Mohon tunggu...
Evelin Leony Febrianti
Evelin Leony Febrianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Cewek cantik yang hobinya menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

People Pleaser Bukan Penyakit Mental

24 Januari 2024   11:26 Diperbarui: 24 Januari 2024   11:48 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentu saja iya. People pleaser cenderung memendam segalanya sendiri karena mereka takut ketika mereka mengutarakan pendapatnya orang lain akan tidak setuju dan ia akan dikucilkan. Bahkan ketika sesuatu sangat bertentangan dengan pendapatnya ia akan hanya memendamnya. Maka dari itu mereka akan memendam amarah mereka. 

Hal tersebut tentu sangat tidak baik karena ketika seseorang memendam amarah mereka, maka segala amarah itu akan bertumpuk-tumpuk di dalam benak. Rasa amarah yang bertumpuk-tumpuk itu bisa saja meledak kapan saja ketika benak seseorang tidak lagi bisa menahannya. Selain itu, dilansir dari Halodoc, memendam amarah dengan waktu yang lama bisa memicu penyakit tertentu.

Apa seseorang bisa berhenti menjadi people pleaser? 

Menjadi seorang people pleaser sangatlah menguras tenaga karena kamu harus selalu memikirkan orang lain. Maka dari itu, jika anda termasuk people pleaser segeralah berhenti. Memangnya bisa? Seseorang tentu saja bisa berhenti menjadi people pleaser. Lantas bagaimana cara untuk berhenti menjadi people pleaser? Tentunya yang pertama adalah dengan membangun niat untuk berubah. Orang dengan sifat people pleaser ini harus memiliki niat untuk berubah dan niat bahwa mereka akan mengutamakan dirinya dulu baru orang lain. 

Selain itu juga dengan belajar untuk menolak atau mengatakan "tidak" dengan sopan ketika ada hal kecil yang menurut kalian kurang tepat. Tenang saja, mengatakan "tidak" pada seseorang bukan berarti kamu mengakhiri hubungan dengan orang tersebut. Mengatakan "tidak" bukan berarti kalian menciptakan musuh. Kita yakin semua orang bisa menerima pendapat yang berbeda atau bahkan penolakan jika dikatakan dengan sopan dan tanpa menyinggung perasaan orang lain. Berbeda jika seseorang menolak dengan kalimat yang kurang sopan, maka hal tersebut tentu saja bisa menimbulkan konflik. 

Maka dari itu, untuk terbebas dari kebiasaan people pleasing kita bisa memulainya dengan mengatakan "tidak" pada hal-hal kecil yang sebenarnya tidak sesuai dengan pendapatmu, contohnya seperti ketika seorang teman mengajak kamu jalan-jalan ketika besok ada kuis Literasi Media dan Informasi dan kamu lebih memilih belajar daripada ikut bersenang-senang dengan temanmu. Daripada anda mengatakan "iya" hanya karena tidak enak untuk menolaknya, anda bisa mengatakannya dengan sopan, "Maaf ya, aku tidak bisa ikut. Sepertinya kita bisa pergi dilain hari mengingat besok ada jadwal kuis dengan Bu Vivi." Dengan kalimat serta alasan yang jelas, teman anda pasti akan memahaminya dan mungkin menawarkan di hari lainnya untuk kalian bisa melakukan aktivitas lainnya. 

Intinya, kamu tidak perlu menyampingkan kepentingan mu demi orang lain hanya untuk disukai. Sebab disukai semua orang adalah sesuatu yang mungkin saja tidak akan terjadi, namun kita tidak perlu memusingkan hal tersebut. Dengan kamu menghargai dan mencintai diri mu sendiri, itu adalah lebih dari cukup. Selain itu, tidak selamanya seseorang harus menjadi people pleaser. Seseorang boleh bertingkah baik terhadap sesama karena itu memanglah tugas sesama manusia, namun tentu saja ada batasannya. 

Dengan kata lain, ada situasi dimana seseorang mengutamakan orang lain dan ada situasi di mana seseorang harus mengutamakan kepentingan dirinya sendiri. Singkatnya, seseorang juga harus bisa membaca situasi. Dan juga ketika seseorang melihat temannya yang selalu mengutamakan diri orang lain, ada baiknya seseorang itu segera menegur temannya tentu saja dengan kalimat yang sopan dan tidak menyinggung perasaan. 

Dengan seperti mengatakan "ayo perhatikan dirimu juga ya", mungkin bisa membantu seorang people pleaser untuk aware dengan dirinya sendiri bukan hanya diri orang lain. Karena terkadang juga seorang people pleaser perlu untuk diingatkan bahwa perilakunya tanpa sadar melukai dirinya sendiri.

Jadi, ditekankan lagi bahwa tindakan people pleasing bukanlah suatu penyakit mental, melainkan intinya merupakan sebutan untuk orang yang selalu merasa tidak enak dengan orang lain sehingga mereka akan mengutamakan diri orang lain dibanding dirinya sendiri. Walaupun bukan penyakit mental, seseorang yang terus-terusan melakukan people pleasing akan terjerumus ke dalam penyakit mental seperti gangguan kecemasan dan depresi. Hal itu diakibatkan karena kurangnya seorang people pleaser dalam menghargai dirinya.  

Jadi, mulai sekarang berhentilah menjadi people pleaser dan mulailah menghargai dirimu sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun