Indonesia merupakan negara demokratis yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM). HAM merupakan hak dasar milik semua orang mulai dari ia lahir sampai mati, dan tidak ada yang bisa mengambilnya. HAM milik semua orang baik pria maupun wanita. Maka dari itu, wanita berhak mendapatkan kebebasan dan merasakan keamanan yang setara dengan pria.
Perempuan merupakan gender. Rokhmansyah (2016: 2) mengatakan, gender adalah sifat yang melekat pada laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial atau kultural. Kesetaraan gender merupakan salah satu hak asasi wanita sebagai manusia. Wanita mempunyai hak untuk hidup secara terhormat, terbebas dari rasa ketakutan dan bebas menentukan pilihan hidupnya.
Di masa sekarang, budaya patriarki memang bisa dibilang sudah tidak terlalu terlihat. Semua itu berkat R.A. Kartini yang memperjuangkan emansipasi wanita dan wanita sekarang dapat menempuh pendidikan setinggi-tingginya sama seperti pria. Namun, tidak terlihat bukan berarti tidak ada.
Pada nyatanya, yang mengalami ketidakadilan sosial umumnya adalah kaum wanita. Realitanya masih banyak diskriminasi terhadap kaum wanita di sekitar kita yang terjadi akibat budaya patriarki. Adanya suatu tindakan yang dianggap wajar oleh para kaum superior yaitu para pria, yang pada dasarnya itu adalah suatu bentuk diskriminasi atau kekerasan.
Kekerasan merupakan suatu perbuatan yang menimbulkan kerusakan fisik atau nonfisik atau psikis pada orang lain, mengakibatkan ketakutan. Kekerasan tidak hanya melulu kekerasan fisik, namun juga kekerasan verbal atau kekerasan psikis. Adalah catcalling yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh para pria dengan menggoda atau memanggil-manggil wanita ketika mereka sedang berada di jalan. "Cat calling" dalam Bahasa Indonesia artinya "lontaran ucapan dalam suara keras yang memiliki tendensi seksual, misalnya bersiul, berseru, atau berkomentar kepada perempuan yang lewat di jalanan, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan pada diri perempuan" -- kumparan.com
Jika ditanya kepada setiap wanita, dapat dikatakan hampir semua wanita pernah mengalami cat calling tersebut. Contohnya saat seorang wanita sedang berjalan, seorang lelaki tak dikenal tiba-tiba memanggil dan berkata "Hai cantik, mau kemana?", atau sekedar melakukan siulan-siulan yang ditujukan kepada wanita tersebut.
Seorang wanita sedang berhenti menunggu lampu merah menjadi hijau. Ada 2 pria di dalam mobil dan berkata "cewek, ihiy". Setelah berceloteh, mereka tancap gas tepat saat lampu lalu lintas jadi hijau. Padahal, saat itu ia menggunakan jaket dengan kancing rapat hingga leher, celana panjang, sepatu kets dan ransel. Juga menggunakan masker menutup mulut yang membuat wajahnya tidak terlalu terlihat -- vemale.com
Ironisnya, para lelaki menganggap cat calling merupakan suatu hal yang normal. Dan mereka berpikir bahwa wanita suka di cat calling, dan menganggap cat calling merupakan sebuah pujian yang ditujukan untuk para wanita. Benarkah bahwa cat calling merupakan suatu hal wajar dan wanita suka menerima cat calling?
Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam analisis ini adalah "Benarkah wanita suka mengalami cat calling?". Manfaat dari analisis ini adalah "Menyadarkan masyarakat bahwa wanita tidak suka mengalami cat calling".
Apakah anda pernah mengalami catcalling?
Dari 100 persen responden wanita dengan rentang usia 20-30 tahun, dengan persentase 98 persen dapat dikatakan hampir semua wanita pernah mengalami catcalling.
Cat calling seperti apa yang pernah anda alami?
52 persen dari 100 persen responden mengalami cat calling berupa panggilan. 32 persen reponden mengalami siulan. 6 persen pernah dipanggil dan didekati. 4 persen responden pernah mengalami semuanya. 2 persen responden mengalami cat calling berupa siulan dan panggilan, 2 persen lainnya bahkan ditambah dengan bel menggunakan klakson truck atau pickup.Â
Yang mengkhawatirkan adalah ada 2 persen yang sampai mengalami dipegang dan dicolek yang mengarah pada tindakan pelecehan seksual. Melihat hal tersebut, kekerasan psikis terhadap perempuan dalam bentuk verbal (ejekan, perkataan) yang termasuk dalam tindakan non seksual sudah berada pada taraf yang mengkhawatirkan.
Apa yang anda lakukan saat setelah mengalami cat calling (respon) ?
Dari 100 persen responden, 86 persen di antaranya mengacuhkan jika mengalami cat calling. 8 persen responden pernah menanggapi tindakan cat calling dengan marah, 2 persen menanggapi dengan cemberut, 2 persen responden terkadang menanggapi namun terkadang megacuhkan, dan 2 persen responden lainnya pernah meludahi sebagai respon.
