anak, tetapi paparan terhadap konten yang tidak sesuai usia seringkali seperti konten dewasa, pornografi hingga judi online. Pastinya dengan adanya faktor-faktor tersebut akan berdampak buruk pada perkembangan mental korban. Anak-anak yang terus-menerus mengakses TikTok bisa mengalami penurunan rasa percaya diri karena membandingkan diri mereka serta berusaha mengikuti dengan standar tidak realistis yang ada di aplikasi ini. Selain itu, mereka bisa kehilangan fokus pada hal-hal yang lebih penting seperti pendidikan, interaksi sosial yang sehat, dan norma-norma.

4. Adanya FOMO 

Melihat berbagai dampak buruknya, pelarangan penggunaan aplikasi TikTok untuk anak di bawah 16 tahun perlu dipertimbangkan. Banyak negara, telah berdiskusi tentang pembatasan akses TikTok untuk usia tertentu. Hal ini bertujuan untuk melindungi anak-anak dari konten negatif, cyber-bullying, dan ketergantungan pada media sosial yang berlebihan, yang bisa merusak perkembangan emosional dan psikologis mereka.

5. Pelarangan TikTok untuk Anak di Bawah 16 Tahun

Melihat berbagai dampak buruknya, pelarangan penggunaan aplikasi TikTok untuk anak di bawah 16 tahun perlu dipertimbangkan. Banyak negara, telah berdiskusi tentang pembatasan akses TikTok untuk usia tertentu. Hal ini bertujuan untuk melindungi anak-anak dari konten negatif, cyber-bullying, dan ketergantungan pada media sosial yang berlebihan, yang bisa merusak perkembangan emosional dan psikologis mereka.

Bijak Menggunakan Media Sosial

Masyarakat perlu menyadari bahwa media sosial, termasuk TikTok, hanyalah sebatas alat bantu manusia dalam berkomunikasi. Alat ini dapat memberikan manfaat besar jika kita sebagai pengguna dapat menggunakan alat tersebut dengan bijak, tetapi dapat juga menjadi pedang bermata dua jika kita tidak pandai memilah dan memilih. itulah sebabnya memahami pentingnya untuk menjaga batasan-batasan menggunakan sosial media sesuai dengan norma-norma yang ada dan berpikir kritis dalam mengkonsumsi maupun memilih konten yang kita nikmati.

Ingatlah bahwa hidup kita bukanlah sekadar "like", "view", atau "trending".Tetapi hidup adalah tentang bagaimana kita menjalani nilai-nilai yang benar, bukan hanya mengikuti apa yang populer di dunia maya.

Kesimpulan yang kita bisa tarik adalah TikTok dengan segala daya tarik dan pengaruhnya, memang telah menjadi bagian besar dari kehidupan masyarakat modern. Namun, kita tidak boleh lupa bahwa standar hidup yang sebenarnya harus ditentukan oleh kita sendiri, bukan oleh apa yang viral di TikTok. Hidup kok diatur standar TikTok? Mari jadi netizen yang bijak dan tetap memegang kendali atas hidup kita sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun