Mohon tunggu...
Evelyn Telaumbanua
Evelyn Telaumbanua Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menyukai penulisan-penulisan yang bersifat informatif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sebuah Tinjauan untuk Kompasianer: Rendahnya Angka Lulusan S2 dan S3

18 Januari 2024   01:15 Diperbarui: 22 Januari 2024   01:47 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wisuda. 9 alasan mahasiswa perlu kuliah S2 atau S3(Shutterstock)

Halo, Sobat Kompasianer! Kali ini kita akan mengulik topik yang cukup menarik dan relevan, terutama bagi kamu yang sedang mempertimbangkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Magister (S2) atau Doktor (S3). 

Tapi, pernahkah kamu memperhatikan bahwa angka lulusan S2 dan S3 itu terbilang rendah? 

Nah, mari kita bahas secara santai apa aja sih yang menjadi faktor-faktornya.

Pentingnya S2 dan S3: Ya atau Tidak?

Pertama-tama, yuk kita ngobrolin seberapa penting sih melanjutkan pendidikan ke S2 dan S3. Ada yang bilang penting banget, ada juga yang enggak terlalu. 

Nah, ini sebenarnya tergantung banget sama kebutuhan dan arah karier kamu. Misalnya nih, untuk kamu yang pengin terjun di dunia penelitian atau akademis, punya gelar S2 atau S3 itu kayak punya 'kunci emas'. Kenapa? Karena di bidang-bidang itu, gelar tinggi bisa jadi syarat utama buat dapetin kesempatan-kesempatan yang oke punya.

Tapi, jangan salah loh, nggak semua bidang kerja itu mesti butuh gelar S2 atau S3. Ada banyak juga profesi di luar sana yang lebih mementingkan pengalaman praktis ketimbang gelar akademis.

 Jadi, buat kamu yang lebih suka 'belajar sambil lakuin', atau lebih tertarik di bidang yang nggak terlalu teoritis, mungkin fokus ke pengalaman kerja bisa jadi pilihan yang lebih cocok.

Intinya, baik melanjutkan pendidikan ke S2 atau S3 ataupun tidak, itu tergantung sama apa yang kamu butuhkan dan mau capai di karier kamu. Keduanya punya nilai plus dan minus masing-masing. 

Ada yang butuh gelar buat naik level, tapi ada juga yang sukses dengan mengandalkan pengalaman dan skill praktis. Jadi, pilihlah jalan yang paling pas buat kamu dan karier impianmu, ya!

Rendahnya Angka Lulusan S2 dan S3: Sebuah Tinjauan untuk Kompasianer | edukasi.sindonews.com
Rendahnya Angka Lulusan S2 dan S3: Sebuah Tinjauan untuk Kompasianer | edukasi.sindonews.com

Faktor Penentu Melanjutkan Studi

Nah, Sobat, pernah nggak sih kamu bertanya-tanya, apa sih yang bikin orang-orang pada memutuskan untuk lanjut S2 atau S3? 

Ada beberapa hal yang jadi faktor utama nih. Pertama, ada yang namanya 'aspirasi karier'. Ini tuh yang paling sering kita denger. Banyak banget orang yang percaya kalau dengan gelar S2 atau S3, kesempatan mereka buat bersinar di dunia kerja itu jadi lebih besar. Apalagi buat posisi-posisi tertentu atau di bidang-bidang yang mereka impikan.

Kedua, ada juga yang namanya 'kebutuhan personal'. Ini beda lagi ceritanya. Ada beberapa orang yang memilih untuk melanjutkan studi bukan karena ingin naik jabatan atau cari gaji lebih, tapi lebih karena dorongan dari dalam diri mereka sendiri. 

Mereka ini pengen belajar lebih dalam lagi, pengen ngegali ilmu sampai ke akarnya, atau bahkan ada yang punya mimpi buat jadi pendidik atau guru besar. Mereka ini biasanya punya semangat belajar yang tinggi dan pengen memberi kontribusi lebih di bidang mereka.

Terakhir, ada faktor yang namanya 'tuntutan profesi'. Di beberapa bidang kerja, gelar S2 atau S3 itu bukan cuma bonus, tapi malah jadi syarat wajib. 

Contohnya nih di dunia akademis atau riset. Di sini, gelar tinggi itu kayak tiket masuk. Tanpa itu, mungkin kamu nggak bisa masuk atau berkembang di bidang tersebut. Jadi, buat yang karier impian atau jalurnya ada di sana, lanjut S2 atau S3 itu bisa jadi pilihan yang musti diambil.

Tinggi Gelar vs. Karier dan Penghasilan

Tentang hubungan antara gelar akademis dan kesuksesan karier, pertanyaan yang sering muncul adalah apakah tinggi gelar berbanding lurus dengan kemajuan karier dan peningkatan penghasilan. 