Bagaimana respon pelaku saat anda menanggapi mereka?
Pelaku merespon dengan berbagai macam saat responden menanggapi tindakan cat calling yang dilontarkan oleh pelaku. Namun, 46 persen responden mengatakan bahwa pelaku mengacuhkan mereka saat tindakannya ditanggapi. Hanya 4 persen responden yang mengalami pelaku takut karena tanggapan mereka. 9 persen responden mengaku pelaku marah karena tanggapannya.Â
9 persen mereka tertawa, 2 persen mereka senang jika ditanggapi, 9 persen lagi mengalami pelaku makin menjadi-jadi jika ditanggapi, ada 2 persen dimana pelaku semakin mendekat, dan 2 persen malah digoda sambil pelaku tertawa-tawa, dan 2 persen responden tetap diganggu dan pelaku tidak mengindahkan respon marah responden. Dan 9 persen sisanya tidak pernah menanggapi tindakan cat calling yang dialami.
Pada waktu apa anda mengalami cat calling?Â
Dari 100 persen responden, 71 persen responden mengalami cat calling saat sedang sendirian. Dan 29 responden lainnya mengalami cat calling saat responden tidak sedang sendirian.
Bagaimana perasaan anda setelah mengalami tindakan cat calling?
46 persen responden dari 100 persen responden wanita berusia 20-30 tahun mengaku merasa takut setelah mengalami cat calling. 50 persen responden lainnya merasa marah setelah mengalami cat calling. Dan 2 persen responden lainnya merasa sedih, sedangkan 2 persen lagi merasa senang menerima tindakan cat calling. Dari hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa cat calling termasuk tindakan yang mengakibatkan ketakutan bagi wanita yang mengalaminya, dan tindakan yang menimbulkan ketakutan bagi korban dapat dikategorikan sebagai kekerasan.
Apakah anda suka mengalami cat calling?
Dari 100 persen responden perempuan berusia 20-30 tahun, sebanyak 91 persen responden tidak suka mengalami tindakan cat calling. Pada kenyataannya masih ada anggapan bahwa wanita suka mengalami cat calling. Seolah mencari kebenaran dari tindakan yang dilakukannya, mereka beranggapan bahwa cat calling merupakan pujian terhadap wanita.Â
Dari data yang didapat, dapat dikatakan bahwa anggapan itu tidaklah benar. Wanita tidak suka mengalami tindakan cat calling, wanita tidak suka mengalami tindakan yang menimbulkan keresahan bagi mereka, yang menimbulkan ketakutan.
Menurut anda, apakah cat calling termasuk hal yang wajar dilakukan oleh pria terhadap wanita?
Banyaknya anggapan bahwa cat calling merupakan tindakan yang wajar dilakukan karena diskriminasi yang terjadi akibat budaya patriarki oleh kaum superior yang masih ada di lingkungan kita. Padahal 91 persen responden mengaku bahwa tindakan cat calling merupakan tindakan yang tidak wajar dilakukan oleh pria terhadap wanita. Tindakan kekerasan tidak boleh dianggap wajar.
Tahukah anda bahwa cat calling termasuk dalam kekerasan terhadap wanita?
Â
Dari 100 persen responden, 73 persen diantaranya memahami bahwa cat calling termasuk dalam tindakan kekerasan, yang mana seharusnya tidak boleh dibiarkan terjadi.
Dimana anda mengalami cat calling?
Ironis bahwa catcaling juga terjadi di instusi pendidikan. Tempat yang seharusnya menjadi tempat menuntut ilmu namun kekerasan juga terjadi di sana. Ruang publik yang seharusnya ramah bagi wanita dan anak juga menimbulkan ketidaknyamanan untuk wanita. Fasilitas yang dikelola oleh pemerintah yang seharusnya ramah digunakan oleh semua kalangan, tapi nyatanya menimbulkan keresahan bagi wanita. Sejatinya wanita berhak merasakan kenyamanan dan keamanan di manapun mereka berada.
Maka tidaklah benar anggapan selama ini bahwa perempuan merasa senang jika ada pria yang melakukan catcalling. Tidaklah benar jika wanita senang mengalami tindakan yang meresahkan dirinya.Â
Cat calling juga tidak bisa dianggap wajar, tidaklah mungkin bahwa sesuatu yang tidak menyenangkan dianggap wajar. Seharusnya ada perlindungan hukum bagi para wanita, mengingat hampir semua wanita pasti pernah mengalami cat calling. Sekiranya perlu dilakukan pendefinisian ulang tentang kekerasan, karena cat calling juga termasuk dalam kekerasan verbal yang berefek terhadap psikis wanita, agar anak-anak dan wanita tidak lagi mengalami cat calling.
DAFTAR PUSTAKA
Rokhmansyah, Alfian. 2016. "Pengantar Gender dan Feminisme: Pemahaman Awal dan Kritik Sastra Feminisme". Yogyakarta: Garudhawaca.
https://kumparan.com/@kumparannews/catcalling-gangguan-menyebalkan-untuk-perempuan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H