Tulisan ini dibuat sebagai analisis akhir dari tulisan bagian pertama Evello System yang dipublikasikan pada media Kompasiana pada halaman http://politik.kompasiana.com/2014/06/20/analisis-media-siapakah-presiden-kita-berikutnya-668011.html dan dimuat ulang pada halaman http://evello.co.id/analisis-media--siapakah-presiden-kita-berikutnya?. Untuk mengingat kembali hal-hal yang diangkat pada tulisan terdahulu, berikut adalah intisari dari kesimpulan awal:
- Menjelang dilaksanakannya putaran pemilihan Presiden 9 Juli 2014 popularitas Joko Widodo tidak lagi dominan, melainkan memiliki kecenderungan turun yang disebabkan oleh banyak aspek.
- Terjadi penguatan tren popularitas Prabowo Subianto setelah deklarasi koalisi Merah Putih dengan masuknya Hatta Rajasa sebagai Calon Wakil Presiden.
- Secara mengejutkan Hatta Rajasa memiliki tingkat popularitas yang lebih dibandingkan dengan popularitas Jusuf Kalla sehingga berkontribusi terhadap meningkatnya popularitas pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.
Analisis Individu
Banyak aspek yang mendorong perilaku pemilih untuk dapat menentukan pasangan mana yang akan dipilihnya. Pemilih bisa didorong karena kencintaanya terhadap calon presiden yang diusung, partai yang menjadi latar belakang calon, Agama dan Suku dan bisa juga karena dengan siapa calon presiden berpasangan dengan calon wakil presiden. Dalam rangka analisis tersebut, Evello melakukan pemantauan terhadap popularitas masing-masing individu dalam pemberitaan di media online dan pembicaraan di media sosial seperti Facebook dan Twitter mulai dari 1 Januari 2014 sampai dengan 7 Juli 2014, tepat dua hari sebelum pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan.
[caption id="attachment_346933" align="aligncenter" width="483" caption="Tren Popularitas Calon Presiden dan Wakil Presiden di Media Online (1Januari - 7 Juli 2014)"][/caption]
Total pemberitaan yang berhasil dirangkum oleh Evello System mulai 1 Januari 2014 - 7 Juli 2014 mencapai 82.627 pemberitaan. Jumlah pemberitaan tersebut setara dengan 14.26 % dari total seluruh pemberitaan yang terangkum dalam basis data evello. Nilai 14.26 % menunjukkan bahwa porsi pemberitaan mengenai calon presiden dan wakil presiden dapat dipastikan menghiasi halaman pemberitaan di banyak media online. Apa yang dapat disimpulkan grafik tren pemberitaan di atas? berikut adalah analisisnya:
- Bulan Januari, pemberitaan mengenai Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo merupakan pemberitaan sosok politikus yang paling dominan dibandingkan dengan ketiga politikus lainnya, yaitu Prabowo Subianto, Jusuf Kalla dan Hatta Rajasa.
- Bulan Januari, Prabowo Subianto, Jusuf Kalla dan Hatta Rajasa memiliki popularitas pemberitaan yang kurang lebih sama dan berada jauh dibawah jika dibandingkan dengan Joko Widodo.
- Kenyataan pada pemberitaan di media online, memiliki tren yang sama dengan tren yang ada pada media sosial seperti Facebook dan Twitter, meskipun dengan jumlah yang berbeda.
- Melihat pada kenyataan bulan Januari 2014 tersebut di atas, wajar jika banyak pengamat yang membuat pernyataan bahwa Joko Widodo akan memenangkan pemilihan Presiden 2014 jika disandingkan dengan calon Wakil Presiden manapun dan bahkan akan mendorong PDIP sebagai pemenang Pemilu Legislatif dengan peroleh suara di atas 25%.
- Bulan Mei dan Juni merupakan kondisi titik balik yang signifikan, dimana popularitas Joko Widodo tidak lagi berada pada puncaknya, dikarenakan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa mulai dapat membuat jurang popularitas semakin menipis, sementara Jusuf Kalla memiliki tren peningkatan cenderung naik, akan tetapi berada di bawah popularitas Hatta Rajasa.