Ini adalah topik yang kompleks dan jawabannya tidak selalu sederhana. Secara umum, banyak yang berpendapat bahwa gelar tinggi, seperti master atau doktor, dapat memberikan keunggulan dalam dunia kerja. Namun, ini tidak selalu menjadi jaminan untuk kesuksesan atau penghasilan yang lebih tinggi.

Di beberapa bidang, memang, gelar yang lebih tinggi dapat membuka pintu ke peluang dengan gaji yang lebih besar. Bidang-bidang seperti akademis, penelitian, atau industri khusus seringkali memberi nilai lebih pada kualifikasi akademis yang tinggi. 

Dalam konteks ini, gelar yang lebih tinggi bisa menjadi faktor penting dalam menentukan skala penghasilan seseorang. Namun, penting untuk diingat bahwa ini bukanlah patokan yang mutlak dan berlaku universal di semua bidang pekerjaan.

Namun, ada banyak faktor lain yang mempengaruhi kesuksesan karier dan tingkat penghasilan, selain gelar akademis. Faktor-faktor seperti keahlian (skill), pengalaman kerja, kemampuan beradaptasi, dan jaringan (networking) seringkali memiliki peran yang sama pentingnya, bahkan terkadang lebih penting. 

Di banyak sektor, pengalaman praktis dan keterampilan interpersonal dapat lebih dihargai daripada gelar akademis. Oleh karena itu, meskipun pendidikan tinggi memiliki nilai tersendiri, ia bukanlah satu-satunya penentu kesuksesan dalam karier dan penghasilan.

Rendahnya Angka Lulusan S2 dan S3: Sebuah Tinjauan untuk Kompasianer | kompasiana.com
Rendahnya Angka Lulusan S2 dan S3: Sebuah Tinjauan untuk Kompasianer | kompasiana.com

Mengapa Enggan Melanjutkan Studi?

Banyak orang enggan melanjutkan studi ke tingkat S2 atau S3 karena beberapa alasan utama. 

Pertama-tama, biaya pendidikan menjadi salah satu hambatan utama. Program S2 dan S3 sering kali memerlukan investasi finansial yang signifikan, termasuk biaya kuliah, bahan studi, dan kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat menjadi beban berat bagi banyak individu, terutama yang tidak memiliki dukungan keuangan yang memadai.

Alasan lain yang sering diutarakan adalah ketidakrelevanan materi yang diajarkan di tingkat S2 atau S3 dengan kebutuhan praktis di dunia kerja. 

Beberapa orang mungkin merasa bahwa program-program tersebut lebih fokus pada aspek teoritis daripada aplikasi praktis, sehingga mereka memilih untuk fokus pada pengalaman kerja langsung atau pelatihan industri yang lebih relevan.

Ketidaktersediaan program studi yang diinginkan atau ketidaksesuaian dengan ekspektasi juga menjadi faktor yang memengaruhi keputusan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. 

Seringkali, seseorang dapat menemui kendala ini karena program yang diinginkan tidak tersedia di institusi yang diinginkan atau tidak sesuai dengan arah karier yang diinginkan.

Terakhir, investasi waktu dan komitmen yang diperlukan untuk menyelesaikan program S2 atau S3 juga menjadi pertimbangan besar. 

Bagi mereka yang sudah bekerja atau memiliki tanggung jawab lain, membagi waktu antara pekerjaan dan studi dapat menjadi tantangan yang signifikan. Ini bisa memengaruhi keseimbangan kehidupan kerja dan pribadi mereka, sehingga beberapa orang lebih memilih untuk fokus pada pengalaman kerja dan pengembangan keterampilan langsung.

Kesimpulan

Jadi, apakah perlu melanjutkan studi ke S2 atau S3? 

Jawabannya kembali lagi ke diri kamu sendiri, Sobat Kompasianer. Pertimbangkan baik-baik tujuan karier kamu, minat pribadi, dan tentu saja, kondisi keuangan dan waktu.

 Ingat, pendidikan tinggi itu bagus, tapi bukan satu-satunya jalan untuk sukses. Pengalaman, skill, dan networking juga sangat penting. Jadi, pilihlah jalur yang paling sesuai dengan kondisi dan aspirasi kamu, ya!

Semoga pembahasan kita kali ini bisa memberikan pencerahan bagi kamu yang sedang bingung mempertimbangkan pendidikan S2 atau S3. 

Ingat, setiap keputusan punya pro dan kontra masing-masing. Yang terpenting, tetap semangat dalam mengejar mimpi dan tujuanmu, ya, Sobat Kompasianer!.(*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun