Kutemukan diriku termenung
Kutatap sekelilingku
Sang mentari bersinar dengan teriknya
Membiaskan pandangan
Debu debu berterbangan
Suara kendaraan bergemuruh menderu - deru
Klakson kendaraan bersahut – sahutan
Antrian kendaraan nian panjang sepanjang jalan
Polusi - polusi berhamburan
Hingga menyelubungi sang cakrawala
Gedung – gedung pencakar langit berdiri kokoh
Derap langkah beribu – ribu manusia memasukinya
Semerbak wangi – wangian silih bergantian
Wajah – wajah rupawan yang kelelahan
Penat terlukis di wajah mereka
Senyum – senyum palsu teruntai di wajah mereka
Berpuluh – puluh agenda menanti di meja kerja mereka
Ruang - ruang rapat pun tak sabar menanti mereka
Hingga sang mentari berganti dengan sang rembulan
Sang waktu pun tak mau kalah, bergulir sangat cepat
Hingga tibalah di penghujung waktu
Derap langkah berbondong – bondong menanggalkan semua
Pergi dan memenuhi jalan - jalan
Tuk berjumpa sang peraduan yang telah menanti
Dan pada akhirnya akan kembali lagi
Merekalah yang menghiasi hari – hari ku hingga sang petang tiba
Inilah kehidupan perkotaan ku yang menjemukan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H