- Maret 2014 adalah puncak kajayaan popularitas Joko Widodo, setelah mendapatkan mandat dari Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri sebagai calon Presiden 2014. Pada fase ini, mandat Joko Widodo sebagai Calon Presiden dari PDIP kerap disebut oleh tim Evello sebagai ledakan media. Hari-hari pemberitaan di media dan pembicaraan di media sosial dipenuhi oleh Joko Widodo sebagai Calon Presiden. Setelahnya, tren popularitas Joko Widodo cenderung menurun yang disebabkan oleh banyak aspek. Salah satunya, sebagai mercusuar pemberitaan dan pembicaraan, Joko Widodo menjadi sasaran tembak tunggal bagi partai-partai peserta pemili legislatif 2014.
Analisis Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden
Berdasarkan grafik tren di atas, terlihat jelas bahwa kontribusi masing-masing individu akan sangat mempengaruhi minat masyarakat terhadap pasangan yang diusung. Setidaknya hal tersebut tergambar jelas dalam analisis Evello System terhadap porsi pemberitaan di Media Online dan Pembicaraan di Media Sosial. Evello mencatat, pada akhir Juni 2014, porsi pemberitaan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa sempat unggul tipis atas porsi pemberitaan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Keadaan ini berbalik pada 1-7 Juli 2014, dimana pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla kembali unggul tipis pada porsi pemberitaan seperti terlihat pada grafik berikut ini.
[caption id="attachment_346940" align="aligncenter" width="602" caption="Tren Porsi Pemberitaan Capres dan Cawapres di Media Online (1 Januari - 7 Juli 2014)"]
Grafik pemberitaan tersebut menunjukkan bahwa masing-masing pasangan berada pada posisi dengan "modal" yang kurang lebih sama. Kedua pasangan memiliki modal akses ke media untuk dapat diekspose ke masyarakat. Adakah modal lainnya? berikut beberapa modal masing-masing pasangan sebagai bagian dari perjalanan tren kedua pasangan di Media Online.
- Setiap pasangan Capres dan Cawapres memiliki modal aspek positif dan aspek negatif, sehingga terjadilah "jual beli" pemberitaan yang cukup tinggi, terutama memasuki Mei, Juni dan Juli 2014.
- Kedua pasangan memiliki akses yang relatif sama untuk menjual beragam opini untuk menarik minat pemilih sehingga pada akhirnya memicu perang komentar pada setiap pemberitaan yang berhubungan pasangan Capres dan Cawapres. Perang komentar pun pada akhirnya berlanjut ke media sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube, Blog dan Forum Diskusi yang bahan mentah peperangannya di peroleh dari pemberitaan di Media Online.
- Tidak semua bahan mentah yang memicu peperangan di media sosial memiliki efek "gaduh" yang tinggi terhadap pembentukan opini masyarakat. Hanya beberapa opini yang berhubungan dengan tema korupsi, infrastruktur (teruma listrik) dan persoalan keamanan (termasuk SARA) yang menurut catatan Evello System memiliki efek determinasi dalam bentuk sentimen ke masyarakat.
- Melihat bahwa porsi pemberitaan kedua pasang calon berimbang di media sosial, perang opini negatif dalam bentuk kampanye negatif dan kampanye hitam berlanjut ke media sosial dan sampai pada saat tulisan ini dibuat, dinamika perang pendukung masing-masing pada media sosial tetap berlangsung.
- Jika porsi pemberitaan antar kedua pasangan capres dan cawapres berada posisi seimbang, tentu efek ke media sosial menjadi lebih dinamis. Di media sosial lah kemudian perebutan pengaruh benar-benar terjadi. Secara logis, jika tren porsi pemberitaan cenderung turun terhadap salah satu pasangan, tentu saja itu akan tercermin pada media sosial. Sebaliknya, jika tren pemberitaan salah satu pasangan naik, bisa jadi tren di media sosial juga akan naik.
Melihat Dinamika Masyarakat Pada Media Sosial
Apa yang paling berpengaruh terhadap dinamika masyarakat di media sosial terhadap pasangan Capres dan Cawapres. Jawabnya adalah sentimen. Sentimen dapat berbentuk Sentimen Positif dan juga Sentimen Negatif. Semakin tinggi sentimen positif, tentu itu menggembirakan bagi pasangan Capres dan Cawapres berikut pendukungnya. Sebaliknya, kabar buruk bagi salah satu pendukung, jika yang berkembang adalah sentimen negatif. Sebelum dapat menjawab bagaimana tren yang berkembang di media sosial, evello melakukan kalkulasi terhadap Indeks Total Sentimen terhadap masing-masing individu, baik Capres dan juga Cawapres. Grafik berikut memperlihatkan Indeks Total Sentimen terhadap masing-masing individu pada media sosial facebook mulai tanggal 1 Juli sampai dengan 7 Juli 2014.
[caption id="attachment_346941" align="aligncenter" width="551" caption="Indeks Total Sentimen di Media Sosial Facebook, 1 Juli - 7 Juli 2014"]
Pergerakan naik turunya dinamika di media sosial akan sangat dipengaruhi oleh sentimen yang berkembang dari pemberitaan pada media online. Umumnya bahan mentah di media online akan menjadi bahan utama perang opini di media sosial. Terdapat beberapa perang opini di media sosial yang bahan mentahnya tidak berasal dari media online, akan tetapi biasanya cepat menguap karena masyarakat menganggap bahwa opini tersebut tidak valid.
Berdasarkan beragam kalkulasi tersebut, Evello System dapat menampilkan tren popularitas Capres dan Cawapres pada media sosial Facebook seperti terlihat pada grafik berikut.
[caption id="attachment_346943" align="aligncenter" width="484" caption="Tren Popularitas Capres dan Cawapres di Media Sosial Facebook, 1 Januari - 7 Juli 2014"]
- Popularitas Pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa dapat mengejar dan bahkan melewati popularitas Joko Widodo pada akhir Mei 2014. Memasuki bulan Juni, kedua pasangan berada pada posisi yang stabil, meskipun pada bulan Juli 2014 terdapat peningkatan popularitas Joko Widodo dan Jusuf Kalla, akan tetapi belum signifikan merubah posisi tren yang ada.
- Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa unggul 6,94% atas lawannya, Joko Widodo dan Jusuf Kalla dengan catatan bahwa terdapat 21,9% netizen di Facebook yang sebelumnya berada dan mendukung Joko Widodo berada pada posisi diam dan belum menentukan sikap. Jika keberadaan netizen yang belum terlihat mendukung siapapun terdistribusi secara proporsional, maka hasil akhirnya Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa tetap berada pada posisi unggul.
Tren pada Twitter pun memperlihat bentuk yang kurang lebih sama dengan tren yang dihasilkan oleh Facebook, seperti yang terlihat pada grafik berikut ini.
[caption id="attachment_346944" align="aligncenter" width="482" caption="Tren Popularitas Pasangan Capres dan Cawapres di Media Sosial Twitter, 1 Januari - 7 Juli 2014"]
- Popularitas Pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa dapat mengejar dan bahkan melewati popularitas Joko Widodo pada akhir Mei 2014. Memasuki bulan Juni, kedua pasangan berada pada posisi yang stabil, meskipun pada akhir Juni dan awal bulan Juli 2014 terdapat peningkatan popularitas Joko Widodo dan Jusuf Kalla, sehingga mendekatkan kembali posisinya dengan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.
- Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa unggul 8,6 % atas lawannya, Joko Widodo dan Jusuf Kalla dengan catatan bahwa terdapat 20,24% netizen di Twitter yang sebelumnya berada dan mendukung Joko Widodo berada pada posisi diam dan belum menentukan sikap. Jika keberadaan netizen yang belum terlihat mendukung siapapun terdistribusi secara proporsional, maka hasil akhirnya Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa tetap berada pada posisi unggul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H