Berkunjung ke museum atau situs sejarah dapat menjadi pilihan untuk menghabiskan waktu berakhir pekan. Salah satu museum yang bisa dikunjungi adalah Museum Sri Baduga, Bandung, Jawa Barat. Museum ini terletak di seberang Taman Tegallega, lokasinya persis berada di samping jalan raya. Hanya dengan membayar tiket masuk seharga Rp3.000 per orangnya, pengunjung dapat melihat-lihat koleksi peninggalan sejarah yang tersimpan rapi di Museum Sri Baduga.
Terdapat sepuluh klasifikasi koleksi yang tersebar dari lantai satu sampai lantai tiga, meliputi geologika, numisamatika, biologika, filologika, etnografika, keramologika, arkeologika, seni rupa, historika, dan teknologika. Tiap klasifikasi koleksi memiliki ruang tersendiri untuk dieksplorasi. Ketika pengunjung memasuki ruang klasifikasi koleksi arkeologi, ada banyak prasasti dan arca yang akan menyambut pengunjung, di antaranya adalah dua Arca Nandi koleksi Museum Sri Baduga.
Arca Nandi adalah arca berbentuk seperti lembu jantan yang merupakan peninggalan dari kerajaan bercorak Hindu. Dalam agama Hindu, Nandi dipercaya sebagai wahana atau kendaraan Mahadewa Siwa, hal ini menjadikan lembu dan sapi sebagai hewan yang dianggap suci oleh umat Hindu. Selain itu, Nandi juga dijadikan sebagai simbol dari darma. Arca koleksi Museum Sri Baduga ini ditemukan di Kampung Selaawi, Desa Cipancar, Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Para arkeolog memperkirakan arca ini berasal dari peninggalan Kerajaan Hindu-Buddha yang pernah berkembang di Jawa Barat pada abad ke-4 hingga ke-14 Masehi.
Jika dibandingkan dengan Arca Nandi lainnya yang terdapat di candi atau museum lain, Arca Nandi koleksi Museum Sri Baduga tidak memiliki ukiran atau pahatan mendetail seperti yang lainnya. Bentuk kedua Arca Nandi ini cenderung polos dan sederhana, tetapi masih menggambarkan sosok Nandi dengan gagah. Keduanya memiliki ukuran yang berbeda. Arca Nandi pertama yang berada di sebelah kiri berukuran panjang 106 cm, lebar 37 cm, dan tinggi 39 cm. Sementara itu, Arca Nandi kedua yang berada di sebelah kanan berukuran panjang 90 cm, lebar 30 cm, dan tinggi 38 cm.
Dalam perkembangan sejarah dan nilai keagamaan, Arca Nandi identik dengan representasi kekuatan dan kejantanan. Hal itu termasuk ke dalam salah satu alasan mengapa Arca Nandi sering kali ditemukan di sisi depan atau pintu masuk candi, serta umumnya di dalam Candi Perwira. Namun, hal tersebut tidak menutup kemungkinan ditemukannya Arca Nandi di luar area komplek percandian.
Penemuan dua Arca Nandi di Sagalaherang yang kini menjadi bagian dari koleksi Museum Sri Baduga menjadi bukti jejak peninggalan sejarah Kerajaan Hindu-Buddha di Jawa Barat. Kenyataannya, meskipun Jawa Barat memiliki catatan sejarah yang panjang dengan kerajaan bercorak Hindu-Buddha seperti Tarumanegara dan Pajajaran, tidak banyak ditemukan sisa-sisa artefak atau candi di Jawa Barat. Pengaruh masuknya agama Islam dan peleburan budaya pada masa kolonialisme dan imperialisme mengakibatkan hilangnya bukti-bukti kebesaran masa lalu di era Kerajaan Hindu-Buddha. Arca Nandi koleksi Museum Sri Baduga  adalah salah satu dari jejak sejarah yang tersisa. Oleh sebab itu, masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama untuk menjaga dan merawat peninggalan tersebut.
Referensi:
Basudewa, D. G. Y. (2016, December). Arca Berwahana Nandi di Pura Puseh Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar. In Forum Arkeologi (Vol. 27, No. 3, pp. 219-228).
Perspective. (Vol 10, pp. 121).
Robert S. Kittel, 2009. Understanding Nandi and the Shiva Lingam from a Principled
Saptono, N. N. (2012). Penelitian Puncak-Puncak Peradaban di Pantai Utara Jawa Barat dan Proses Perjalanan Masyarakat Hindu. Kalpataru, 21(1), 30-38.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H